Diskursus ini bertujuan untuk mengkaji akulturasi perpaduan budaya dalam arsitektur Masjid Muhammad Cheng Hoo di Jember, yang mencerminkan integrasi antara elemen arsitektural Islam dan budaya Tionghoa. Masjid ini merupakan simbol harmoni estetis dan spiritual melalui perpaduan atap melengkung, bentuk simetris, ornamen geometris, material kayu, serta simbolisme warna, patung, kaligrafi, dan lampion.
Penelitian yang dilakukan penulis dengan menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan teknik pengumpulan data melalui observasi langsung di lokasi penelitian dan studi literatur dari jurnal, buku, dan dokumen terkait, menunjukkan sejumlah hal. Yakni bahwa Masjid Muhammad Cheng Hoo Jember memperkuat identitas budaya dan religius masyarakat, meningkatkan toleransi dan pemahaman antarbudaya.
Struktur dan desain masjid mencerminkan akulturasi yang mendalam, menggabungkan unsur-unsur arsitektur dari tradisi Arab, Tionghoa, dan Jawa, menciptakan ruang yang tidak hanya fungsional tetapi juga bermakna secara estetis dan spiritual. Keberadaan Muslim Tionghoa di Jember, meskipun belum sepenuhnya diakui, menunjukkan kemampuan mereka dalam mengintegrasikan budaya ke dalam praktik keagamaan, memperkuat kohesi sosial, serta meningkatkan toleransi keberagamaan di kalangan masyarakat.
Penelitian ini juga menyoroti peran masjid dalam pengembangan keislaman melalui pendidikan keagamaan yang terstruktur, seperti pengajian Al-Qur’an, hadist, akidah, dan akhlaq. Program-program ini dirancang untuk meningkatkan pemahaman dan praktik agama di kalangan umat Muslim Tionghoa, sekaligus memperkaya pengalaman spiritual mereka dengan nilai-nilai budaya yang berbeda. Dengan demikian, penelitian ini memberikan wawasan mendalam tentang bagaimana akulturasi budaya terjadi dalam konteks arsitektur masjid dan peran strategis masjid dalam memperkuat identitas keagamaan dan sosial masyarakat, serta menciptakan ruang yang inklusif dan harmonis bagi berbagai elemen budaya yang ada.
Akulturasi Perpaduan Budaya
Islam adalah agama yang mengajarkan toleransi dalam hubungan antarumat beragama, bangsa, dan negara. dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, suku, ras, dan budaya merupakan bagian integral yang tidak dapat dipisahkan. Meskipun islam dan budaya adalah dua konsep yang berbeda, di indonesia keduanya sering kali berbaur menjadi satu kesatuan yang harmonis.( Arifai Ahmad, 2019). Hal ini disebabkan oleh keberagaman suku, ras, dan agama yang sangat kaya di indonesia. Menilik sejarah, Indonesia tidak hanya dihuni oleh penduduk pribumi tetapi juga oleh orang-orang non-pribumi, termasuk komunitas Tionghoa.
Komunitas Tionghoa telah lama tinggal di indonesia dan banyak yang telah menjadi warga negara indonesia. Salah satu daerah dengan komunitas Tionghoa yang signifikan adalah Kabupaten Jember. (M Zamroni, 2021) di sana, komunitas Muslim Tionghoa hidup berdampingan dengan penduduk pribumi, dengan mayoritas dari mereka menganut agama islam.
Komunitas Muslim Tionghoa di Jember memiliki karakteristik unik yang membuat mereka mudah dikenali di kalangan masyarakat. Salah satu ciri khas mereka adalah yayasan yang didirikan oleh komunitas tersebut. Meskipun terdapat perbedaan antara Muslim Tionghoa dan Muslim Indonesia pada umumnya, perbedaan tersebut justru menjadi identitas tersendiri yang membantu mereka untuk lebih dikenal dan diakui di masyarakat.
Keberadaan mereka sebagai kelompok minoritas mendorong mereka untuk melakukan berbagai upaya agar diakui dan dihargai oleh masyarakat. Fenomena sosial ini sering kali tidak disadari namun sangat penting untuk dipahami.
Hasil penelitian penulis yang berjudul “Islam dan Kebudayaan: Perpaduan Kebudayaan dalam Arsitektur Masjid Muhammad Cheng Hoo” merupakan penelitian pertama yang dilakukan di Kota Jember yang menyoroti karakteristik keislaman dari komunitas Muslim Tionghoa. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendalami karakteristik dan dinamika sosial komunitas Muslim Tionghoa di Jember, serta memahami bagaimana mereka mengintegrasikan identitas budaya dan agama dalam kehidupan sehari-hari.
Selain aspek sosial, seni dan arsitektur juga memainkan peran penting dalam mencerminkan akulturasi budaya. Seni adalah ekspresi keindahan yang merupakan bagian integral dari ruh dan budaya manusia. Menurut Quraish Shihab dalam bukunya “Wawasan Al-Qur’an”, seni mencerminkan keindahan dan estetik yang lahir dari sisi terdalam manusia, didorong oleh kecenderungan seniman terhadap keindahan dalam berbagai bentuk. Secara teoritis, seni dapat didefinisikan sebagai manifestasi budaya manusia yang memenuhi syarat-syarat estetik (Anshari, 1986:116)
Seni rupa, khususnya seni rupa tiga dimensi seperti arsitektur, tidak hanya memenuhi kebutuhan fisik manusia tetapi juga aspek sosial dan spiritual. Di Indonesia, masjid adalah contoh arsitektur yang kaya akan keberagaman budaya. Masjid Muhammad Cheng Hoo di Jember adalah contoh menarik dari perpaduan agama Islam dengan budaya lokal. Masjid ini mencerminkan akulturasi budaya yang memadukan elemen-elemen arsitektur Tionghoa, Jawa, dan Arab.
Arsitektur unik ini tidak hanya menjadi pusat perhatian masyarakat tetapi juga tujuan wisata dan tempat dakwah. Diskursus ini bertujuan untuk mengkaji makna simbolisme dan spiritual yang terkandung dalam arsitektur Masjid Muhammad Cheng Hoo Jember. Metode yang digunakan adalah kualitatif deskriptif dengan teknik pengumpulan data meliputi observasi dan studi literatur dari jurnal-jurnal.
Penelitian ini mengidentifikasi makna simbolik dalam arsitektur Masjid Muhammad Cheng Hoo Jember yang dapat dikategorikan menjadi tiga: Ikon, Indeks, dan Simbol. Melalui analisis ini, diharapkan pemahaman yang lebih mendalam tentang bagaimana perpaduan agama Islam dengan budaya lainnya dalam arsitektur masjid ini dapat menjadi pusat perhatian dan tujuan dakwah yang relevan dengan ajaran Islam.
Tujuan tulisan ini adalah untuk menganalisis bagaimana akulturasi budaya Islam dengan arsitektur Tionghoa terwujud dalam desain Masjid Muhammad Cheng Hoo di Jember. tulisan ini bertujuan untuk memahami pengaruh perpaduan budaya terhadap tampilan arsitektur masjid dan bagaimana masjid ini berfungsi sebagai wadah pengembangan keislaman dan kesadaran agama di kalangan masyarakat. Fokus penelitian mencakup sejarah berdirinya Masjid Cheng Hoo di Jember, proses akulturasi budaya yang terjadi, serta dampaknya terhadap identitas budaya dan religius masyarakat. Masjid Cheng Hoo di Jember menunjukkan beberapa manfaat melalui perpaduan agama Islam dengan seni arsitektur.
Akulturasi budaya yang terlihat pada masjid ini menggabungkan unsur budaya Arab, China, Jawa, dan India, mencerminkan keberagaman dan kekayaan budaya Indonesia. Perpaduan ini juga memungkinkan pengembangan identitas budaya yang lebih luas dan inklusif, menunjukkan bagaimana elemen-elemen arsitektur dapat menyatu untuk menciptakan ruang yang tidak hanya fungsional tetapi juga bermakna secara budaya dan spiritual.(Steffi, 2018)
Dengan demikian, tulisan ini tidak hanya berkontribusi pada pemahaman akademis tentang akulturasi budaya dalam arsitektur masjid, tetapi juga menawarkan wawasan praktis tentang bagaimana masjid dapat menjadi pusat pengembangan keislaman yang memadukan berbagai tradisi budaya, memperkuat kohesi sosial, dan identitas religius masyarakat. Penelitian ini juga diharapkan dapat menginspirasi studi lebih lanjut tentang integrasi budaya dalam arsitektur Islam dan dampaknya pada masyarakat multikultural di Indonesia dan di seluruh dunia.
Perpaduan Budaya dalam Arsitektur Masjid Muhammad Cheng Hoo
Perpaduan agama merupakan proses di mana elemen-elemen dari berbagai tradisi berbeda bertemu dan saling mempengaruhi, menghasilkan kombinasi ajaran dan nilai yang unik. Penelitian mengenai “Perpaduan Agama Islam dalam Seni Arsitektur Bangunan Masjid Muhammad Cheng Hoo Jember” mengungkap bahwa masjid ini mencerminkan perpaduan signifikan antara budaya Arab, Cina, dan Jawa.
Ragam hias bangunan tersebut memperlihatkan bagaimana elemen-elemen arsitektur dari ketiga budaya tersebut dapat bersatu, menjadikan Masjid Muhammad Cheng Hoo sebagai contoh menarik dari integrasi budaya lokal dan internasional. (Ridho, M. A., & Marzuki, A, 2019)
Strategi Pendidikan Keagamaan di Masjid Cheng Hoo
Masjid Cheng Hoo memiliki strategi khusus untuk meningkatkan pendidikan keagamaan Muslim Tionghoa melalui berbagai program pendidikan yang terjadwal dan rutin. Program-program ini diajarkan oleh pendidik berkompeten yang didatangkan khusus untuk meningkatkan pendidikan keagamaan. Beberapa program pendidikan keagamaan yang dijalankan di Masjid Cheng Hoo meliputi:
Masjid Cheng Hoo memiliki strategi khusus untuk meningkatkan pendidikan keagamaan Muslim Tionghoa melalui berbagai program pendidikan yang terjadwal dan rutin. Program-program ini diajarkan oleh pendidik berkompeten yang didatangkan khusus untuk meningkatkan pendidikan keagamaan.
Beberapa program pendidikan keagamaan yang dijalankan di Masjid Cheng Hoo Jember meliputi:
a) Pendidikan Al-Qur’an: Program ini mencakup pengajian tafsir rutin untuk masyarakat umum, mengaji Al-Qur’an bagi anak-anak usia SD, dewasa, serta kegiatan kajian muallaf. Program ini bertujuan memperdalam pemahaman tentang Al-Qur’an dan meningkatkan kemampuan membaca serta memahami kitab suci bagi berbagai kelompok usia dan latar belakang.
b) Pendidikan Hadist: Pendidikan ini mengajarkan tentang perkataan, perbuatan, dan penetapan Rasulullah SAW, disertai dengan pendidikan tasawuf, aqidah, dan akhlaq. Pendidikan hadist bertujuan memberikan contoh perilaku nabi sesuai dalil yang jelas, sehingga jamaah dapat meneladani kehidupan Rasulullah dalam kehidupan sehari-hari.
c) Pendidikan Akidah: Fokus pada pengajaran dasar-dasar keyakinan dalam Islam, membantu individu memahami keagungan Allah dan memperkuat iman melalui wahyu dari Al-Qur’an dan Hadits. Program ini dirancang untuk memperkokoh keyakinan keislaman dan menjelaskan prinsip-prinsip utama yang menjadi landasan keimanan seorang Muslim
d) Pendidikan Akhlaq: Melibatkan pendidikan tasawuf dan kajian remaja, program ini bertujuan memperbaiki perilaku dan moral individu, menciptakan hubungan baik antara manusia dan penciptanya. Pendidikan akhlaq diberikan kepada masyarakat umum dan remaja, membantu mereka membentuk kepribadian yang saleh dan beradab, serta membina hubungan harmonis dengan sesama.
Diskursus ini dapat disimpulkan bahwa Masjid Muhammad Cheng Hoo Jember adalah simbol harmonisasi antara elemen arsitektural Islam dan budaya Tionghoa, menciptakan harmoni estetis dan spiritual melalui perpaduan atap melengkung, bentuk simetris, ornamen geometris, material kayu, simbolisme warna, patung, kaligrafi, dan lampion.
Akulturasi Perpaduan ini memperkuat identitas budaya dan religius masyarakat serta meningkatkan toleransi dan pemahaman antarbudaya. Selain itu, penelitian ini juga menunjukkan kemampuan mereka mengintegrasikan budaya ke dalam Islam dan memperkuat kohesi sosial serta toleransi keberagamaan. Perpaduan elemen-elemen ini memperkuat identitas budaya dan religius masyarakat serta meningkatkan toleransi dan pemahaman antarbudaya. diskursus ini juga menunjukkan kemampuan masyarakat setempat mengintegrasikan budaya ke dalam Islam, yang pada gilirannya memperkuat kohesi sosial serta toleransi keberagamaan. Selain itu, masjid ini berfungsi sebagai bukti nyata bahwa harmoni antara budaya dapat tercapai melalui arsitektur dan simbolisme, memberikan pelajaran penting tentang kerukunan dan keberagaman. (*)
*) Sulaiman adalah Dosen Agama Islam Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Jember (FISIP Unej).
**) Isi tulisan di atas menjadi tanggung jawab penulis.
***) Karikatur by Rihad Humala/Ketik.co.id
****) Ketentuan pengiriman naskah opini:
- Naskah dikirim ke alamat email: redaksi@ketik.co.id.
- Berikan keterangan OPINI di kolom subjek
- Panjang naskah maksimal 800 kata
- Sertakan identitas diri, foto, dan nomor HP
- Hak muat redaksi.(*)