Cita-Cita Kartini Menginspirasiku

Editor: Mustopa

21 April 2024 00:10 21 Apr 2024 00:10

Thumbnail Cita-Cita Kartini Menginspirasiku Watermark Ketik
Oleh: Clara Ruel Eugene*

Raden Ajeng Kartini atau Kartini adalah seorang perempuan kelahiran Jepara, Jawa tengah. Ia lahir pada 21 April 1879 dan wafat pada 17 September 1904. R.A Kartini lahir dari keluarga ningrat Jawa. Ayahnya, R.M.A.A Sosroningrat sempat menjadi Bupati Jepara dan Ibunya bernama M.A. Ngasirah. 

Cita-cita Kartini adalah meneruskan pendidikannya. Namun tidak hanya itu, kelak jika ia sudah berhasil meneruskan pendidikannya, ia ingin membangun sekolah untuk pribumi. Mulanya, Kartini ingin melanjutkan pendidikannya sampai ke Belanda. Oleh karena itu, Ia ingin ikut dengan kakaknya untuk meneruskan sekolah ke Hoogere Burgerschool (HBS) di Semarang. 

Ketika Kartini masih duduk di bangku sekolah dasar, usia Kartini waktu itu 12 tahun. Kartini belum memikirkan apa cita-citanya. Ia mulai memikirkan tentang cita-citanya setelah ditanya oleh seorang temannya mengenai cita-cita Kartini. Pada saat itu Kartini bingung untuk menjawab karena belum kepikiran kelak ingin menjadi apa. 

Ketika ditanya oleh temannya mengenai cita-cita, Kartini sedang bersekolah. Waktu itu jam istirahat dan Kartini sedang berkumpul dengan teman-temannya. Kemudian mereka memutuskan untuk saling bertanya tentang cita-cita mereka masing-masing.

Karena Kartini ingin melanjutkan pendidikannya ke Belanda, ia pun melatih Bahasa belandanya untuk surat-menyurat dengan sahabatnya di Belanda dan berbicara dengan orang-orang Belanda. Setelah tamat sekolah dasar di ELS, Kartini tidak melanjutkan pendidikannya ke tahap selanjutnya karena harus di pingit. Oleh karena itu sejak di pingit, ketika ia sudah selesai dengan pekerjaan rumah, segera Kartini membaca buku yang diberikan kakaknya dari Belanda, membaca kabar berita, ataupun menulis kepada sahabat-sahabatnya di Belanda. 

Semasa Kartini masih hidup, banyak orang yang membantu Kartini mewujudkan cita-citanya. Misalnya ada saudara Kartini yang pernah di pingit bareng dengan Kartini, Kardinah dan Roekmini. Mereka selalu menemani dan mendukung Kartini. Namun, ada sahabat-sahabat pena Kartini juga, mereka adalah orang-orang yang diajak Kartini berdiskusi melalui surat yang dikirimkan Kartini. Kartini saat surat-menyurat dengan sahabat pena-nya, belum pernah bertemu dengan mereka. 

Sayangnya, cita-cita Kartini untuk meneruskan Pendidikan ke Belanda tidak dapat terwujudkan. Karena ketika surat beasiswa Kartini diterima oleh Belanda, Kartini sudah menikah dengan Raden Adipati Joyodiningrat yang waktu itu menjabat sebagai Bupati Rembang. 

Aku mulai terinspirasi dengan cita-cita Kartini ketika aku mengambil tema risetku tentang Kartini. Aku memutuskan mengambil riset tentang Kartini saat aku kelas 2 SMP semester 1 dan berlanjut hingga kelas 2 SMP semester 2 ini. Selama riset ini, aku menggali lebih dalam tentang Kartini dan mendapatkan banyak informasi yang jarang orang ketahui tentang Kartini. Mulai dari latar belakang orang tua dan keluarganya, pendidikannya, apa yang membuatnya gelisah, dan lainnya. Untuk mengetahui informasi-informasi tersebut aku membaca surat Kartini, membaca buku tentang Kartini, menonton diskusi tentang Kartini (Kartini Conference on Indonesian Feminism/KCIF) dan menonton film Kartini.

Cita-cita Kartini menginspirasiku karena aku kagum dengan betapa bersemangat dan pantang putus asa Kartini untuk meraih cita-citanya. Dengan membaca buku tentang Kartini dan surat Kartini, aku jadi tau kondisi dan situasi pada jaman Kartini yang sangat memprihatinkan terlebih untuk para perempuan, aku merasa bersyukur akan usaha Kartini supaya anak-anak perempuan setelahnya tidak merasakan apa yang dirasakannya. 

Bermula ketika mencari data untuk risetku tentang Kartini. Aku harus mencari data-data tentang Kartini mulai dari sejarahnya, latar belakangnya dan apa yang diperjuangkannya. Ketika menelusuri tentang Sejarah Kartini dengan membaca buku-buku tentang Kartini, Kartini mengalami banyak kesulitan dan keresahan yang di alaminya dari berbagai sisi sesuai konteks konstruksi sosial pada jaman itu. Konstruksi sosial itu sendiri berarti peran atau identitas yang membentuk seseorang. Mulai dari tekanan konstruksi sosial politik yaitu hindia-belanda pada jaman itu masih dibawah kepemimpinan Belanda. Konstruksi sosial budaya yaitu perempuan tidak boleh ketawa terbahan-bahak dan untuk perempuan bangsawan harus masuk pingitan di usia 12 tahun. Konstruksi sosial Pendidikan yaitu hanya laki-laki saja yang di perbolehkan untuk melanjutkan sekolah mereka ke Pendidikan tinggi, untuk perempuan bangsawan atau ningrat harus keluar dari sekolah di usia 12 tahun dan masuk pingitan, dan bagi perempuan yang bukan bangsawan atau ningrat tidak boleh sekolah, mereka harus bekerja. Namun, Kartini tidak putus asa dan tidak menyerah begitu saja dengan cita-citanya, ia ingin tetap berusaha mewujudkan cita-cita dan menyambi membantu rakyat pribumi. Semangat, tidak putus asa, dan pantang menyerah Kartini-lah yang sangat melekat padaku, aku juga ingin memiliki semangat seperti Kartini. 

Ketika sedang membaca surat Kartini, Menonton film Kartini, dan membaca buku tentang Kartini, ada juga beberapa orang yang ikut menginspirasiku selain Kartini. Yaitu Kardinah dan Roekmini yang merupakan adik Kartini. Mereka mau ikut membantu Kartini. Mereka setia menemani, menunggu, dan berjuang bareng Kartini. Bahkan setelah Kartini meninggal, mereka mewujudkan salah satu cita-cita Kartini untuk membangun sekolah untuk pribumi. 

Karena aku sangat terinspirasi dengan semangat Kartini mewujudkan cita-citanya, maka aku juga akan lebih semangat mewujudkan cita-citaku juga. Jasa Kartini pada jaman dahulu sudah sangat membantu perempuan-perempuan di masa sekarang. Perempuan sekarang sudah bisa sekolah, bisa mendapatkan Pendidikan formil dan non formil, melanjutkan ke Pendidikan tinggi, dan aku sendiri ingin menjadi Advokat yang bisa mendapatkan beasiswa nantinya ke Harvard University karena aku ingin bisa membawa nama Indonesia ke dalam Dunia Internasional dan melihat Dunia lebih luas, aku menyiapkan diri dengan datang ke pameran beasiswa yang sering diadakan di Yogyakarta sehingga tau apa saja yang perlu ku persiapkan,karena aku tertarik pada Kartini akhirnya aku mengikuti Kartini Conference on Indonesian Feminism yang diselenggarakan oleh Lets talk dan Padepokan Perempuan GAIA, aku juga belajar menjadi pembicara dalam forum Ratu Adil dalam ilham Perempuan : menyuarakan yang terbungkam, dan aku akan menjadi Panelis yang akan berbagi pengalaman “penikmat perindukan luas” dalam Forum Internasional 2nd Annual Kartini Conference on Indonesian Feminism yang akan diselenggarakan pada 28 Juni 2024, Karena sudah dibantu oleh Kartini maka aku bisa mempunyai cita-cita dan kebebasan mengikuti Kegiatan yang aku sukai, terima kasih Ibu kita Kartini.

*) Clara Ruel Eugene adalah Murid SMP Sanggar Anak Alam Kelas 8

**) Isi tulisan di atas menjadi tanggung jawab penulis

***) Karikatur by Rihad Humala/Ketik.co.id

****) Ketentuan pengiriman naskah opini:

  • Naskah dikirim ke alamat email redaksi@ketik.co.id.
  • Berikan keterangan OPINI di kolom subjek
  • Panjang naskah maksimal 800 kata
  • Sertakan identitas diri, foto, dan nomor HP
  • Hak muat redaksi.(*)

Tombol Google News

Tags:

opini Hari Kartini Cita-Cita Kartini Menginspirasiku Clara Ruel Eugene