Kisah Ahli Pijat di Pacitan: Manjur, Gunakan Ramuan Urut Khas Suku Sakai

Jurnalis: Al Ahmadi
Editor: Hetty Hapsari

6 Desember 2024 14:43 6 Des 2024 14:43

Thumbnail Kisah Ahli Pijat di Pacitan: Manjur, Gunakan Ramuan Urut Khas Suku Sakai Watermark Ketik
Tukang Pijat, Suyatno sedang mengurut pasiennya yang mengalami keseleo bagian lengan tangan. Ia berusaha untuk memposisikan kembali otot-otot yang salah tempat, Jumat, 6 Desember 2024. (Foto: Al Ahmadi/Ketik.co.id)

KETIK, PACITAN – Di Dusun Gemulung, Desa Tanjungsari, Kecamatan Pacitan, hiduplah Suyatno, kakek kelahiran 1946 yang telah menekuni jasa pijat selama 40 tahun.

Sejak 1984, Mbah Yatno saapan akrab Suyatno telah menjadi tukang pijat terpercaya. Sejumlah keluhan darurat, mulai keseleo hingga patah tulang pernah diraba oleh tangannya.

Rumah sederhana Suyatno di RT 003 RW 002 menjadi tempat praktek yang nyaman. Ia menggunakan minyak urut khas, yang diberikan oleh orang Sakai pada tahun 80-an.

Pun disimpannya ke dalam bekas wadah balsem bertutup hijau.

"Minyak ini sangat manjur," ungkapnya, Jumat, 6 Desember 2024.

Mbah Yatno mengatakan, cara memakai ramuan suku Sakai ini adalah diberi campurkan dengan minyak zaitun. Setelah itu, baru dioleskan ke bagian pasiennya yang akan diurut.

"Ini tidak terasa panas atau sakit. Nggak usah khawatir," ucapnya kepada pasien keseleo, Noval (16), sambil mengurut bagian tangan.

Foto Ramuan asal Suku Sakai yang digunakan Suyatno untuk mengurut pasiennya. (Foto: Al Ahmadi/Ketik.co.id)Ramuan asal Suku Sakai yang digunakan Suyatno untuk mengurut pasiennya. (Foto: Al Ahmadi/Ketik.co.id)

Kakek berambut kuncir itu mengaku, pernah mengobati berbagai kasus, dari nyeri otot hingga cedera tulang. Ia memiliki teknik pijat tradisional yang dipelajarinya dari ahli. Sentuhannya lembut dan teliti, membuat pasien merasa nyaman.

"Paling parah ya mengobati orang patah tulang. Saya menggunakan teknik khusus untuk mengobati cedera tulang. Pasien harus menahan sakitnya karena saya berusaha mengembalikan posisi tulangnya," sambungnya.

Kesediaan Suyatno membantu pasien berlangsung selama 24 jam. Meski harus bangun ditengah tidur pulas, dirinya tetap siaga untuk berusaha membantu.

"Ada yang datang kesini itu jam 2 malam mengetuk pintu. Habis kecelakaan," ungkapnya.

Ditanya soal tarif, Suyatno tidak menetapkan harga untuk jasanya. Niatnya hanya membantu pun berharap pasien membayar sesuai kemampuan mereka.

"Seikhlasnya saja, penting setelah dari sini mereka bisa sehat kembali," pintanya.

Perjalanan karir Suyatno dimulai pada 1984. Ia belajar dari ahli pijat lokal dan mengembangkan keterampilannya. Seiring waktu, namanya menjadi dikenal luas dan pasien dari berbagai daerah berdatangan.

"Mbah Yatno itu pijatannya mantap. Waktu aku keseleo yang mijit beliau," cerita warga asal Desa Sambong, Heri Nur Cahyono (26) usai mengalami keseleo.

Meskipun telah berusia 78 tahun, Suyatno masih tetap semangat dalam menjalankan profesinya. Menurutnya, pekerjaan memijat ini sudah menjadi bagian dari hidup.

"Niat saya ingin terus bisa membantu orang, tidak ada yang lain," tandasnya. (*)

Tombol Google News

Tags:

pacitan Tukang Pijat di Pacitan