KETIK, PALEMBANG – Debat Publik Pertama antara para calon gubernur (cagub) provinsi Sumatera Selatan (Selatan) pada Senin, 28 Oktober 2024 kemarin, menuai sejumlah respon dari pengamat.
Dalam debat yang berlangsung antara Herman Deru, Eddy Santana Putra, dan Mawardi Yahya itu, ketiganya saling menanggapi dan mengkritisi jawaban masing-masing.
Pengamat politik Sumsel, Bagindo Togar menilai hasil debat yang berlangsung antara tiga Cagub Sumsel itu secara objektif diungguli oleh Eddy Santana Putra.
Menurutnya, Eddy lebih perkasa dalam menanggapi dan merespon pertanyaan sekaligus pernyataan yang dilontarkan dua calon lainnya.
“Secara objektif, debat pertama kemarin, Eddy Santana unggul. Walaupun debat ini tidak menjamin akan unggul dalam Pilgub, tetapi kita bisa melihat kualitas pemimpin kita saat debat kemarin,” kata Bagindo, Selasa 29 Oktober 2024.
Situasi yang berbanding terbalik, lanjut Bagindo, tampak dari dua kontestan lainnya, yakni Herman Deru dan Mawardi Yahya.
Lebih lanjut, Bagindo melihat Herman Deru dan Mawardi Yahya sempat kedapatan mengalami kesulitan dalam menjawab pertanyaan dan belepotan ketika menyebutkan suatu istilah.
“Eddy lebih perkasa. Herman Deru dan Mawardi malah sempoyongan mereka,” terus Bagindo.
Hal ini, terus dia, berkaitan dengan kemampuan intelektual Eddy yang sudah lama berkecimpung di dunia pemerintahan, sehingga Eddy tampak lebih menguasai topik-topik pembahasan saat debat berlangsung.
Selain itu, Bagindo menilai Eddy tumbuh dari lingkungan perguruan tinggi yang kompetitif dan kredibel. Hal itu menjadi nilai positif bagi Eddy dalam debat yang berlangsung kemarin.
“Kenapa Eddy memimpin, karena tingkat dan kualitas intelektualnya. Dia juga berasal dari perguruan tinggi yang akreditasinya kredibel dan sekarang masih menempuh pendidikan doktor di Universitas Sriwijaya,” terangnya.
Bagindo justru menyayangkan perhelatan debat pertama Cagub Sumsel kemarin yang terkesan sangat datar. Hal ini disebabkan jawaban-jawaban yang diutarakan para cagub terkesan normatif dan tidak menyentuh pokok permasalahan.
Lagi pula, serangan-serangan yang dianggap personal oleh sebagian pihak masih dianggap dalam batas wajar oleh Bagindo. Justru pertikaian seperti itulah yang sejatinya akan menunjukkan jati diri dan kualitas dari sang pemimpin.
“Sebenarnya kalaupun ada serangan personal ya nggak begitu personal. Kita saja yang nggak terbiasa, lebih sering sok santun. Ya nggak apa-apa lah berpolemik sedikit, selagi masih wajar,” katanya.
Perihal visi misi yang disampaikan oleh para cagub, Bagindo menyebutkan, visi misi dari Mawardi Yahya merupakan yang terbaik dan paling lengkap dibanding dua calon lainnya.
Visi misi Mawardi yang bertajuk “Sumsel Bangkit Bersama”, lanjut Bagindo, terkesan lebih tegas dan mengakomodasi segala segmen permasalahan, termasuk masalah gender dan anak-anak muda.
Kemudian, visi misi Eddy juga dipandang baik oleh Bagindo. Dalam hal ini, Eddy cenderung fokus mengatasi permasalahan di dunia pendidikan dan menggalakkan pembangunan infrastruktur, seperti penghapusan pungutan liar di sekolah serta menjamin beasiswa bagi sarjana di desa-desa.
Berbeda dengan dua calon lainnya, visi misi yang disampaikan oleh Herman Deru justru dinilai tidak menarik dan terlalu normatif oleh Bagindo.
Apalagi pada sesi penyampaian visi misi, Herman Deru tidak mengungkapkan dengan jelas maksud dan tujuan dari visi misi yang dia sampaikan.
“Secara visi misi, Mawardi yang terbaik. Kalau yang paling kacau itu visi misi Herman Deru, sangat normatif,” tutup Bagindo. (*)