KETIK, SURABAYA – Berbagai manuskrip bersejarah Indonesia terpampang di gedung Thomas Jefferson yang berlokasi di Capitol Hill, Washington DC, Amerika Serikat. Benda-benda langka yang sangat berharga itu merupakan koleksi dari Library of Congress (LoC) -perpustakaan DPR Amerika Serikat- yang kini sedang dipamerkan.
Pameran yang digelar sejak 6 Juni 2024 lalu itu, digelar dalam rangkaian perayaan peringatan 75 tahun hubungan diplomatik Indonesia-Amerika Serikat. Tidak sekedar perpustakaan milik Kongres AS, Library of Congress (LoC) Amerika Serikat selama ini dikenal sebagai salah satu perpustakaan terbesar di dunia.
Pameran koleksi manuskrip tentang Indonesia ini digelar KBRI Washington D.C. bekerja sama dengan Library of Congress (LoC). Tujuannya untuk mengangkat peran penting LoC dalam membangun pemahaman masyarakat AS tentang Indonesia dan pertumbuhan hubungan antara kedua negara.
Acara ini menarik banyak anggota masyarakat termasuk staf Kongres, akademisi, peneliti, dan pengunjung umum.
Acara diawali dengan resepsi dan dilanjutkan dengan pameran berbagai koleksi Indonesia yang tergolong langka sejak awal abad ke-18.
Eugene Flanagan, Direktur Koleksi Umum dan Internasional-LoC menegaskan bahwa pameran ini mencerminkan hubungan panjang antara LoC dan Indonesia.
"Hal ini menjadi bukti peran LoC dalam memperkenalkan berbagai materi Indonesia kepada publik AS, melalui berbagai macam koleksi yang terdisi dari buku, peta, cetakan berseri, advertorial, rekaman suara, dan lain-lain” ungkap Flanagan dalam keterangan tertulis yang diterima redaksi Ketik.co.id pada Rabu (12/06/2024).
Ia juga menambahkan bahwa LoC bertanggung jawab untuk memantau dan mengkatalogkan judul-judul Indonesia yang bukan hanya untuk kebutuhan perpustakaan, tetapi juga untuk banyak institusi akademik di AS.
Kuasa Usaha Ad-Interim (KUAI) KBRI Washington, D.C., Ida Bagus Made Bimantara menyampaikan apresiasi kepada LoC atas kurasi koleksi Indonesia yang dipamerkan kepada masyarakat umum. Ia juga menggarisbawahi nilai dan prinsip dasar yang telah mempererat hubungan Indonesia dan AS dari waktu ke waktu.
"Indonesia selama ini aktif mengedepankan prinsip demokrasi yang menekankan pentingnya pemerintahan oleh rakyat dan untuk rakyat. Pengabdian nilai-nilai demokrasi ini adalah salah satu fondasi kuat hubungan Indonesia dan Amerika Serikat” ungkap diplomat yang akrab disapa Sade ini.
Sebagai Tamu Kehormatan, Sara Matthews, Direktur Kantor Pers dan Diplomasi Publik, Biro Urusan Asia Timur dan Pasifik, Kantor Pers dan Diplomasi Publik, Kemlu AS menyampaikan komitmen Kemlu AS untuk terus membina hubungan kedua negara di tingkat masyarakat sebagai landasan persahabatan yang kuat.
"Saya ingin menegaskan kembali komitmen Kemlu AS dalam memastikan kerja sama kami dengan Indonesia untuk mengatasi tantangan-tantangan baru yang akan kita hadapi di abad ke-21. Kita berhutang budi pada diri kita sendiri di masa depan, kepada anak-anak kita, dan kepada keluarga kita agar kita dapat mewujudkan komitmen tersebut dengan lebih baik bagi generasi masa depan kita.”
Para pengunjung terlihat antusias dengan kesempatan untuk melihat dan berinteraksi dengan koleksi pilihan Indonesia yang tergolong langka.
Banyak yang terkesima dengan keunikan koleksi Indonesia yang dipamerkan, misalnya salinan Babad Tanah Jawi (1861), surat yang ditulis oleh seorang Sultanah asal Bugis yang diperoleh pada Ekspedisi Wilkes (1838-1842), serta naskah-naskah Batak yang ditulis di atas daun kulit kayu tahun 1870/1990.
Selain itu juga terdapat sejumlah dokumentasi kunjungan kenegaraan yang pertama kali dilakukan Indonesia melalui Presiden Sukarno ke Amerika Serikat. Saat itu, Indonesia baru beberapa tahun merdeka.
Pameran lainnya juga mencakup karya bergambar Miguel Covarrubias, seorang pelukis dan antropolog kelahiran Meksiko, yang menggambarkan budaya Bali, serta buku-buku terbitan Yayasan Lontar.
Pameran ini dihadiri oleh lebih dari 100 pengunjung dan tamu undangan, diantaranya termasuk perwakilan Kongres, akademisi, peneliti, dan pengunjung umum LoC.
Acara ini juga diramaikan dengan penampilan tari Golek Sri Rejeki oleh kelompok Santi Budaya, serta hidangan santap siang yang disajikan oleh Restoran Indonesia Artha Rini. (*)