KETIK, HALMAHERA SELATAN – Banjir rob menerjang dua desa yakni Cango dan Koititi di Kecamatan Gane Barat Kabupaten Halmahera Selatan, Provinsi Maluku Utara.
Gelombang setinggi dua meter mencebol talut penahan ombak mengakibatkan puluhan rumah kedua desa tergenang air laut.
"Sekitar pukul 18.30 sampai 21.19 Wit Tanggal 1 Februari tercatat 40 rumah warga di pesisir pantai tergenang air laut akibat hantaman ombak besar,” ungkap Kepala Desa Cango Darwisa Hatim kepada Ketik.co.id, Minggu, 2 Februari 2025.
Darwisa mengungkapkan, Desa Cango menjadi langganan banjir rob apabila musim gelombang tinggi dan angin kencang tiba.
Bahkan, di tahun-tahun sebelumnya banjir rob sudah merobohkan talut penahan ombak. Kades Darwisa dan warganya berharap agar BPBD Halmahera Selatan dapat membangun kembali talut yang patah.
“Karena di tahun 2017 tembok penahan ombak jebol sampai patah. Sehingga kami meminta kepada pemerintah agar memberikan perhatian dengan membangun kembali talud penahan ombak," katanya.
"Saya sebagai kepala desa meminta untuk ditindaklanjuti pembuatan penahan ombak yang sudah hancur, jadi butuh perhatian dan bantuan dari pemerintah kabupaten dan provinsi,” tegasnya.
Sementara untuk Desa Koititi, sekitar 14 rumah warga terdampak banjir rob. Hal ini diungkapkan Ulin, salah satu warga setempat.
Ulin mengatakan, banjir rob berulang terjadi di Desa Koititi. Dia mengatakan, banjir rob kadang tiba bersamaan dengan meluapnya bantaran sungai desa Koititi. Hal itu dinilai akan memperparah kondisi Desa Koititi.
“Luapan air sungai akibat banjir yang berpapasan dengan air laut pasang dan disertai ombak. Selain itu, ketinggian talut penahan ombak juga semakin berkurang akibat abrasi, akhirnya seperti ini,” ucap Ulin.
Selain itu, Jepala Desa Koititi Bunyamin K Wasahua menuturkan, bila tinggi talut penahan ombak diintervensi Pemda, maka akan mengurangi risiko bencana banjir rob.
“Karena ketinggian air laut yang pasang sudah hampir menyamai ketinggian talut penahan ombak, didorong dengan ombak dan air sungai yang banjir sehingga air laut tersebut masuk ke pemukiman warga,” ujarnya.
Untuk itu, Bunyamin mewakili masyarakat Desa Koititi berharap Pemerintah Daerah dalam hal ini BPBD dapat meninjau kembali untuk menambah ketinggian talut penahan ombak yang sudah ada.
“Tentunya, kami sangat berharap ada perhatian pemkab intervensi penambahan volume ketinggian talut penahan ombak, agar air laut tidak gampang masuk ke pemukiman warga saat musim gelombang tinggi,” pungkasnya.(*)