KETIK, PACITAN – RSUD dr. Darsono Pacitan, Jawa Timur masih dihadapkan dengan masalah antrean panjang di beberapa poliklinik.
Kepala Bagian (Kabag) Tata Usaha RSUD dr. Darsono Pacitan, dr. Johan Tri Putranto mengakui hal itu. Ia menyebut, terdapat beberapa faktor yang menjadi penyebabnya, yakni seperti njomplangnya jumlah pasien hingga kurangnya tenaga medis.
“Ini tentunya menjadi evaluasi bagi kami. Harapannya ke depan, kita akan membangun poli yang lebih representatif, karena selama ini ketika kunjungan di atas 600 orang, pasien sampai tidak kebagian tempat duduk, bahkan sampai duduk di lantai,” kata Johan saat dikonfirmasi ketik.co.id di kantornya, Selasa (27/2/2024).
Johan menjelaskan, rata-rata kunjungan rawat jalan di RSUD dr. Darsono Pacitan mencapai 400 hingga 600 pasien per hari, yang mana menurutnya sudah ideal untuk rumah sakit Tipe-C dan rujukan utama di Pacitan. Namun apabila lebih dari itu, tentu akan menimbulkan lamanya antrean.
“Antrean lama juga terjadi karena pasien menunggu dokter. Di pagi hari, dokter biasanya melakukan visit dulu, sehingga baru mulai praktek di poli sekitar jam 8 atau 9 pagi,” terangnya.
Lebih lanjut, Johan mengungkapkan bahwa kebutuhan utama RSUD dr. Darsono saat ini adalah tenaga dokter, terutama dokter ahli.
“Harapannya, ketika nantinya sudah ada dua dokter yang siaga di poli mulai jam 7 atau 8 pagi, antrean pasien rawat jalan tidak akan menumpuk seperti sekarang,” ujarnya.
Meskipun demikian, Johan menegaskan bahwa saat ini jumlah tenaga medis di RSUD dr. Darsono Pacitan masih terbilang cukup.
“Tenaga medis yang ada akan terus kami optimalkan. RSUD dr Darsono sendiri memiliki 325 PNS, dan sisanya adalah BLUD dan tenaga dokter ahli kontrak, totalnya sekitar 650 orang,” paparnya.
Guna mengatasi masalah antrean ini, RSUD dr. Darsono Pacitan tengah melakukan beberapa upaya, seperti menambah jumlah tenaga medis dan membuka poliklinik tambahan.
“Di tahun ini, kami juga akan membangun poli rawat jalan yang lebih besar di gedung UGD lama, sebelah timur poli yang sekarang. Terkait dokter spesialis, InsyaAllah akan ada tambahan dokter urologi, saraf, dan jantung,” ungkap Johan menanggapi.
Tanggapan Soal Aplikasi Pendaftaran Online RSUD dr. Darsono yang Sempat Dikeluhkan Warga
Sementara itu, terkait Aplikasi Sipon Ceria terobosan RSUD dr Darsono Pacitan yang sempat dikeluhkan warga gegara bermasalah. Pihaknya berusaha memberikan penjelasan.
Johan melanjutkan, bahwa aplikasi pendaftaran online tersebut dapat digunakan dengan catatan pasien harus pernah berobat secara manual terlebih dahulu.
"Aplikasinya bisa digunakan, tapi syaratnya harus punya rekam medis, yaitu dengan berobat secara manual dulu," ungkapnya.
Terkait kewajiban dilakukan fingerprint meski sudah mendaftar online, dia menambahkan, peraturan tersebut hanya berlaku bagi pasien BPJS. Sebab, sidik jari tersebut digunakan untuk memvalidasi bahwa pasien memang benar-benar pengguna BPJS.
"Memang persyaratan fingerprint ini berlaku mulai dari pengambilan obat, hingga pendaftaran online. Ketika sudah daftar online, pasien harus datang dulu ke antrian fingerprint. Baru kemudian dapat ditinggal mengunggu antrean sesuai notifikasi," terangnya.
Dia menerangkan, bahwa peraturan tersebut diberlakukan oleh BPJS pusat di seluruh daerah. Begitu juga pengambilan obat, pasien diwajibkan datang melakukan sidik jari, karena hal tersebut menjadi persyaratan klaim pembayaran BPJS.
"Agar penggunaan BPJS tepat kepada penggunannya," ucapnya.
Pihaknya berharap, dengan upaya-upaya penjelasan tersebut, warga memahami ketentuan yang berlaku di RSUD dr. Darsono Pacitan maupun rumah sakit daerah lainnya.
Tentunya hal tersebut menjadi saran perbaikan baginya, sehingga rumah sakit plat merah pemerintah kabupaten tersebut kian bertumbuh positif untuk kedepannya.
"Semoga masyarakat dapat memahami," pungkas Kabag Johan Tri Putranto menutup perbincangan. (*)