KETIK, SURABAYA – Modal kerja atau modal usaha biasanya menjadi hambatan utama bagi usaha kecil dan menengah atau yang biasa disebut UMKM di Indonesia ini.
Mengakses modal untuk mengembangkan usaha tidak cukup mudah, bank tidak akan serta merta memberikan modal kerja atau modal usaha meski usaha berwujud nyata dan memberikan dampak sosial kepada masyarakat sekitar.
Biasanya bank membutuhkan Colateral asset atau yang kita kenal sebagai jaminan seperti sertifikat tanah bangunan atau BPKB kendaraan bermotor untuk mencairkan Modal kerja.
Di sisi lain, maraknya Pinjaman Online (pinjol) yang beredar di masyarakat memudahkan mereka mengaksesnya, cukup bermodalkan KTP dan nama baik seseorang sudah dapat mencairkan dana dari satu aplikasi dan aplikasi lainya.
Berdasarkan data OJK per Februari 2022, utang masyarakat terhadap Pinjol (P2P Lending) tumbuh dua kali lipat atau sebesar Rp34.6 Triliyun. Sementara itu, Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang terus di genjot oleh pemerintah agar dapat menumbuhkan UMKM di Indonesia pertumbuhannya tak sekinclong Pinjaman Online (Pinjol / P2P lending).
Diungkapkan Aad, Founder & CEO dari MPStore, dia melihat banyak kesempatan yang terlewatkan di UMKM yang bersifat mikro, sebagian besar mereka masih kekurangan modal untuk semakin membesarkan bisnisnya.
“Hal ini terjadi karena mereka kekurangan modal kerja atau modal usaha, mau ngajuin Kredit Usaha Rakyat (KUR) susahnya setengah mati. Dimintain laporan penjualan detail. Tau sendirikan toko tradisional itu catetannya manual banget. Akhirnya ya mereka akses modal pake Pinjol karena mudah, cuma foto selfie dan KTP doang duit pinjaman cair," ungkap Aad pada Minggu,(30/10).
Aad juga menceritakan beberapa UMKM rela meminjam modal usaha dengan Pinjol meskipun bunganya cukup besar. UMKM tradisional tersebut memilih pinjol karena mudah.
"Mereka rela lho digorok untuk bayar bunga lebih besar cuma buat nutup kebutuhan stok barang dagang mereka sehari hari, oleh karena itu MPStore hadir membantu dan memudahkan UMKM," tutur Aad.
MPStore memberikan kemudahan untuk berdagang mulai dari menstok barang (kulakan) dan terdapat fasilitas-fasilitas yang memudahkan untuk melakukan penjualan dan pembelian.
"Cukup dagangnya pake MPStore, kulakan Jualan, catat pake menu kasir dan terima pembayaran pake QRIS yang ada di Aplikasi MPStore aja, jika mereka butuh modal kita pass through data penjuan mereka yang di kasir, QRIS dan data kulakan ke Bank yang nyalurin KUR dalam hal ini kita Kerjasama dengan Nobu Bank, bisnis mereka real ada volumnya cuan mereka ketauan, berapa puteran modal usaha, semua ada keliatan di data base kita ya kenapa gak kita mudahin aja, kita bantu UMKM itu ini cuma persoalan mau bantu UMKM atau tidak," pungkasnya.
Menurut Aad MPStore Ini adalah sebuah trobosan dari kemajuan teknologi saat ini jarang sekali keberpihakan terhadap usaha kecil dan menengah. Pemerintah dan perBankan harusnya lebih beradaptasi dengan kebiasaan-kebiasaan baru di era teknologi.
"Ini jangan terlalu kaku dalam memutuskan hal yang sifatnya menumbuhkan perekonomian Indonesia, jangan sampai seperti saat ini disparitas pertumbuhan KUR dan Pinjol berbeda jauh, perusahaan Fintech P2P lending lebih cermat beradaptasi dengan kebiasaan masyarakat dan mengambil keuntungan ditengah tengah kita," ungkapnya.
Aad sebagai CEO Founderdari MPStore berharap agar startup banyak yang peduli khususnya untuk UMKM menengah ke bawah.
"Semoga kedepan makin banyak lagi semangat anak muda dan startup technologi seperti MPStore ini yang peduli terhadap Usaha Kecil dan Menengah di Republik ini, tak sekedar menjadi startup yang berburu valuasi dan duit investasi," harapnya. (*)