KETIK, MADIUN – Adanya program SMA Double Track yang digagas Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) dan Dinas Pendidikan Jawa Timur membuahkan hasil menakjubkan bagi perkembangan keterampilan wirausaha siswa SMA di Jawa Timur.
Salah satunya SMAN Pilangkenceng. Berkat hadirnya Double Track Mart (DT Mart) bernama Café Mart SMAPI, sekolah yang terletak di ujung utara Kabupaten Madiun ini berhasil menciptakan lapangan kerja hingga membiayai seragam 15 siswa kurang mampu.
“Kami ada program yang jaga itu dari alumni. Jadi kami pekerjakan sebanyak 2 orang, Ada juga Gerakan Orang Tua Asuh yang membiayai seragam atau keperluan sekolah siswa kurang mampu,” ungkap Nuryani, bendahara Café Mart SMAPI saat ditemui Ketik.co.id di Café Mart SMAPI, Rabu (17/7/2024).
Siswi SMAN Pilangkenceng sedang melayani pembeli Cafe Mart SMAPI (Foto: Fatimah/Ketik.co.id)
Program ini, terang Nuryani, berasal dari omzet yang didapat Café Mart SMAPI. Dalam sehari saja, café ini bisa mengantongi keuntungan Rp1-3 juta.
Belum lagi kalau ada momen-momen tertentu yang membuat café ini ramai. Omzet kotornya bisa mencapai Rp4 juta per hari.
“Seperti April kemarin ada Festival Ramadan. Kami mengajak anak-anak berbuka di sini dan memasarkan ke mereka. Alhamdulillah modal 6 bulan sudah bisa kembali dengan keuntungan sekitar 10 persen dari investasi awal,” jelas guru Kimia itu.
Hebatnya, periode Mei-Juli ini omzet DT Mart SMAN Pilangkenceng menyentuh angka Rp20 juta. Dari situlah pihaknya bisa membantu kegiatan dan kebutuhan para siswa.
“Kemarin kami sempat menyumbang pembelian bangku siswa hingga Rp 6 juta. Karena siswa kami semakin bertambah, jadi butuh bangku banyak,” sahut Yuning Dewi Afifin, Ketua Café Mart SMAPI.
Setahun lalu, café ini lahir dari semangat memasarkan produk-produk Double Track. Saat itu para guru SMAN Pilangkenceng punya keinginan sama, yaitu membangun café sendiri untuk memasarkan produk-produknya
“Modalnya pertama memang kebingungan. Karena membangun toko hanya modal semangat tentu tidak bisa jalan. Akhirnya kami berembuk untuk mengumpulkan dana,” ungkap Nuryani.
Ada sekitar 50 orang pengajar ditawarkan memberikan modal secara investasi dengan ada hitungan keuntungannya. Modal yang keluar tidak harus sama. Dengan kata lain, bapak ibu guru bisa memberikan modal berapa pun sebisanya.
Bapak Ibu guru SMAN Pilangkenceng pengelola Cafe Mart SMAPI ketika ditemui Ketik.co.id (Foto: Fatimah/Ketik.co.id)
“Waktu itu, kami butuh sekitar Rp50 juta untuk membiayai isi tokonya. Kami sudah ada dana Rp27 juta dari koperasi siswa sebelumnya. Kemudian ada dana sisa pembangunan pagar dari komite insidental Rp59 juta. Total semua untuk pembangunan sekitar Rp90 juta,” bebernya.
Berkat semangat satu tujuan tersebut, kini Café Mart berdiri kokoh di sisi depan SMAN Pilangkenceng. Café ini tidak hanya memberikan manfaat bagi para siswa dan guru, tapi masyarakat sekitar.
“Dulu waktu masih koperasi siswa yang dijual sedikit. Sekarang sudah bervariasi. Bahkan kami memberikan kesempatan bagi UMKM sekitar untuk menitipkan daganganya di sini,” kata Yuning pada Ketik.co.id.
Dengan hadirnya DT Mart ini, keduanya berharap semakin berkembang dan bisa menjadi pembelajaran bagi anak-anak untuk berwirausaha. Sehingga apabila setelah lulus ada siswa yang tidak lanjut kuliah, bisa membangun usaha sendiri.(*)