KETIK, BLITAR – Sejumlah kertas poster berisi kecaman kepada PSSI tertempel di Stadion Soeprijadi Kota Blitar, Jawa Timur. Belum diketahui siapa yang melakukan aksi vandalisme tersebut.
Namun, kuat dugaan aksi bernada protes itu datang dari kelompok suporter Timnas Indonesia yang kecewa dengan keputusan PSSI memecat Shin Tae-yong.
Pantuan Ketik.co.id, poster itu bertuliskan ‘FEDERASI GOBLOK’ disertai lambang PSSI. Beberapa poster lainya tertera foto sosok diduga pejabat PSSI.
Tulisan-tulisan protes yang ditempel di fasilitas umum memancing perhatian berbagai pihak, termasuk Ketua PSSI Kota Blitar, Yudi Meira. Dalam keterangannya, Yudi memahami kekecewaan yang dirasakan suporter, namun menekankan bahwa penyampaian aspirasi sebaiknya dilakukan dengan cara yang lebih bijak.
“Suporter atau pecinta sepak bola memiliki hak untuk menyampaikan aspirasi, itu wajar. Terutama ketika ada isu besar seperti pergantian pelatih Shin Tae-yong,” ujar Yudi, Kamis 9 Januari 2025.
“Namun, kita memiliki mekanisme yang jelas. Jika ada aspirasi, kami di PSSI Kota Blitar akan meneruskannya ke PSSI Jawa Timur, yang kemudian disampaikan ke PSSI pusat,” lanjutnya.
Yudi menjelaskan, insiden vandalisme ini berbeda dengan aksi serupa yang sempat dilakukan pendukung Arema terkait penolakan penggunaan Stadion Soepriadi Kota Blitar sebagai lokasi pertandingan, beberapa waktu lalu.
“Aksi ini lebih fokus pada ketidakpuasan terhadap keputusan PSSI terkait pergantian pelatih Shin Tae-yong, bukan isu stadion atau hal lainnya,” jelas Yudi.
Keputusan PSSI pusat untuk tidak lagi melanjutkan kerja sama dengan Shin Tae-yong memang menjadi isu hangat di kalangan pecinta sepak bola Indonesia. Banyak pihak yang mendukung pelatih asal Korea Selatan itu karena dinilai berhasil meningkatkan kualitas permainan tim nasional. Namun, ada juga yang menganggap pergantian pelatih adalah langkah yang diperlukan.
Yudi pun berharap para suporter di Kota Blitar dan daerah lain dapat lebih bijak dalam menyampaikan pandangan mereka.
“Harapan kami, aspirasi bisa disampaikan dengan cara yang santun dan sesuai prosedur. Vandalisme hanya akan mencoreng nama baik suporter itu sendiri,” katanya.
Ia juga menegaskan bahwa keputusan akhir tetap berada di tangan PSSI pusat, sementara PSSI Kota Blitar hanya berperan sebagai jembatan untuk menyampaikan masukan masyarakat.
“Segala keputusan adalah kewenangan PSSI pusat. Kami hanya bertugas menyampaikan aspirasi dari masyarakat atau suporter,” tutup Yudi.
Aksi ini menambah daftar panjang protes suporter sepak bola di Indonesia, yang sering kali berujung pada tindakan tidak terpuji. Kini, masyarakat menantikan langkah nyata dari pihak terkait untuk menyelesaikan polemik ini tanpa menimbulkan kerugian lebih lanjut.(*)