KETIK, SURABAYA – Bambang Haryo Soekartono (BHS) melakukan ziarah di Makam Bung Tomo dalam rangkaian peringatan Hari Pahlawan 10 November, Kamis (3/11/2021). BHS hadir bersama direksi PT Dharma Lautan Utama (DLU), Pengurus DPC Partai Gerindra Surabaya dan PAC Wonokromo. Serta Ketua Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI) Surabaya H. Soetrisno.
Ia juga mengundang anak yatim untuk melantunkan yasin dan tahlil mengirim doa bagi mendiang Bung Tomo beserta istri Sulistina Sutomo agar mendapat tempat terbaik di sisi-Nya. Bagi BHS, Bung Tomo adalah panutan bagi seluruh rakyat terutama bagi generasi muda. Sehingga BHS membawa anak-anak yatim untuk mengenal lebih dekat sosok Bung Tomo sekaligus mendoakan.
"Kebetulan pahlawan yang banyak memotivasi semua pejuang yang sekarang ini jadi pahlawan, itu adalah Bung Tomo yang luar biasa menyemangati sehingga kita bisa mengusir Inggris dan Belanda dari Bumi Indonesia," kata BHS.
Rangkaian ziarah ini juga berlanjut ke Makam Gubernur Soerjo, KH Hasyim Asyari, dan Moestopo. Para tokoh tersebut juga telah memimpin perjuangan puluhan ribu Arek-arek Suroboyo sehinga dapat memenangkan peperangan. "Karena beliau semua juga termasuk pahlawan 10 November," ucapnya.
Dalam kesempatan tersebut, BHS mengapresiasi pemerintah karena telah memberikan perhatian pada makam istri Bung Tomo. Makam tersebut telah dipugar sesuai harapan BHS tahun lalu. "Karena beliau adalah pahlawan nasional. Termasuk ibu juga adalah pahlawan nasional sudah diberikan pada 2017 kemarin," kata Ketua Dewan Penasihat DPD Gerindra Jatim itu menambahkan.
BHS juga mengapresiasi Pemkot Surabaya karena telah memugar makam istri Bung Tomo. BHS juga akan mengirimkan bendera merah putih beserta tiang untuk dipasang di depan Makam Bung Tomo. "Sekali lagi apresiasi untuk Wali Kota Surabaya," ujarnya.
"Kalau perlu pasang spanduk nanti kita tulisi bahwa kita dalam memperingati Hari Pahlawan kita ikut mendoakan seluruh pahlawan yang sudah gugur mendahului yang lain," tambah Ketua Dewan Penasihat PT DLU ini.
Lebih lanjut, BHS berharap ada satu perhatian dari pemerintah kepada veteran. Baik dari pemerintah pusat, provinsi maupun daerah. "Karena tanpa veteran kita tidak bisa merdeka seperti sekarang ini," jelas BHS.
Ia melihat masih banyak hak-hak veteran belum terpenuhi. Seperti tunjangan veteran atau Tuvet. Di mana baru 75 persen. "Kebetulan yang 50 persen saya juga ikut mendorong pada waktu zamannya Pak SBY (Susilo Bambang Yudhoyono, red). Terus yang 25 persen saya juga ikut mendorong ke Kemenhan," kata BHS seraya berharap Presiden Jokowi bisa menuntaskan Tuvet 25 persen bersama Menhan Prabowo Subianto.
"Dua puluh lima persen ini kita tuntaskan sehingga veteran ini sudah mendapatkan tunjangan yang penuh," harapnya.
Selain Tuvet, BHS juga ingin agar pemerintah memperhatikan fasilitas makam pahlawan yang sudah penuh di beberapa tempat. "Ini perlu adanya perhatian dari pemerintah. Karena dua atau tiga kali lipat daripada pahlawan kita yang belum mendapatkan jatah makam dan lain-lain," ucap BHS.
Sementara itu, Direktur HRD PT DLU Mochammad Wahyudin mengatakan, peringatan Hari Pahlawan tidak hanya sekadar seremonial semata. "Kita mengenang itu penting, tapi yang paling penting adalah kita mengisi pembangunan ini dengan sebaik-baiknya," ujar Wahyudin.
Bahkan ia sempat terhenyak kala membaca kata-kata mutiara di tembok Makam Bung Tomo bahwa perjuangan merebut kemerdekaan tak akan sia-sia. Namun akan dinikmati oleh anak cucu kita.
"Jadi sekarang tergantung generasi muda kita bagaimana manfaat dari kemerdekaan ini bisa kita lakukan sebaik mungkin. Jangan sia-sia kan perjuangan beliau, ayo kita mengisi kemerdekaan ini dengan pekerjaan, tugas-tugas bagaimana bisa membesarkan nama bangsa dan negara," ungkapnya.
Ketua LVRI H Soetrisno pada kesempatan tersebut juga bercerita bagaimana perjuangan para pahlawan merebut kemerdekaan pada 10 November 1945. Perang 10 November bukan tanpa sebab. Diawali dengan aksi Belanda mengibarkan Merah Putih Biru di Hotel Oranje atau Yamato yang sekarang bernama Hotel Majapahit.
Sepeninggal Jenderal Inggris Mallaby, ada ultimatum pihak Inggris kepada rakyat Surabaya agar menyerahkan senjata di atas kepala. Bagi yang tidak menyerahkan bakal dibunuh. "Ini menimbulkan antusiasme rakyat Surabaya Arek-arek Suroboyo menjadi garang dan emosi. Seberani itu Belanda dan Inggris di tanah kita yang sudah merdeka berdaulat," kisahnya.
Setelah itu Arek-arek Suroboyo bergerak melakukan perlawanan dan tidak ada jalan lain. Mereka penuh keberanian angkat senjata. Dibantu dengan orasi-orasi Bung Tomo. "Di antaranya Merdeka atau Mati, Pantang Menyerah kemudian Rawe-rawe Rantas Malang-malang Putung, Tidak Kenal Menyerah," kisah H Soetrisno.(*)