KETIK, PALEMBANG – Setelah santer diisukan mundur dari bursa Pilkada Sumatera Selatan (Sumsel 2024), Bakal Calon (Balon) Gubernur Sumsel Heri Amalindo akhirnya buka suara dan merespons media.
Hal itu disampaikannya usai menghadiri upacara HUT ke-79 RI di Lapangan Gelora November Pendopo, Kecamatan Talang Ubi, Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir (PALI), Sumsel, Sabtu (17/8/24).
Bupati PALI tersebut terlihat masih belum mau mengungkapkan sikap politik yang sebenarnya. Ketika ditanya soal kemundurannya, ia hanya membalas dengan singkat.
“Bagaimana mau mundur, aku maju saja belum kok mundur. Daftar dulu baru mundur,” ujar Heri sembari tertawa.
Heri belum menjelaskan apakah dirinya benar-benar hengkang dari bursa politik Sumsel atau tidak. Ia mengaku, kepastian dirinya maju atau tidak bisa dilihat sewaktu pendaftaran nanti.
“Nanti untuk pasti atau nggaknya (mundur dari Pilkada Sumsel), tanggal 29 Agustus terakhir daftar. Kalau tanggal tersebut kita tidak daftar berarti kita mundur,” kata dia.
Sifat yang ditunjukkan Heri Amalindo masih menjadi tanda tanya besar bagi publik, khususnya para pengamat politik yang memperhatikan situasi politik Sumsel akhir-akhir ini.
Menurut salah satu pengamat politik Sumsel, Bagindo Togar mengatakan, keputusan mundurnya Heri Amalindo dari bursa Pilkada Sumsel masih sulit untuk dipercayai.
Pasalnya, hal itu tidak disampaikan langsung oleh yang bersangkutan, melainkan diwakilkan oleh kuasa hukumnya.
“Pertama, karena keputusan itu disampaikan bukan dari beliau langsung, itulah publik masih sulit mempercayai argumentasi tersebut. Muncul tanda tanya besar apa yang menyebabkan beliau ini memutuskan mundur,” kata Bagindo.
Ia menilai, mundurnya Heri Amalindo dari pencalonan ini terkesan tidak logis, sebab Heri Amalindo dan Popo Ali Sudha nyaris mencukupi syarat minimal dukungan 15 kursi DPRD Sumsel. Mereka hanya butuh 1 kursi lagi untuk maju ke Pilkada Sumsel.
“Ini yang buat semakin aneh, bahkan B1KWK dari partai sudah nyaris lengkap, ditambah survei dan popularitas makin bagus kok malah mundur,” tutur dia.
Bagindo pun berspekulasi bahwa pernyataan mundur yang disampaikan Heri Amalindo bisa disebabkan oleh dua hal, yang pertama hanyalah akting dramaturgi untuk mengukur dan menguji simpati masyarakat.
Yang kedua, keputusan mundurnya Heri Amalindo juga bisa jadi representasi kekecewaan Heri atas perilaku dan sikap para partai politik yang ugal-ugalan, seperti mundurnya Ketua Umum Golkar secara mendadak.
“Bisa saja ini bagian dari cara dia untuk mengukur dan menguji simpati masyarakat. Kalaupun memang dia memutuskan mundur, saya kira ini disebabkan oleh kekecewaan dari seorang Heri Amalindo terhadap elite di tingkat pusat yang berperilaku bak makelar politik,” ungkap Bagindo. (*)