Nabi Muhammad SAW memang merupakan teladan sempurna dalam banyak aspek kehidupan, termasuk moderasi beragama. Beliau membawa ajaran Islam yang mencakup nilai-nilai moderasi, keseimbangan, dan toleransi, dan beliau sendiri menghidupkan ajaran ini melalui tindakan dan sikapnya sepanjang kehidupannya.
Dalam banyak hal, Nabi Muhammad SAW memberikan contoh nyata tentang bagaimana moderasi beragama dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Tindakan dan ajaran beliau menjadi sumber inspirasi bagi umat Muslim dalam mengamalkan nilai-nilai moderasi, toleransi, dan keseimbangan dalam agama dan kehidupan.
Konsep Moderasi Beragama memiliki akar yang dalam dalam ajaran dan nilai Islam. Moderasi Beragama adalah pendekatan yang menekankan keseimbangan, tengah-tengah, dan penghindaran terhadap ekstremisme dalam praktik keagamaan. Konsep ini tidaklah baru dan memang telah ada sejak awal ajaran Islam. Beberapa poin yang mendukung pernyataan di atas adalah tengah-tengah (wasatiyah).
Konsep tengah-tengah adalah prinsip penting dalam Islam yang diajarkan oleh Rasulullah Muhammad SAW. Nabi mengajarkan umatnya untuk menghindari ekstremisme dan mempraktikkan agama dengan keseimbangan. Ini tercermin dalam banyak hadis yang menekankan pentingnya moderasi dalam segala hal.Top of Form
Teladan Moderasi Beragama
Julukan "Rahmatan lil 'Alamin" atau "Rahmat bagi seluruh alam" adalah julukan unik yang diberikan kepada Nabi Muhammad SAW dalam Al-Quran. Ayat ini terdapat dalam Surah Al-Anbiya (21:107), yang berbunyi: "Dan tidaklah Kami mengutus kamu, melainkan sebagai rahmat bagi semesta alam."
Rahmatan lil 'Alamin ini menunjukkan penghargaan yang luar biasa terhadap peran dan kontribusi Nabi Muhammad SAW sebagai sumber rahmat bagi seluruh ciptaan. Beliau dianggap sebagai teladan yang membawa rahmat, kebijaksanaan, dan petunjuk bagi seluruh umat manusia dan alam semesta.
Sehubungan dengan sifat "ar-Rahim" yang merujuk kepada Allah, ini adalah salah satu dari sembilan puluh sembilan nama baik atau sifat Allah dalam Islam. Meskipun tidak ada makhluk lain yang disebut dengan nama ini, Nabi Muhammad SAW memiliki hubungan yang sangat khusus dengan sifat tersebut, karena beliau merupakan utusan dan pembawa ajaran Allah kepada umat manusia.
Penggunaan kata-kata dan julukan ini dalam Al-Quran menunjukkan kedalaman makna dan keistimewaan Nabi Muhammad SAW dalam konteks ajaran dan nilai Islam. Ayat 107 dari Surat Al-Anbiya memang sangat penting dalam memahami peran Nabi Muhammad SAW sebagai rahmat bagi seluruh alam semesta. Julukan "Rahmatan lil 'Alamin" mencerminkan luasnya pengaruh dan keberkahan yang dibawa oleh Nabi Muhammad kepada seluruh ciptaan Allah, termasuk manusia, hewan, tumbuhan, dan lingkungan.
Pengutusan Nabi Muhammad SAW sebagai rahmat bagi seluruh alam semesta memperlihatkan beberapa konsep penting dalam ajaran Islam. Pertama, Universalitas. Pesan dan ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW memiliki sifat universal dan relevan bagi seluruh makhluk. Ajaran tersebut tidak terbatas pada kelompok tertentu, agama tertentu, atau wilayah geografis tertentu.
Kedua, Rasa Kasih Sayang dan kedamaian. Ajaran Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW adalah ajaran rasa kasih sayang, kedamaian, dan penghormatan terhadap kehidupan. Pesan ini tidak hanya ditujukan kepada manusia, tetapi juga kepada seluruh makhluk ciptaan Allah. Ketiga, Rasulullah juga mengajarkan konsep keseimbangan ekologis.
Konsep rahmat bagi seluruh alam semesta juga mencakup kesadaran akan pentingnya menjaga keseimbangan ekologis dan lingkungan. Islam mendorong perlindungan terhadap alam dan lingkungan serta penggunaan sumber daya alam secara bijaksana.
Keempat, Penghormatan terhadap keanekaragaman. Ajaran Nabi Muhammad SAW mengajarkan umat manusia untuk menghormati dan menghargai keanekaragaman yang ada di alam semesta, termasuk keanekaragaman budaya, suku, dan agama.
Dalam keseluruhan, ayat 107 dari Surat Al-Anbiya menggambarkan makna mendalam dari peran Nabi Muhammad SAW sebagai pembawa rahmat bagi seluruh alam semesta. Pesan rahmat, perdamaian, dan penghormatan yang dibawanya adalah pesan yang relevan dan penting bagi setiap aspek kehidupan manusia dan ciptaan Allah.
Penafsiran M. Quraish Shihab mengenai ayat 107 dari Surat Al-Anbiya' (21) adalah pendekatan yang sangat dalam dan penuh makna. Dengan merangkum empat hal pokok dari ayat yang singkat tersebut, beliau menggambarkan dimensi dan signifikansi yang luas dari makna "Rahmatan lil 'Alamin". Pemahaman ini membantu kita melihat seberapa pentingnya peran dan ajaran Nabi Muhammad SAW dalam konteks universal.
Pemahaman ini memperlihatkan kedalaman makna ayat tersebut dan betapa pentingnya peran Nabi Muhammad SAW dalam membawa ajaran universal yang membawa rahmat bagi seluruh alam semesta. Ayat ini adalah salah satu contoh bagaimana Al-Quran mampu mengandung pesan yang mendalam dalam kata-kata yang sederhana.
Pemahaman bahwa beliau adalah rahmat bagi seluruh alam semesta mengingatkan kita akan pentingnya nilai-nilai seperti kasih sayang, kedamaian, toleransi, dan penghargaan terhadap hak asasi manusia yang diemban oleh Nabi Muhammad SAW. Kehadirannya bukan hanya membawa ajaran yang berdampak pada umat Muslim, tetapi juga memberikan inspirasi bagi seluruh umat manusia dan ciptaan Allah.
Berkaitan dengan penjelasan di atas, berikut ada beberapa contoh bagaimana Nabi Muhammad mengimplementasikan nilai-nilai moderasi dalam kehipan beliau di masyarakat. Nabi Muhammad SAW menerapkan prinsip toleransi dalam berinteraksi dengan non-Muslim dan bagaimana beliau mengajarkan umatnya untuk bersikap baik kepada mereka yang tidak bermusuhan.
Kisah yang Anda sebutkan mengenai Asma binti Abi Bakar adalah salah satu contoh nyata tentang bagaimana Nabi Muhammad SAW mengajarkan toleransi dan sikap baik kepada semua orang, tanpa memandang agama atau latar belakang mereka.
Dalam hadis tersebut, Nabi Muhammad SAW memberikan izin kepada Asma binti Abi Bakar untuk berbuat baik kepada ibunya yang masih musyrik (tidak beragama Islam). Ini menunjukkan bahwa dalam Islam, sikap toleransi dan kasih sayang harus diutamakan, bahkan dalam hubungan keluarga yang memiliki perbedaan keyakinan.
Prinsip-prinsip yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW seperti dalam hadis ini menggarisbawahi pentingnya menjaga hubungan yang baik dengan semua orang, terlepas dari perbedaan agama. Sikap seperti ini merupakan bagian dari nilai-nilai moderasi beragama dan menghormati perbedaan, serta menunjukkan bahwa Islam menganjurkan sikap kasih sayang, keadilan, dan toleransi dalam berinteraksi dengan sesama manusia.
Nabi Muhammad SAW menunjukkan sikap toleransi yang luar biasa terhadap Ahli Kitab, yaitu komunitas Yahudi dan Nasrani, dalam berbagai aspek hubungan dan interaksi. Sikap beliau terhadap Ahli Kitab menggambarkan prinsip moderasi beragama dan penghargaan terhadap perbedaan keyakinan.
Dalam hubungan dengan Ahli Kitab, Nabi Muhammad SAW menunjukkan bahwa Islam menganjurkan untuk hidup berdampingan dengan saling menghormati dan menjalin hubungan yang baik.
Sikap beliau ini memberikan teladan bagi umat Muslim dalam memperlakukan orang lain dengan kebaikan, terlepas dari perbedaan keyakinan. Tindakan-tindakan tersebut memperkuat pesan moderasi beragama dan penghargaan terhadap perbedaan dalam ajaran Islam.
Sikap toleransi, penghormatan, dan penghargaan Nabi Muhammad SAW terhadap nilai kemanusiaan semua individu, terlepas dari latar belakang agama atau etnis mereka. Nabi Muhammad SAW memperlakukan semua manusia dengan rasa hormat dan manusiawi, memandang mereka sebagai ciptaan Allah yang memiliki hak-hak dan martabat yang sama.
Tindakan Nabi Muhammad SAW yang berdiri saat jenazah seorang Yahudi lewat adalah cerminan dari nilai-nilai moderasi beragama dan universalitas Islam. Ini juga mengingatkan umat Muslim tentang pentingnya menghormati kemanusiaan setiap individu, tidak peduli apa pun keyakinan atau latar belakang mereka.
Pesan yang diambil dari contoh ini adalah bahwa Islam mengajarkan kita untuk tidak hanya menghargai dan berinteraksi dengan sesama umat Muslim, tetapi juga dengan semua manusia. Tindakan Nabi Muhammad SAW seperti ini menjadi teladan bagi umat Muslim dalam berhubungan dengan masyarakat yang beragam agama dan budaya.
Penutup
Nabi Muhammad SAW selalu menunjukkan upaya dalam mewujudkan sikap toleransi, perdamaian, dan moderasi beragama dalam kehidupan dan ajaran beliau. Betapa pun tugas ini sering kali menghadapi tantangan dan rintangan, beliau terus mempertahankan sikap yang lemah lembut, penuh kasih sayang, dan berfokus pada memberikan pesan-pesan kebaikan dan perdamaian kepada semua orang, termasuk mereka yang berbeda agama.
Semua aspek ini menegaskan bahwa sikap toleransi, moderasi beragama, dan kasih sayang adalah bagian integral dari ajaran Islam yang ditegakkan oleh Nabi Muhammad SAW. Sikap ini tidak hanya membantu membangun hubungan harmonis di antara umat manusia, tetapi juga mencerminkan prinsip-prinsip universalitas dan kemanusiaan dalam Islam.
*) Oleh: Rhoni Rodin adalah Dosen IAIN Curup, Rejang Lebong, Bengkulu
**) Karikatur by: Rihad Humala/Ketik.co.id
***) Isi tulisan di atas menjadi tanggung jawab penulis
****) Ketentuan pengiriman naskah opini:
Naskah dikirim ke alamat email redaksi@ketik.co.id. Berikan keterangan OPINI di kolom subjek
Panjang naskah maksimal 800 kata
Sertakan identitas diri, foto, dan nomor HP
Hak muat redaksi