KETIK, PACITAN – Human Metapneumovirus Virus (HMPV) sempat merebak di Tiongkok dan terdeteksi di Jakarta, pun kini menghantui masyarakat Pacitan.
Lantas, Apa itu HMPV?
Dokter Spesialis Paru RSUD dr. Darsono Pacitan, dr. Royani Nurohman, Sp.P, mengatakan, berbeda dengan COVID-19 yang baru muncul beberapa tahun lalu, HMPV adalah virus lama dan telah beredar ke seluruh dunia pada 2001.
"HMPV bukanlah virus baru dan sudah dikenal lama dalam dunia medis. Untuk pengecekkan positif HMPV dengan RT-PCR menggunakan sampel swab tenggorokan atau hidung," jelas dr. Royani Nurrohman, Rabu, 22 Januari 2025.
Tak perlu panik, imbuh dr. Royani, jika COVID-19 adalah virus baru yang membutuhkan penyesuaian sistem imun, HMPV adalah virus lama yang sifatnya menyerupai flu.
"Sistem kekebalan tubuh manusia, terutama pada kelompok sehat, sudah mampu mengatasi virus ini. Kurang lebih seperti flu, batuk dan pilek," jelasnya kepada Ketik.co.id
Dokter paru lulusan Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Indonesia (UI) itu juga memaparkan, HMPV bukanlah virus yang mematikan.
Virus ini memiliki karakteristik mirip dengan flu biasa, dengan gejala seperti batuk, demam, pilek, dan sesak napas. Sebagian besar orang yang terinfeksi akan pulih dengan sendirinya tanpa memerlukan perawatan khusus.
Penularan virus HMPV serupa dengan virus flu lainnya, yaitu melalui percikan air liur atau droplet dari individu yang terinfeksi. Meskipun umumnya tidak berbahaya, kelompok rentan seperti anak-anak, orang lanjut usia, dan individu dengan kondisi kesehatan tertentu tetap perlu waspada.
Ayah dua anak itu memaparkan, adapun beberapa kelompok memiliki risiko yang lebih rentan untuk terinfeksi (tertular) dan mengalami kondisi berat pada infeksi HMPV. Diantaranya, anak-anak usia (<14 tahun), lansia (usia di atas 65 tahun), individu dengan penyakit kronis (asma, PPOK, diabetes) dan sistem imun yang lemah (penderita HIV/AIDS, penerima kemoterapi).
"Apabila kelompok tersebut terinfeksi HMPV, maka rentan mengalami komplikasi seperti bronkiolitis pada bayi atau risiko penyakit dengan perburukan," terangnya.
Ditanya soal apakah virus tersebut bak Covid-19 jilid II (dua), dan sebabkan kerusakan otak, dr. Royani mengklaim itu adalah tidak benar.
"Itu yang ramai di medsos, yang katanya mirip Covid atau menyebabkan kerusakan otak merupakan bohong atau hoaks," sergahnya.
dr. Royani menyebut, hingga saat ini belum ada bukti pasti mengenai keberadaan HMPV di Pacitan, meskipun isu ini ramai diperbincangkan masyarakat berdasarkan media sosial.
“HMPV memang sempat ditemukan di Jakarta, kalau dicek apakah ada, itu ada. Tapi untuk di Pacitan belum ada bukti pasti. Hanya rumor yang beredar," ungkapnya.
Begini Cara Pencegahannya
dr. Royani memberikan tips mencegah penularan HMPV. Yakni, dengan cara, mencuci tangan pakai sabun atau gunakan cairan pembersih tangan (minimal 60 persen alkohol) bila sabun dan air mengalir tidak tersedia.
Tutup mulut dan hidung dengan siku terlipat saat batuk atau bersin atau gunakan tisu atau gunakan masker. Hindari menyentuh wajah karena mulut, hidung mata dapat menjadi pintu masuk virus.
Bersihkan benda, permukaan, dan alat-alat yang sering digunakan, khususnya yang berada atau digunakan secara umum, seperti meja, keyboard computer, pegangan pintu, dll. Bersihkan dengan cairan disinfektan.
"Saat merasa tidak enak badan, dan segera berkonsultasi dengan tenaga medis jika muncul gejala yang mencurigakan. Yang terpenting adalah tetap tenang dan waspada. Dengan mengikuti protokol kesehatan 3M, menjaga jarak, mencuci tangan dan memakai masker, sama Seperti COVID-19, kita dapat mengatasi virus ini dengan baik,” imbuhnya.
Profil dr. Royani Nurohman, Dokter Spesialis Paru di RSUD dr. Darsono Pacitan
dr. Royani Nurohman, dokter spesialis paru di RSUD dr. Darsono Pacitan, telah mengabdikan diri dalam dunia medis sebagai dokter umum sejak 2008. dr. Royani menyelesaikan pendidikan S1 di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret ( FK UNS) dan melanjutkan studi Spesialis Paru di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FK UI) Jakarta dari 2010 hingga 2014.
Setelah menuntaskan pendidikan spesialisnya, dr. Royani mulai bertugas di RSUD dr. Darsono Pacitan pada tahun 2015. Ia juga pernah terlibat sebagai penanggung jawab medis PPIH (Panitia Penyelenggara Ibadah Haji) pada tahun 2015 dan teringat pengalaman bertugas selama 36 jam tanpa tidur di Arafah.
"Mungkin sudah hampir 10 tahun lebih saya menangani pasien paru," ucapnya cerita soal pengalaman bekerja.
Selain berpraktik di rumah sakit, dr. Royani juga aktif dalam organisasi profesi sebagai pengurus Cabang PDPI Jawa Timur 2021-2024 di bidang Kemitraan dan Kesejahteraan Anggota. Pun kini diperpanjang lagi di periode 2025-2028.
Kini, dr. Royani tinggal di Desa Mentoro, Pacitan bersama istri dan dua anaknya, dan terus mengabdikan diri untuk pelayanan kesehatan masyarakat di RSUD dr. Darsono Pacitan.
"Jadwal praktik saya di Poli Paru RSUD dr. Darsono adalah Senin hingga Jumat, mulai pukul 08.00 WIB. Bagi masyarakat Pacitan yang mau berobat atau konsultasi silahkan datang ke RSUD dr. Darsono, tidak usah takut," tandasnya dr. Royani. (*)