KETIK, MALANG – Kota Malang tengah berupaya menjadi kota yang ramah akan kaum rentan, beberapa di antaranya adalah anak dan lansia. Namun Pemerintah Kota Malang harus dihadapkan dengan realita bahwa masih marak ditemukan anak-anak dan lansia yang menjadi gelandangan maupun pengemis.
Bahkan sebagian dari mereka membawa anaknya yang masih balita untuk mengemis ataupun mengamen.
Kepala Dinsos-P3AP2KB Kota Malang, Donny Sandito menjelaskan penanganan anak jalanan, gelandangan, dan pengemis telah bekerjasama dengan Satpol PP Kota Malang. Dalam penanganan tersebut juga mengantisipasi adanya tindakan eksploitasi anak.
"Sambil kita lihat ada eksploitasi anak atau tidak. Misal ada, itu bagian kami untuk menanganinya sengan UPT PPA Polresta Malang Kota," ujarnya ditulis Ketik.co.id, Minggu 22 Desember 2024.
Hadirnya pengemis lansia maupun anak-anak di pinggir jalanan tentu melukai citra yang akan dibangun Kota Malang. Namun pemerintah selalu berdalih bahwa meskipun anak jalanan dan pengemis yang telah ditertibkan, mereka selalu kembali ke jalanan.
Dari pengamatan di lapangan dan laporan yang dihimpun, lokasi yang menjadi jujugan pengemis dan gelandangan ialah perempatan Jalan Veteran, Jembatan Soehat, Jalan Galunggung, hingga area Jembatan Tunggulmas.
Tak jarang mereka berkumpul di satu titik tertentu untuk bekerja secara bergantian di jalanan. Bahkan di area sekitar patung pesawat Jalan Soekarno Hatta dan belakang Gedung DPRD Kota Malang sering dijadikan tempat peristirahatan gelandangan.
"Ada di pendataan Satpol PP, jadi aktifitas yang mengganggu ketentraman di fasilitas umum, merupakan pelanggaran Perda. Oleh karena itu, teman-teman satpol yang menindak. Untuk pembinaannya dari Dinsos," katanya.
Tak hanya lansia dan anak-anak, pengemis dan pengamen yang biasa dijumpai masih berada di usia produktif.
Kepala Satpol PP Kota Malang, Heru Mulyono menjelaskan kebanyakan pengemis dan pengamen mulai beroperasi saat menjelang Maghrib.
"Mereka itu mencari momen, pas ramainya pagi atau menjelang maghrib, biasanya mereka mencari tahu," katanya.
Heru juga mengungkapkan bahwa di daerah Kasin terdapat kotak kontrol milik profider telekomunikasi yang dijadikan tempat untuk menunggu bergantian.
"Namun saya pastikan bahwa lebih dari 70 persen mereka bukan warga Kota Malang," imbuhnya.
Menurutnya hadirnya gelandangan, pengemis, anak jalanan, dan pengamen dapat merugikan wajah Kota Malang.
"Itu jelas merugikan wajah kota. Harusnya di perempatan gak ada gangguan tapi terusik. Terus ada potensi kerawanan kejahatan. Mobil diberet kalau gak dikasih, memaksakan, dan lainnya," tutupnya.(*)