KETIK, SURABAYA – Kemenkes RI mengungkapkan bahwa pemerintah sempat menerima sejumlah laporan kasus suspek penyakit cacar monyet (Mpox) di beberapa titik, termasuk Bali dan Jakarta, pada Selasa 9 September 2024.
Plt. Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes RI, dr. Siti Nadia Tarmizi mengungkapkan bahwa hingga Selasa 3 September 2024 kemarin, total jumlah kasus Mpox di Indonesia masih serupa dengan laporan terakhir yang dibeberkan oleh Kemenkes RI, yakni 88 pasien.
Ia menegaskan, penambahan kasus Mpox di Tanah Air masih belum ditemukan.
Namun, dr. Nadia mengaku bahwa Kemenkes RI sempat menerima laporan suspek Mpox, salah satunya dari pintu masuk Bandara Internasional Soekarno Hatta. Adapun, tujuh sampel di antaranya masih dalam proses pemeriksaan.
Menanggapi merebaknya wabah Mpox, Dr Kurnia Dwi Artanti dr MSc, Dosen Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Airlangga (Unair) memberikan tanggapan.
Dalam keterangannya, ia mengungkapkan pentingnya status PHEIC dalam meningkatkan kewaspadaan penyebaran wabah Mpox.
Kurnia menjabarkan PHEIC merupakan status yang menunjukkan tingkat keparahan situasi global. WHO menetapkan status ini karena melihat persebaran penyakit yang semakin meluas.
Ada beberapa kriteria yang dipertimbangkan, seperti penilaian risiko global yang jika tidak segera diantisipasi, dapat menyebabkan penyebaran yang lebih luas.
"Selain itu, respons dan dukungan dari negara-negara anggota WHO juga menjadi faktor penting dalam mengendalikan penyebaran penyakit ini,” jelas Dr Kurnia dikutip dari Rilis media ditulis pada Selasa 17 September 2024.
Varian dan Penyebaran
Dr Kurnia menjelaskan, terdapat beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko penyebaran Mpox di Indonesia. Di Indonesia, kata Dr Kurnia, Virus Mpox yang terdeteksi termasuk dalam Varian IIb.
“Virus varian tersebut dapat menyebar antarmanusia melalui kontak langsung cairan tubuh atau lesi,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Dr Kurnia menyebut pola penyebaran Mpox menunjukkan gejala yang mirip dengan cacar biasa. Ia menjelaskan gejala khas Mpox meliputi demam tinggi, ruam kulit yang khas, dan pembengkakan kelenjar getah bening.
“Ruam yang muncul umumnya melalui wajah lalu menyebar ke seluruh tubuh. Meskipun begitu, perlu pemeriksaan spesifik untuk memastikan infeksi Mpox karena virus ini bersifat self-limited, yang artinya dapat sembuh dengan sendirinya jika sistem imun tubuh baik, ” jelas Dr Kurnia
Strategi Pencegahan Efektif
Dalam menghadapi wabah ini, Dr Kurnia menyarankan strategi pencegahan yang efektif untuk mengurangi penyebaran Mpox di Indonesia. Upaya mencegah transmisi virus Mpox, katanya, dengan meningkatkan kesadaran diri pada masyarakat serta isolasi bagi individu yang terinfeksi.
“Mencegah penularan Mpox sangat bergantung pada kebersihan diri. Kebiasaan mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir setelah beraktivitas di tempat umum serta menggunakan masker dapat menjadi benteng pertahanan yang efektif. Selain itu, WHO dan CDC merekomendasikan pemberian vaksin diprioritaskan terutama pada Petugas laboratorium, Tenaga kesehatan di RS rujukan dan Populasi berisiko,” pungkasnya. (*)