Kotak Kosong Surabaya, Taufik Monyong: Hegemoni, Oligarki dan Cukong Politik

Jurnalis: Shinta Miranda
Editor: Marno

6 Oktober 2024 17:02 6 Okt 2024 17:02

Thumbnail Kotak Kosong Surabaya, Taufik Monyong: Hegemoni, Oligarki dan Cukong Politik Watermark Ketik
Ilustrasi Eri-Armuji melawan kotak kosong. (Ilustrator: Rihad Kumala/Ketik.co.id)

KETIK, SURABAYA – Dalam Pilkada Surabaya 2024, Wali Kota petahana Eri Cahyadi bersama wakilnya, Armuji, menjadi satu-satunya pasangan calon yang diusung oleh 18 partai politik. Karena tidak ada lawan dari calon lain, mereka akan berhadapan dengan kotak kosong di pemilihan nanti.

Pemilihan kotak kosong hal ini mencerminkan mekanisme demokratis yang memberikan ruang bagi warga untuk menolak calon yang dianggap tidak mewakili aspirasi mereka, meskipun tidak ada pesaing lain di pemilihan.

Beberapa pihak, terutama dari gerakan masyarakat yang merasa tidak puas dengan kinerja Eri selama menjabat, telah mendeklarasikan dukungan mereka untuk memilih kotak kosong.

Seniman asal Surabaya sekaligus pengurus Dewan Kesenian Jawa Timur (DKJT) Taufik Hidayat alias Taufik Monyong mengungkapkan pasangan Eri-Armuji belum memberikan terobosan signifikan untuk Kota Pahlawan.

Taufik menjelaskan sejauh ini kampanye kotak kosong di Surabaya dilakukan oleh masyarakat bervariatif, tiap-tiap elemen yang melakukan kampanye membawa isu masing-masing.

"Di wilayah isu surat ijo, mengkonsolidasi semua perangkat korban dari janji politik dari Eri Cahyadi tentang surat ijo," jelasnya pada Jumat 4 Oktober 2024.

Beberapa masyarakat yang terdampak menjadi korban kebijakan Eri Cahyadi saat menjadi Wali Kota Surabaya misalnya pekerja outsourcing, nelayan wilayah reklamasi dan tenaga honorer.

"Jaringan masyarakat yang terdampak korban wilayah masyarakat yang mengalami reklamasi masih terus berjalan," tutur seniman nyentrik ini.

Masyarakat korban reklamasi, Taufik menegaskan bahwa akan menuju ke DPRD Surabaya memastikan pembatalan reklamasi bukan hanya janji politik biasa.

Foto Potret Taufik Monyong. (Foto: Dok. Pribadi)Potret Taufik Monyong. (Foto: Dok. Pribadi)

Menurut pandangan Taufik, adanya pasangan tunggal di Pilwali Surabaya 2024 merupakan hal ini mencerminkan tidak adanya pendidikan politik untuk generasi milenial.

"Ini hanya sekedar hegomoni, janji politik yang tidak memperkenankan kader-kader atau tokoh-tokoh muda muncul karena di balik semua itu kepentingan para penguasa, dan kepentingan di balik para penguasa, para cukong, yang menguasai core bisnis dari Surabaya," ucapnya.

Menurutnya, tidak ada calon penantang untuk Erji kali ini jelas menggambarkan bahwa mahalnya biaya politik mendapatkan rekomendasi partai.

"Pendidikan politik ini sudah buruk, semuanya itu corenya itu biaya politik semuanya itu uang, nanti panitia pelaksana pemilihan umum ini hanya sekedar alat legitimasi," tutur Taufik.

Purnawirawan Aktivis 98 ini menunjukkan bahwa Mantan Ketua KPU Surabaya Nur Syamsi menjadi Ketua Tim Pemenangan Erji, ini adalah gambaran penulis dan penjaga tempat pemungutan suara hanya untuk koordinasi di Pilwali Surabaya.

Kurangnya inisiatif dari KPU dalam melakukan pendidikan politik dapat menyebabkan masyarakat tidak paham tentang pentingnya partisipasi aktif dalam pemilu dan memahami konsekuensi dari setiap pilihan yang diambil.

"Semuanya politisi titipan, kalau KPU sosialisasi nggak panjang, maka KPU ini tidak berhasil untuk menciptakan pendidikan politik," jelas Taufik sembari menikmati sepiring nasi jagung.

Ia menyuarakan kotak kosong, bukan ingin kotak kosong unggul dibandingkan pasangan Eri-Armuji, namun Ia menginginkan masyarakat menyadari bahwa di Surabaya sudah tidak ada lagi kesadaran politik.

"Tidak ada kesadaran politik di tengah bagaimana upaya untuk menyelamatkan demokrasi, ini sudah hegomoni politik, oligarki politik, cukong politik. Kalau berani kenapa partai politik tidak mengajukan calon-calonya," terang Seniman asal Surabaya ini.

Untuk kampanye kotak kosong, Taufik menjabarkan beberapa masyarakat sudah terus melakukan kampanye namun tidak bersifat konvensional seperti kampanye pada umumnya.

Untuk kepemimpinan Eri-Armuji selama 5 tahun, Taufik mengungkapkan "Berani jujur terbuka, dan mengakui kesalahan," pesan Taufik.

Fenomena kotak kosong mencerminkan ketidakpuasan masyarakat, sehingga calon seperti Eri-Armuji harus bekerja keras untuk menawarkan alternatif yang lebih baik dan meyakinkan pemilih agar tidak memilih kotak kosong.

Tombol Google News

Tags:

Pilkada Surabaya Eri-Armuji Kotak Kosong Taufik Monyong Pilwali 2024 pilkada serentak Pilkada 2024