Edisi RSSA Edukasi kali ini lebih spesial. Sebab, edukasi diisi langsung oleh Direktur RSUD Dr Saiful Anwar Malang (RSSA Malang) Moch Bachtiar Budianto Sp.B, Subsp. Onk (K) FINACS, FICS.
Dia berbagi seputar kanker payudara. Seperti apa? Yuk simak ulasan lengkapnya berikut ini.
Kanker payudara adalah kanker yang berasal dari setiap unsur yang ada di payudara, baik itu dari kelenjar dan saluran payudara, jaringan ikat, lemak, komponen pembuluh darah, komponen limfe, dan lain-lain, kecuali kulit. Kalau kanker tersebut berasal dari kulit payudara disebut kanker kulit.
Kanker itu sendiri berasal dari pertumbuhan sel yang mengalami mutasi genetik, yang tumbuh tidak terkendali dan berkembang ke jaringan sekitarnya, ke kelenjar getah bening regional (sekitar ketiak, di bagian atas dan bawah tulang selangka/klavikula mau pun di tepi tulang dada), bahkan bisa menyebar ke organ-organ yang letaknya jauh seperti paru, hati, tulang, otak dan organ-organ lainnya
Kanker payudara merupakan kanker pada perempuan dengan jumlah tertinggi di dunia. Berdasarkan data GLOBOCAN, pada tahun 2020 didapatkan insiden kanker payudara sebanyak 2.261.419 jiwa (11,7% dari seluruh populasi penderita kanker) dengan angka kematian sebesar 684.996 jiwa (6,9% dari seluruh populasi penderita kanker.
Di Indonesia berdasarkan data yang bersumber dari Pusat Kanker Nasional Rumah Sakit Kanker Dharmais pada tahun 2018, juga menunjukkan bahwa kasus kanker terbanyak adalah kanker payudara sebesar 19,18% dari seluruh penderita.
Mayoritas pasien kanker payudara di Indonesia dan di seluruh dunia datang pada stadium lanjut lokal (stadium 3), dan stadium lanjut jauh (stadium 4). Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 sebanyak 60%-70% pasien di Indonesia datang pada stadium lanjut (Infodatin, 2019).
Sedangkan Badan Registrasi Kanker Indonesia tahun 2018 melaporkan sebanyak 80% pasien datang pada stadium lanjut (Kemenkes, 2018). Permasalahan berikutnya pada pasien dengan stadium lanjut adalah terjadinya penurunan kesintasan dibandingkan pasien yang datang pada stadium awal.
Permasalahan lain dari kanker payudara stadium lanjut adalah kesulitan di dalam terapi pembedahan untuk mencapai batas bebas tumor dan pembersihan kelenjar getah bening yang ada di ketiak, dan terbatasnya pilihan modalitas terapi dibandingkan bila pasien datang pada stadium dini sehingga penatalaksanaanya menjadi lebih sulit dan perlu perhatian yang lebih khusus.
Penatalaksanaan kanker payudara merupakan pengobatan multimodalitas yang didasarkan pada faktor prognostik, faktor prediktif, stadium penyakit, status performa pasien dan sumber daya sarana dan prasarana diagnostic dan sumber daya manusia yang dimiliki oleh masing–masing penyedia layanan kesehatan.
Perkembangan keilmuan membuat penatalaksaan diagnostik kanker payudara menjadi lebih dalam melalui pemeriksaan adanya ekspresi protein tertentu dari masing-masing individu, sehingga adanya ekspresi protein tersebut dapat membantu pemilihan terapi sebagai pendukung terapi utama pembedahan.
RSUD Dr. Saiful Anwar (RSSA) yang merupakan RSUD milik Provinsi Jawa Timur adalah Rumah Sakit PendidikanType A yang bekerja sama dengan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya memiliki banyak layanan unggulan di antaranya adalah Pelayanan Onkologi Terpadu, termasuk di antaranya adalah penanganan kanker payudara.
RSSA Malang mampu memberikan pelayan mulai diagnostik yang lengkap dan bermutu, dokter ahli konsultan lengkap sampai dengan tenaga dokter subspesialis di bidang Onkologi, sampai dengan terapi yang lengkap mulai dari operasi yang canggih, kemoterapi, radioterapi, terapi hormonal, terapi target, yang sama baiknya dengan yang ada di luar negeri.
Perlu diketahui bahwa banyak pasien yang telah berobat ke luar negeri kemudian kontrol di RSSA menjadi terheran-heran, terkagum-kagum dan menyesali diri karena telah menghabiskan waktu, tenaga, biaya untuk menjalani diagnostik dan terapi, yanng ternyata semuanya ada di RSSA, gratis lagi, khususnya untuk pasien BPJS dan yang tidak mampu.
Salah satu penyebab utama dari keterlambatan penderita kanker payudara untuk datang periksa ke rumah sakit adalah karena kanker payudara itu pada umumnya tidak sakit atau pun nyeri.
Pasien sebagian besar datang pada stadium lanjut. Kalau kita tanyakan mengapa mereka baru datang terlambat setelah kanker payudaranya sudah stadium lanjut, mereka kompak menjawab hampir sama yaitu bahwa karena benjolannya tidak sakit, tumornya tidak terasa apa-apa, tidak nyeri, hanya kemeng-kemeng sedikit. Kecuali kalau ketika kankernya sudah besar, ada keradangan, infeksi, luka, dan stadium lanjut maka rasa nyeri itu tentunya akan muncul.
Beberapa kelainan dan tumor di payudara yang dirasakan nyeri di antaranya mastitis, abses, fibroadenoma, kista, penyakit fibrokistik, dll. Meski tentu rasa nyeri ini tidak boleh menjadi patokan, karena setiap pasien harus memeriksakan dirinya ke dokrter atau pun fasilitas kesehatan lainnya untuk ddiperiksa dokter secara cermat dalam rangka memastikan penyakitnya agar tidak terlambat dan mendapatkan penanganan yang tepat sehingga dapat disembuhkan/dikontrol.
Kanker payudara yang datang dan ditangani pada keadaan stadium dini, maka angka kesembuhannya bisa mencapai 90 persen. Karena itu ada beberapa cara agar pasien bisa datang dan ditangani lebih awal.
Pertama adalah deteksi dini melalui pemeriksaan perorangan maupun skrining masal yang bisa dilakukan oleh upaya mandiri masyarakat melalui organisasi kemasyarakatan, swasta maupun pemerintah.
Pemeriksaan yang sederhana namun mempunyai nilai tinggi untuk deteksi dini kanker payudara yang pertama adalah setiap wanita harus melakukan SADARI (pemeriksaan payudara sendiri).
Pemeriksaan ini bisa dilakukan setiap wanita yang produktif dengan cara meraba payudaranya sendiri pada saat kesempatan mereka membuka bajunya, yaitu saat di kamar mandi atau saat ganti pakaian.
Pemeriksaan ini hendaknya dilakukan tidak pada saat menstruasi, karena saat wanita mens akan mengalami payudaranya terasa nyeri, tidak nyaman, bengkak dan sulit untuk menilai secara objektif apakah ada kelaian atau tidak.
Pemeriksaan dilakukan dengan meraba seluruh area payudara menggunakan ujung-ujung jari ke 2, 3, dan 4. Lalu bila wanita itu merasakan ada benjolan, keanehan, ketidaknormalan, nglanjer, grenjel-grenjel, ketidaknyamanan, keraguan, maka harus periksa ke dokter atau rumah sakit.
Langkah deteksi dini berikutnya adalah setiap wanita yang mempunyai risiko maupun tidak, harus melakukan pemeriksaan USG untuk usia di bawah 35 tahun dan Mamografi untuk wanita di atas 35 tahun. Pemeriksaan-pemeriksaan lebih canggih tidak harus dilakukan, kecuali atas rekomendasi dokter.
RSSA mempunyai semua sarana dan prasarana untuk itu, baik untuk general medical check-up, skrining dengan USG payudara, Mamografi, dll., pemeriksaan canggih lainnya dan tersedia dokter-dokter yang berkompeten dan siap melayani Anda semua.
*) Dr dr Moch Bachtiar Budianto Sp.B, Subsp. Onk (K) FINACS, FICS adalah Direktur RSUD Dr Saiful Anwar Malang.
**) Isi tulisan di atas menjadi tanggung jawab penulis
***) Ketentuan pengiriman naskah opini:
Naskah dikirim ke alamat email redaksi@ketik.co.id. Berikan keterangan OPINI di kolom subjek
Panjang naskah maksimal 800 kata
Sertakan identitas diri, foto, dan nomor HP
Hak muat redaksi