KETIK, TRENGGALEK – Tampil sebagai tim underdog Indonesia akhirnya harus mengakui ketangguhan Iran di laga perdana Piala Asia 2025. Anak asuh Indra Sjafri dipermak dengan skor telak 0-3.
Dengan kekalahan ini, peluang lolos fase grup terasa berat, meskipun masih menyisakan dua pertandingan lagi melawan Uzbekistan dan Yaman.
Tentu ini bukan perkara mudah. Terutama Uzbekistan, salah satu tim unggulan. Ada beberapa catatan menarik pada laga Indonesia versus Iran:
Kesalahan passing dan demam panggung jadi biang kerok
Kesalahan passing para pemain Indonesia cukup kentara pada pertandingan semalam. Bahkan pemain sekelas Doni Tri Pamungkas yang merupakan kapten tim juga beberapa kali melakukan kesalahan passing.
Belum lagi kesalahan-kesalahan passing pemain lainnya yang berbuah peluang.
Kesalahan passing tersebut selain akibat pressing lawan yang tinggi, kepercayaan diri para pemain Indonesia untuk menguasai bola lebih lama terkesan tidak tampak. Pendeknya masih ada kesan demam panggung.
Hal inilah yang dimanfaatkan oleh para pemain Iran untuk mengeksploitasi dua sayap Indonesia dengan harapan bisa melakukan umpan-umpan diagonal. Terbukti di menit awal Iran berhasil mencetak gol.
2.Ada kesan taktik Indra Sjafri mengandalkan serangan balik
Taktik counter attack boleh-boleh saja, tapi tidak selamanya berbuah manis. Karena, membiarkan pemain lawan terlalu lama menguasai bola bisa menjadi celaka.
Apalagi lawan yang dihadapi memiliki keunggulan postur tubuh. Tentu saja umpan-umpan diagonal akan menjadi jalan terjal Indonesia.
Terbukti gol cepat Iran di menit awal hasil dari sepak pojok. Tak terkecuali gol kedua juga hasil dari umpan tarik. Ini merupakan persoalan klasik, kalah duel bola udara dan memberi kesempatan lawan melalui bola-bola mati.
Ini menjadi PR besar Indra Sjafri saat menghadapi Uzbekistan di laga kedua. Para pemain Uzbekistan rata-rata memilki postur tinggi. Tentu saja ini menjadi alarm bahaya bagi Indra Sjafri jika saja Uzbekistan menerapkan taktik seperti Iran.
3. Bek sayap Indonesia mudah dieksploitasi
Gaya permainan Iran mirip gaya permainan Suriah saat mengalahkan Indonesia di Challenge Series 2025. Suriah maupun Iran selalu mengeksploitasi dua sayap Indonesia, tentu harapannya bisa melakukan umpan diagonal ke mulut gawang.
Indra Sjafri seakan lupa dengan taktik itu dan terkesan hanya fokus melakukan serangan balik. Akibatnya berbuah fatal. 3 gol bersarang ke gawang Indonesia.
Padahal pada laga uji coba melawan Yordania dan Suriah merupakan bentuk antisipasi pola dan gaya permainan Iran dan Yaman yang hampir memiliki kesamaan.
Melawan Uzbekistan hal ini tidak boleh terjadi. Taktik harus berubah. Pemain harus lebih fokus dan jangan membiarkan lawan menguasai bola terlalu lama.
Tak hanya itu, permainan pendek merapat dengan tiki taka ala Indra Sjafri bisa dijadikan alternatif meredam kecepatan dan keunggulan postur tubuh para pemain Uzbelistan.(*)