KETIK, SIDOARJO – Nama perempuan itu adalah Bu Dami. Tubuhnya renta. Hanya mampu terbaring. Sesekali menangis sendiri di rumah tuanya, Desa Kedungrawan, Kecamatan Krembung, Kabupaten Sidoarjo.Tubuhnya yang lemah membuat wanita 61 tahun tersebut sering terpelanting jatuh saat ke kamar mandi.
Tempat Bu Dami berbaring sehari-hari adalah sebuah dipan besi lawas. Alas seadanya. Letaknya di belakang rumah berukuran sekitar 4 x 12 meter yang tak terawat. Temboknya rontok. Kayu-kayunya lapuk. Akan halnya atap rumah, cuma tak sampai setinggi 2 meter. Sudah banyak sarang laba-laba pula.
Bu Dami tidak punya dapur. Di belakang rumahnya hanya ada bekas tungku kayu. Untuk asupan makanan, adik tirinya yang bernama Nuriyadi, 50, mengirim nasi. Hampir 80 persen hidup Bu Dami dijalani dengan tiduran.
Begitu pula saat anggota DPRD Sidoarjo H Dhamroni Chudlori dan Camat Krembung Hary Nopsijadi menjenguknya pada Jumat pagi (1 November 2024). Ketika itu, Bu Dami terjaga dari tidurnya. Namun, kedua matanya sebatas berkedip. Lalu, butiran air mata terlihat berlinang.
”Bu Dami, kulo Dhamroni,” sapa legislator PKB di DPRD Sidoarjo tersebut.
”Nggih, Pak. Nggih. Dada kulo sakit,” ucap lansia kelahiran 7 April 1963 tersebut. Suaranya terdengar samar-samar.
Saat itulah datang Nuriyadi, adik satu ibu beda ayah dengan Bu Dami. Benar. Selama ini, Nuri –panggilan Nuriyadi—yang merawat Bu Dami. Memberi makan. Menolongnya saat jatuh. Menimba air dari sumur dengan kaleng bekas cat. Meminta bantuan bila terjadi apa-apa dengan kakak tirinya. Salah satu tugas Komisi D DPRD Sidoarjo adalah memperhatikan kesejahteraan rakyat Sidoarjo.
Dhamroni pun segera menelepon beberapa orang. Kepala Desa Kedungrawan, sekretaris desa, bidan desa, sampai dokter Puskesmas Krembung. Semua berdatangan.
Ketua Komisi D DPRD Sidoarjo berbincang dengan Rudi, Kades Kedrungawan, di depan rumah Bu Dami. (Foto: Fathur Roziq/Ketik.co.id)
Kesehatan Bu Dami diperiksa. Dr Djoko Setijono mengecek kondisi jantung, paru-paru, kaki, dan tangannya. Seluruhnya masih berfungsi, kecuali lengan kiri. Tidak bisa digerakkan lagi. Karena itu masih perlu perawatan.
Anggota DPRD Sidoarjo Dhamroni mengangkat sendiri dan memberikan satu paket sembako. Juga sejumlah uang untuk membantu Bu Dami. Lalu, menanyakan apa saja kendala yang dihadapi keluarga terkait kondisi Bu Dami. Kebutuhannya apa.
Yang penting nenek itu bisa segera mendapatkan perhatian. Kesehatan, makanan, kelayakan tempat tinggal, atau apa saja. Untunglah Bu Dami sudah dibuatkan identitas kependudukan.
Ketua Komisi D DPRD Sidoarjo tersebut menyatakan siap membantu. Dia menelepon Badan Amil Zakat Nasional (Baznas), Bagian Kesra Pemkab Sidoarjo, dan lain-lainnya. Yang penting bisa dipastikan Bu Dami tidak kekurangan makan dan tidak terlantar.
”Tolong nggih dibantu. Pak Kades, Bu Bidan, Pak Dokter,” harap legislator PKB Sidoarjo ini.
Tetangga sebelah rumah Bu Dami, Maniah, juga dimintai tolong ikut menjaga. Emak-emak tetangga juga berdatangan ke rumah Bu Dami. Mereka berkumpul dan menyapa wakil rakyat di DPRD Sidoarjo tersebut.
Sebagai tetangga, kata Dhamroni, Maniah dan emak-emak lain peduli dengan kondisi lansia yang lemah itu. Ada pula bapak-bapak yang terlihat seperti baru pulang dari sawah atau ladang. Mereka begitu guyub.
”Pahala Sampeyan kathah mau bantu tetangga ngoten niki,” ungkap Dhamroni.
Kepada Camat Krembung Hary Nopsijadi, lelaki yang juga ketua Fraksi PKB DPRD Sidoarjo itu berharap diberi informasi bila masih ada warga lain yang kondisinya serupa.
”Kulo tunggu nggih Pak Camat,” ungkap Dhamroni sebelum pamit. (*)