Bentuk Rasa Syukur, Ini Ragam Larung Sesaji di Pantai Selatan Jatim

Jurnalis: Arief
Editor: M. Rifat

16 Juni 2023 21:30 16 Jun 2023 21:30

Thumbnail Bentuk Rasa Syukur, Ini Ragam Larung Sesaji di Pantai Selatan Jatim Watermark Ketik
Larung sesaji di Pantai Tambakrejo Kabupaten Blitar sebagai wujud syukur atas hasil bumi dan tangkapan laut. (Foto: Pemkab Blitar)

KETIK, JAKARTA – Membahas keindahan panorama laut di pantai selatan Jawa Timur tidak ada habisnya. Padahal ombak di laut selatan sangat ekstrem dan kerap membawa korban. Namun beberapa kelompok masyarakat percaya korban dijemput Ratu Pantai Selatan atau Nyi Roro Kidul.

Di balik kepercayaan tersebut, laut masih memberi penghidupan bagi masyarakat. Itu sebabnya, warga pesisir laut selatan kerap menggelar larung sesaji, sebagai bentuk syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Berikut deretan pantai selatan yang kerap menggelar larung sesaji:

Pantai Tambakrejo

Pantai yang terletak Kecamatan Wonotirto, Kabupaten Blitar ini selalu ramai setiap 1 Suro (kalender Jawa) atau 1 Muharam (kalender Islam). Pada hari tersebut selalu digelar larung sesaji atau syukuran hasil bumi yang dilarung atau ditempatkan ke tengah laut.

Menurut laman Kementerian Pendidikan, larung sesaji pertama kali dilakukan Atmaja atau Atmo Wijoyo salah satu prajurit dari Mataram. Atmaja melarikan diri ke Pantai Tambakrejo dan melakukan tasyakuran atau yang kemudian dikenal Larung Sesaji.

Versi lain menyebut Mbok Ratu Mas yang tinggal di laut selatan yang bersinggungan dengan warga Desa Tambakrejo. Selanjutnya warga setempat menaruh hormat pada sosok yang memimpin keraton di alam gaib bawah laut. Mbok Ratu Mas dipercaya sebagai Kanjeng Ratu Kidul.

Foto Larung sesaji mengantar makanan ke tengah laut dan kerap dijadikan rebutan warga maupun pengunjung. (Foto: Disbudpar Jember).Larung sesaji mengantar makanan ke tengah laut dan kerap dijadikan rebutan warga maupun pengunjung. (Foto: Disbudpar Jember).

Pantai Puger

Tradisi di bulan Muharam atau Suro juga digelar di Pantai Puger, Jember. Prosesi larung sesaji dilakukan arak-arakan di Desa/Kecamatan Puger sebelum shingga di tepi laut.

Warga setempat menyebut sesaji dengan jolen terbuat dari hasil pertanian yang ditumpuk menyerupai gunung. Terdapat nasi kuning, sayur, buah, dan kepala kambing di atasnya. Seluruh hasil bumi itu dilarung ke laut sebagai rasa syukur atas hasil bumi dan tangkapan ika selama satu tahun terakhir.

Pantai Prigi

Berbeda dengan budaya di pantai selatan lainnya, Pantai Prigi, Trenggalek memiliki adat tersendiri. Kegiatan larung tidak dilakukan pada bulan Suro atau Muharam. Melainkan dilaksanakan pasaran Kliwon pada bulan Selo atau bulan ke-11 kalender Jawa.

Pada kegiatan itu masyarakat di Desa Tasikmadu, Kecamatan Watulimo menggelar Larung Sembonyo. Sembonyo adalah nama mempelai tiruan yang berupa boneka kecil terbuat dari beras ketan.

Boneka itu dibentuk layaknya sepasang mempelai yang sedang bersanding di atas perahu, lengkap dengan peralatan untuk menjalankan dan mengemudikan perahu.

Mengutip laman Kemendikbud, upacara ini bermula dari kisah Raden Tumenggung Yudha Negara, yang membuka kawasan Prigi. Dalam perjalanannya, ia bersedia menikah dengan Puteri Gambar Inten dari anak seorang Adipati yang bernama Andong Biru.

Ngliyep

Cara larung sesaji di Pantai Ngliyep, Kecamatan Donomulyo, Kabupaten Malang sedikit agak berbeda. Warga setempat melempar kepala kambing dan sapi dari atas gunung kombang ke Pantai Ngliyep yang memiliki ombak ekstrim.

Selain kepala ternak yang sudah dipotong, terdapat pula aneka sesaji yang meliputi tumpeng, ubo rampe, ucok bakal, dan beragam bunga. Tak ketinggalan kelapa, pisang, dan jenang suro turut dilarung.

Dalam larung sesaji ini kerap dibarengi dengan kirap pusaka dan gunungan, tak ketinggalan pagelaran Ringgit Purwa. (*)

Tombol Google News

Tags:

larung sesaji pantai selatan Jawa timur Blitar Malang Jember ngliyep pantai prigi