KETIK, JAKARTA – Sakit jantung merupakan salah satu penyebab kematian tertinggi di Indonesia. Menurut data Riskesdas (2018) menunjukkan bahwa angka kejadian penyakit jantung di Indonesia meningkat semakin tinggi dari tahun ke tahun dengan prevalensi 1,5%. Hal tersebut berarti bahwa 15 dari 1.000 orang di Indonesia menderita penyakit jantung.
Jika dulu kita memandang sakit jantung identik dengan orang yang lanjut usia, tapi saat ini mulai banyak anak muda yang menderita penyakit ini. Meningkatnya angka penyakit jantung di kalangan generasi muda ini berkaitan erat dengan gaya hidup modern yang kurang sehat.
Dilansir dari Suara.com jaringan media nasional Ketik.co.id, Direktur RS Charitas Hospital KM 7, dr Wanto mengatakan hampir seperempat kasus jantung koroner terjadi pada individu yang berusia di bawah 35 tahun.
"Tren peningkatan kasus penyakit jantung di kelompok usia muda ini sangat memprihatinkan," kata dr Wanto, Rabu 9 Oktober 2024.
Belum lagi biaya untuk pengobatan sakit jantung bisa dibilang cukup tinggi, menurut laporan terbaru dari BPJS Kesehatan, biaya perawatan penyakit jantung di Indonesia pada tahun 2023 mencapai angka mencengangkan, yaitu Rp17,62 triliun.
Oleh sebab itu perlunya edukasi kepada masyarakat terkait pola hidup sehat untuk menekan jumlah penderita penyakit jantung.
"Pasien sering datang dalam kondisi kritis karena tidak menyadari pentingnya pola hidup sehat," tambahnya.
Selain menjalani pola hidup sehat, masyarakat perlu juga melakukan skrining kesehatan secara rutin untuk mendeteksi penyakit jantung pada tahap awal, sehingga penanganan dapat dilakukan dengan lebih cepat dan efektif.
"Skrining secara keseluruhan, termasuk kolesterol, sangat penting untuk menghindari komplikasi lebih lanjut," kata Wakil Direktur Medis & Penunjang Medis RS Charitas Hospital KM 7, dr Ripka Renaldi.
Dengan menerapkan pola hidup sehat dan melakukan skrining kesehatan secara rutin, diharapkan angka prevalensi penyakit jantung di kalangan usia muda dapat ditekan. Perlu kerja sama dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, tenaga kesehatan, dan masyarakat, sangat diperlukan untuk menciptakan lingkungan yang mendukung kesehatan jantung yang lebih baik di Indonesia.(*)