Aku, Kita dan HMI

6 Februari 2025 09:07 6 Feb 2025 09:07

Thumbnail Aku, Kita dan HMI Watermark Ketik
Oleh: Ponirin Mika*

 

Ketua Lakpesdam MWCNU Paiton dan Anggota Community of Critical Social Research

Sejarah lahirnya Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) tidak lepas dari persoalan kebangsaan dan keislaman. Ketika Indonesia baru saja merdeka, negara ini dihadapkan pada tantangan besar dalam membangun jati diri dan mempertahankan kemerdekaan. Di tengah kondisi tersebut, Lafran Pane tergerak untuk mendirikan HMI sebagai organisasi yang bisa menjawab kebutuhan tersebut. HMI hadir sebagai bentuk pertemuan antara semangat keislaman dan kebangsaan. Organisasi ini bukan hanya menjadi wadah bagi mahasiswa untuk mengembangkan diri, tetapi juga sebagai garda terdepan dalam memperjuangkan kedaulatan bangsa dengan landasan nilai-nilai Islam.

Sebagai organisasi mahasiswa terbesar, HMI tetap mempertahankan idealismenya hingga kini. Sejak berdirinya, HMI telah berkomitmen untuk menciptakan insan akademis yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga memiliki kepedulian sosial yang tinggi. HMI berperan sebagai penggerak moral dan intelektual di kalangan mahasiswa, serta sebagai penjaga semangat kebangsaan. Namun, perjalanan HMI tidaklah tanpa tantangan. Di usia yang kini menginjak 78 tahun, organisasi ini dihadapkan pada berbagai perubahan zaman yang mengharuskan HMI untuk terus beradaptasi.

Di tengah era globalisasi yang semakin menggiring banyak nilai-nilai kebangsaan kita ke dalam pusaran identitas yang kabur, HMI diharapkan bisa tetap menjaga dan menguatkan nilai-nilai keindonesiaan dan keislaman. Banyak harapan yang disematkan pada HMI untuk dapat kembali menjadi organisasi yang organik, mampu mendewasakan mahasiswa dalam menghadapi tantangan zaman. Organisasi ini diharapkan tidak hanya menjadi tempat pembelajaran, tetapi juga menjadi agen perubahan yang aktif dalam menyuarakan keadilan, mengawal keberagaman, dan memperjuangkan kemakmuran bangsa.

Saat ini, HMI perlu kembali merenungkan perannya di tengah dinamika sosial-politik yang ada. Bagaimana HMI bisa menjadi solusi bagi bangsa yang mulai kehilangan arah dan identitasnya? Bagaimana HMI bisa menjadi tempat untuk menggali pemikiran-pemikiran kritis yang bermanfaat bagi kemajuan Indonesia? Di usia ke-78, HMI harus terus menjaga relevansinya dengan memperkuat semangat keindonesiaan dan keislaman, serta mendorong generasi muda untuk terus berkontribusi dalam memajukan bangsa. Harapan besar ada pada HMI untuk menjawab tantangan zaman dengan menjaga integritas, idealisme, dan komitmennya dalam membangun Indonesia yang lebih adil dan berkeadaban.

 

*) Ponirin Mika, merupakan Ketua Lakpesdam MWCNU Paiton dan Anggota Community of Critical Social Research Probolinggo

**) Isi tulisan di atas menjadi tanggung jawab penulis

***) Karikatur by Rihad Humala/Ketik.co.id

****) Ketentuan pengiriman naskah opini:

  • Naskah dikirim ke alamat email [email protected].
  • Berikan keterangan OPINI di kolom subjek
  • Panjang naskah maksimal 800 kata
  • Sertakan identitas diri, foto, dan nomor HP
  • Hak muat ada pada redaksi.(*)

 

Tombol Google News

Tags:

hmi Lafran Pane Keislaman opini Himpunan Mahasiswa Islam Organisasi mahasiswa ekstra kampus omek Aktivis