KETIK, MALANG – Nama Prof.Dr. Koentjaraningrat sangat populer di kalangan mahasiswa ilmu sosial humaniora, khususnya Antropologi. Berkat kontribusinya, Pak Koen dinobatkan sebagai Bapak Antropologi Indonesia.
Ia lahir di Yogyakarta, 15 Juni 1923 dan merupakan keturunan bangsawan. Pak Koen menempuh sekolah dasar di Europeesche Lagere School dan Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) yang diperuntukkan bagi anak-anak Belanda.
Kehidupannya yang kerap dihabiskan di lingkungan keraton membuatnya akrab dengan seni dan kebudayaan Jawa. Dari situlah awal kepribadiannya terbentuk hingga akhirnya menjadi seorang Antropolog.
Terdapat beragam karya tulis yang telah ia lahirkan dan menjadi warisan bagi keilmuan di Indonesia.
Bahkan bukunya bertajuk "Pengantar Ilmu Antropologi Indonesia" menjadi bacaan wajib bagi mahasiswa Antropologi di Indonesia.
Pak Koen juga merintis berdirinya 11 jurusan Antropologi di berbagai kampus di Indonesia. Jasanya terhadap Ilmu Antropologi di Indonesia salah satunya ditunjukkan dari tercetusnya 7 unsur kebudayaan.
Ketujuh unsur kebudayaan itu terdiri dari bahasa, sistem pengetahuan, sistem organisasi sosial, sistem peralatan hidup dan teknologi, sistem ekonomi dan mata pencaharian hidup, sistem religi, serta kesenian.
Pada 1957, ia mendirikan Jurusan Antropologi pertama kali di UI yang saat itu masuk di Fakultas Sastra. Pak Koen juga mendirikan Departemen Antropologi di Universitas Cendrawasih, Universitas Syiah Kuala, dan berbagai kampus lainnya.
Tak hanya membangun dasar Antropologi Indonesia, Pak Koen tak henti memperjuangkan Antropologi sebagai ilmu yang berkontribusi terhadap kebijakan publik berbasis riset.
Melalui Antropologi, kebijakan pembangunan di Indonesia dapat mengedepankan wawasan kebudayaan. (*)