KETIK, PACITAN – Salah satu peserta Rontek Gugah Sahur di Pacitan terlihat membawa bendera bajak laut Monkey D. Luffy dari serial manga populer One Piece.
Bendera tersebut berkibar bersamaan dengan bendera-bendera peserta lainnya.
Bendera berwarna hitam dengan gambar tengkorak bertopi jerami itu dibawa oleh seorang peserta rontek. Berisi tulisan "Krajan Ploso" menjelaskan asal peserta tersebut.
Keberadaan bendera tersebut pun menarik perhatian dari para penonton Rontek, khususnya Nakama, sebutan fans setia One Piece yang hadir di sekitaran Alun-alun dan depan Pendopo, Minggu 16 Maret 2025, dini hari.
Pantauan ketik.co.id di lokasi, memasuki hari ke-16 Ramadan 2025, tradisi rontek gugah sahur berlangsung kondusif dan aman.
Sportivitas peserta dan antusiasme warga yang menonton terlihat semakin tinggi karena bagi mereka rontek menjadi ajang kebersamaan sekaligus pelestarian budaya daerah.
Diikuti 16 desa dan kelurahan, pelaksanaan kegiatan dibagi dalam empat rayon, yakni utara, barat, timur, dan selatan. Dikawal ketat oleh petugas gabungan.
Rontek Gugah Sahur di Pacitan dikawal pengamanan petugas gabungan, dari TNI-Polri, Satpol PP, Linmas, Senkom, Banser, dan RAPI diterjunkan mengawal jalannya peserta. (Foto: Al Ahmadi/Ketik.co.id)
Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat (Kesra) Kabupaten Pacitan, Khemal Pandu Pratikna, yang mewakili Bupati Pacitan, mengapresiasi semangat masyarakat dalam menjaga dan melestarikan budaya rontek gugah sahur.
"Kegiatan ini sudah menjadi budaya dan kearifan lokal yang turun-temurun di masyarakat Pacitan. Kami mengapresiasi dan memberikan rasa hormat kepada rekan-rekan pegiat rontek karena kami meyakini niatan mereka adalah melestarikan budaya yang diwariskan oleh nenek moyang," ujarnya, baru-baru ini.
Menurut Khemal, antusiasme masyarakat tahun ini terlihat jauh lebih besar dibandingkan tahun sebelumnya. Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pacitan pun terus berupaya mendorong perkembangan rontek agar semakin dikenal luas.
"Selama ini, Kabupaten Pacitan sudah memiliki festival rontek yang menjadi bagian dari Kharisma Event Nusantara (KEN). Ke depan, melalui muatan lokal di sekolah, kami akan melestarikan kegiatan ini. Saya kira di masing-masing sekolah saat ini mulai tumbuh secara alami dengan berbagai kreasi seni dan tari," jelasnya.
Ia menambahkan, rontek gugah sahur bukan sekadar tradisi membangunkan sahur, tetapi juga mencerminkan keguyuban dan kekompakan masyarakat Pacitan.
Seluruh pihak, baik yang bertugas dalam pengamanan, pemerintah daerah, maupun para pegiat rontek, bersatu dalam suasana penuh kebersamaan menyambut bulan suci Ramadan.
"Tahun ini lebih meriah, antusias masyarakat luar biasa, dan semua pihak sama-sama menjaga ketertiban. Harapan pemerintah, budaya ini bisa terus lestari dan bahkan dinikmati oleh masyarakat luar," tandasnya. (*)