Pedagang Umbul-Umbul Betah Jualan di Pacitan, Ternyata Segini Omzetnya

Jurnalis: Al Ahmadi
Editor: Mustopa

31 Juli 2024 10:01 31 Jul 2024 10:01

Thumbnail Pedagang Umbul-Umbul Betah Jualan di Pacitan, Ternyata Segini Omzetnya Watermark Ketik
Penjahit Asal Ciamis, Jawa Barat yang kini mengadu nasib di Pacitan berjualan Umbul-umbul. Tampak tengah melayani pembeli di Lapaknya di barat perempatan Penceng. (Foto: Al Ahmadi/Ketik.co.id)

KETIK, PACITAN – Sejumlah penjual bendera merah putih dan umbul-umbul sudah membuka lapaknya di beberapa titik di Kabupaten Pacitan menjelang momen HUT ke-79 Republik Indonesia.

Dimulai dari kawasan perempatan Arjowinangun, hingga perempatan Bapangan. Termasuk di kawasan perempatan Penceng.

Para penjual bendera merah putih dan umbul-umbul berhamburan di sisi kiri kanan ruas jalanan kota. Mereka didominasi dari Ciamis dan Garut, Jawa Barat. 

Nampak dari raut wajah mereka asa tak pernah sirna. Menunggu dengan berpanas-panasan, ada pula yang menunggu berteduh hingga tertidur pulas beralaskan karung berwarna putih.

Usaha itu dilakukan mereka agar mendapatkan penghasilan dari berjualan bendera, memanfaatkan momentum kemerdekaan Indonesia.

Seperti Adi (28) penjahit asal Ciamis, Jawa Barat, yang kini menggelar lapak umbul-umbul di perempatan Penceng Pacitan. Omzet yang cukup menjanjikan membuat Adi dan teman-temannya memilih merantau.

"Ke sini naik bus bareng rombongan. Kalau dari satu grup saya, itu ada tiga, asli Ciamis semua. Kalau dari Garut ada juga, itu malah hampir 20 orang," kata Adi saat ditemui di lapaknya, di sebelah barat Perempatan Penceng Pacitan, Rabu (31/7/2024).

Sebulan di Pacitan, omzet yang mereka dapat paling banyak bahkan bisa menyamai UMR Jakarta.

"Dalam waktu satu bulan di Pacitan, kalau Rp3-5 jutaan pasti dapat lah. Kadang kalau rame ya Rp5 juta, kalau sepi ya Rp3 juta. Untung bersih dari Rp5 juta, sekitar 3 jutaan," ujarnya, kepada Ketik.co.id

Foto Umbul-umbul bernuansa kemerdekaan yang dijual Adi, menanti diserbu pembeli. (Foto: Al Ahmadi/Ketik.co.id)Umbul-umbul bernuansa kemerdekaan yang dijual Adi, menanti diserbu pembeli. (Foto: Al Ahmadi/Ketik.co.id)

Meski banyak kota besar lain, Adi mengklaim lebih memilih Pacitan. Kenyamanan berdagang adalah pilihan utama.

"Sudah 6 tahun ke sini tiap Agustus. Karena ya di Pacitan itu aman tidak ada kerusuhan, beda sama kota atau kabupaten lain. Pernah pas pertama ke Semarang, di sana ada preman yang suka malak, pernah juga dikejar Satpol PP, pokoknya bikin kapok kalau di daerah lain," kesannya saat jualan.

Bagi Adi, berjualan aksesoris Agustusan di Pacitan tak sekadar mencari keuntungan, tetapi juga sebagai ajang liburan.

"Saya anggap ini kerja sambil liburan, cara liburan tapi gratis karena dapat duit," ujarnya sambil tersenyum.

Selama hidup di jalanan, Adi mengaku pengalaman paling pahit saat berdagang di Semarang. 

"Di Semarang, selain dikejar-kejar satpol PP, pernah dipalak preman sampai tak bisa pulang karena uangnya ludes, tiap berjualan rasanya was-was terus," kenang Adi.

Lebih lanjut, meski saat ini penjualan belum begitu ramai, para penjaja bendera ini tetap optimistis akan mendapatkan keuntungan yang cukup besar.

Berbagai macam aksesoris Agustusan dijual mereka dengan harga yang cukup terjangkau. Mulai dari umbul-umbul dengan harga Rp15 ribu hingga Rp300 ribu, serta bendera seharga Rp20 ribuan.

"Harganya tergantung ukuran," tandasnya.(*)

Tombol Google News

Tags:

pacitan   umbul-umbul Agustusan