AI Tak Akan Menggantikan Semua Pekerjaan Manusia, Ini Perkecualiannya

7 Mei 2025 18:25 7 Mei 2025 18:25

Thumbnail AI Tak Akan Menggantikan Semua Pekerjaan Manusia, Ini Perkecualiannya
Prototype Artificial Intelligence (foto: Unsplash)

KETIK, SURABAYA – Di tengah pesatnya perkembangan teknologi kecerdasan buatan Artificial Intelligence (AI), kekhawatiran mesin akan mengambil alih pekerjaan manusia terus bergema di berbagai belahan dunia. Namun, para pakar teknologi melihat fenomena ini dari sudut pandang berbeda, AI bukan untuk menggantikan manusia, melainkan menjadi alat bantu untuk meningkatkan kinerja manusia.

Andrew Ng, sebagai CEO di bidang kecerdasan buatan dan pendiri DeepLearning AI menyatakan, pemanfaatan AI justru dapat menjadi keunggulan kompetitif bagi individu maupun perusahaan.

“AI tidak akan menggantikan manusia, tetapi manusia yang menggunakan AI akan menggantikan mereka yang tidak menggunakan AI,”ujar Andrew Ng dalam diskusi panel bertajuk AI for the Future of Work di Universitas Chulalo ngkorn, Bangkok, Thailand, Juli 2024.

Andrew menambahkan, AI hanya mampu mengotomatisasi sebagian kecil dari pekerjaan, umumnya sekitar 20–30% tugas rutin. Sisanya masih membutuhkan intuisi, empati, kreativitas, dan pengambilan keputusan manusia.

“Banyak pekerjaan seperti layanan pelanggan, hukum, kedokteran, dan pendidikan akan tetap membutuhkan sentuhan manusia,” jelasnya. Ia menekankan kemampuan untuk beradaptasi dan menggunakan teknologi akan menjadi faktor pembeda di era baru ini.

Laporan Future of Jobs Report 2025 dari World Economic Forum memperkuat pernyataan tersebut. Dalam laporan itu, disebutkan sebanyak 85 juta pekerjaan diperkirakan akan tergantikan oleh otomatisasi pada 2025. Namun, di sisi lain, 97 juta pekerjaan baru diprediksi akan tercipta, khususnya di bidang-bidang yang menuntut keahlian digital seperti analisis data, pemrograman, keamanan siber, dan pengembangan AI.

Di Indonesia, pemerintah turut mengambil langkah strategis. Melalui Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi), program Digital Talent Scholarship telah diluncurkan untuk mencetak talenta digital yang siap bersaing di tingkat global. Ribuan peserta dari seluruh Indonesia mendapatkan pelatihan intensif dalam bidang AI, big data, dan transformasi digital.

Tak hanya itu, sejumlah perguruan tinggi juga aktif menyelenggarakan seminar dan pelatihan literasi AI. Universitas Negeri Jakarta, misalnya, telah menjadikan pemahaman teknologi sebagai bagian dari kurikulum pengembangan kompetensi mahasiswa.

Dr. Ridho Rahmadi, seorang akademisi dan politisi Indonesia, menekankan pentingnya pengembangan AI yang etis dan bertanggung jawab. Dalam pidatonya pada Mei 2021, beliau menyatakan AI harus dikembangkan dengan mempertimbangkan nilai-nilai kemanusiaan dan tidak boleh digunakan untuk tujuan yang merugikan masyarakat.

Keterbukaan akses terhadap teknologi dan sumber belajar AI seperti kursus daring, komunitas teknologi, dan sumber terbuka menjadi modal penting. Saat ini, siapa pun, dari latar belakang apa pun, dapat mulai belajar dan meningkatkan daya saingnya melalui teknologi.

Jadi, siapa yang akan menang dalam era AI ini? Bukan mereka yang menolak perubahan, melainkan mereka yang bersedia belajar, beradaptasi, dan tumbuh bersama teknologi. (*)

Tombol Google News

Tags:

Artificial Intelligence teknologi AI Kecerdasan Buatan DeepLearning

Berita Lainnya oleh Ahmad Caesar