KETIK, BANDUNG – Provinsi Jawa Barat kembali meraih realisasi investasi tertinggi tahun 2022 sekitar Rp 174 triliun.
Capaian Jabar ini menempati posisi teratas di Indonesia sebagai provinsi dengan realisasi investasi tertinggi selama tiga tahun berturut-turut dari 2020-2022.
Hal ini dikemukakan Gubernur Jabar Ridwan Kamil dalam Rakornas Transisi Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional di Gedung AA Maramis kantor Kementerian Keuangan, Jakarta.
Gubernur Jabar Ridwan Kamil dalam Rakornas Transisi Penanganan COVID-19 di Kantor Kementerian Keuangan, Jakarta. (Adpim Jabar/Ketik.co.id)
""Realisasi investasi di Jabar (tahun 2022) masih yang tertinggi (secara nasional) sekitar Rp174 triliun," kata Ridwan Kamil.
Berdasarkan data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), pada 2020, nilai investasi ke Jabar mencapai Rp 120 triliun atau 14,6 persen dari total realisasi investasi nasional Rp 826,2 triliun.
Investasi ke Jabar kembali yang tertinggi di tahun 2021 bahkan meningkat dari tahun sebelumnya, yakni sebesar Rp136 triliun (15,1 persen). Nilai ini melampui target yang ditetapkan BKPM, yaitu Rp127 triliun.
Jabar juara investasi selama tiga tahun berturut-turut merupakan sebuah anomali. Selama rentang tahun 2020-2022 pandemi COVID-19 memorak-porandakan sendi perekonomian tak terkecuali Indonesia.
Anomali lainnya adalah tingginya upah buruh di Jabar ternyata tak menyurutkan perusahaan baik Penanaman Modal Asing (PMA) maupun Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) untuk berinvestasi di Jabar.
Kang Emil sapaan akrab Ridwan Kamil mengungkapkan alasan mengapa Jabar selalu jadi primadona para investor.
Pertama, di mata investor infrastruktur di Jabar paling memadai dibandingkan daerah lainnya di Indonesia. Bahkan sembilan ruas jalan tol kini sedang dibangun di berbagai daerah, termasuk Kereta Cepat Jakarta-Bandung yang direncanakan Juni 2023 mulai beroperasi dan menjadi proyek kereta cepat pertama di Asia Tenggara.
Belum lagi Pelabuhan Patimban yang masuk dalam wilayah Metropolitan Rebana di utara Jabar. Jika pembangunannya sudah rampung 100 persen, Patimban akan menjadi pelabuhan terbesar di Indonesia.
Alasan kedua, Sumber Daya Manusia (SDM) Jabar dinilai investor paling produktif se-Indonesia. Para pengusaha mengaku tak rugi membayar upah mahal karena sebanding dengan produktivitas yang dihasilkan.
Faktor berikutnya yang menjadi pertimbangan investasi ke Jabar, yaitu mudahnya mengurus perizinan, apalagi ketika daerahnya masuk dalam Kawasan Ekonomi Khusus (KEK).
Selain itu, Kang Emil juga punya cara khusus dalam menggaet investor. Ia menekankan jajarannya agar tidak "jaga warung" melainkan "jemput bola" menawarkan langsung kepada calon investor berbagai kelebihan jika berinvestasi di Jabar.
Ia juga menuturkan, dengan nilai realisasi investasi tertinggi ini, Jabar memberikan andil besar bagi pertumbuhan ekonomi nasional. Pada kuartal IV tahun 2022, ekonomi Jabar tumbuh di angka 5,7 persen.
Realisasi investasi ini pun berbanding lurus dengan serapan tenaga kerja karena di mana ada investasi di situ ada pertumbuhan serta pengurangan pengangguran.
"Per hari ini pengangguran terbuka sudah turun karena di mana ada investasi di situ ada pertumbuhan serta pengurangan pengangguran," ucap Kang Emil.
Bahkan penurunan kemiskinan di Indonesia paling banyak di tahun 2022 adalah Jabar. Badan Pusat Statistik (BPS) merilis lima provinsi dengan penurunan orang miskin terbanyak.
Peringkat pertama adalah Jabar (17,36 ribu), DKI Jakarta (7,11 ribu), Lampung (6,82 ribu), Sumatera Utara (6,1 ribu), Bengkulu (4,3 ribu). Jabar juga tidak masuk dalam provinsi dengan jumlah orang miskin terbanyak yang dirilis BPS per September 2022 .
"Ini menunjukkan bahwa ekonomi Jabar di hari ini sudah hampir setara dengan sebelum COVID-19 bahkan ada anomali yang kami kira investasi turun, tapi malah meningkat pesat. Tahun 2023 ini kita akan masuk dalam tahap normalisasi," tandas Ridwan Kamil.(*)