KETIK, SURABAYA – National Hospital Surabaya berhasil membuktikan bahwa rumah sakit di Indonesia mampu bersaing dengan luar negeri. Beragam pasien dari Amerika hingga Eropa datang untuk berobat.
Direktur National Hospital, dr. Hendera Henderi, Sp.OG, MHPM mengatakan, pihaknya terus berupaya untuk memberikan pelayanan kesehatan kelas dunia kepada para pasiennya.
“Kita fokus bagaimana memberikan service yang terbaik. Lobby kita juga memberikan kesan homey, sehingga (pasien) nyaman dan tidak merasa sedang berada di rumah sakit,” ujarnya pada Ketik.co.id pada Rabu 23 Oktober 2024.
Teknologi yang tak kalah canggih juga dimiliki oleh rumah sakit yang beralamat di Jalan Boulevard Family Sel. No.Kav. 1, Babatan, Kecamatan Wiyung, Surabaya.
Direktur National Hospital, dr. Hendera Henderi, Sp.OG, MHPM. (23/10/2024). (Foto: Shinta Miranda/Ketik.co.id)
Misalnya saja genomic 360. Teknologi ini diklaim bisa menganalisis DNA pasien untuk mengidentifikasi variasi genetic. Hasilnya, pasien akan mendapatkan berbagai informasi seputar dirinya.
Mulai dari seputar bakat pasien, pola diet yang cocok, risiko penyakit di kemudian hari, rekomendasi olahraga sesuai genetik, pola tidur, hingga kondisi kesehatan mental pasien.
“Kita juga mengembangkan Apps kita. Pasien itu kita harapkan tidak perlu repot ke sana ke mari membawa berkas hasil pemeriksaan, tetapi cukup dengan smartphonenya,” imbuh dokter Hendera.
Alumnus Universitas Gadjah Mada itu tak menampik bahwa beberapa tahun terakhir, pasien berobat ke luar negeri menjadi fenomena yang tak asing di masyarakat Indonesia.
Alasan yang mendasari beragam. Mulai dari harga operasi yang dirasa lebih murah, teknologi yang canggih, hingga mencari dokter dengan keahlian spesialis tertentu.
Menurut dokter Hendera, murah atau mahalnya biaya pengobatan itu relatif. Sebut saja Singapura. Rumah sakit di sana memang kesannya murah, tetapi itu masih biaya kotor.
“Belum termasuk biaya transportasi dan tempat tinggal. Kalau mau kontrol juga bolak baliknya risiko. Jadi ujung-ujungnya kalau totalan ya sama,” terangnya.
Ia mengatakan bahwa sejak didirikan pada 2012, National Hospital memiliki tekad untuk bersaing dengan rumah sakit di luar negeri. Dengan begitu, masyarakat Indonesia tak perlu lagi berpergian jauh untuk berobat.
National Hospital berani memberikan inovasi. Didukung dengan alat medis dan teknologi terbaru, serta tim dokter yang ahli di bidang masing-masing.
Bahkan kalau perlu, National Hospital siap memberangkatkan dokter-dokternya untuk menempuh pendidikan tambahan ke luar negeri, seperti Jepang dan Amerika.
“Jadi kita jujur saja tidak kalah bersaing dengan (rumah sakit) luar negeri. Tinggal sekarang pasien memilih. Apa masih perlu jauh jauh (ke luar negeri)?” celetuk dokter spesialis kandungan itu.
Dokter Hendera bercerita bahwa meski baru beroperasi selama 12 tahun, National Hospital kerap kali mendapat kesempatan untuk mengobati pasien dengan kasus-kasus sulit atau langka.
Seperti pada tahun 2015, National Hospital Surabaya menjadi rumah sakit pertama yang mampu melakukan operasi parkinson. Capaian ini bahkan tercatat dalam Museum Rekor Indonesia (MURI).
“Kita memasang alat di kepala pasien, namanya dbs. Pasien parkinson ini sebenarnya kan sehat, cuma karena ada gangguan di sistem saraf otak, pasien merasa kesulitan untuk bergerak dan tremor,” terangnya.
Selain itu, National Hospital bisa melakukan operasi Heart Surgery. Operasi ini juga terbilang susah. Ini membuktikan bahwa alat dan kualitas dokter-dokter yang dimiliki andal.
“Karena bukan sekedar alat, rumah sakit mungkin bisa invest beli alat, tetapi yang paling penting adalah sumber dayanya. Mulai dari tim dokter, perawat, laboratorium,” imbuh Hendera.
Bertepatan dengan Hari Dokter Nasional yang diperingati setiap 24 Oktober 2024, dokter Hendera menyoroti dukungan pemerintah dan pemerataan dokter di Indonesia.
Menurutnya, sebaran dokter di Indonesia masih berfokus pada kota-kota besar saja. Sementara masyarakat di luar daerah, apalagi 3T juga membutuhkan bantuan para dokter.
“Kita mohon pemerintah bisa memberikan support penuh kepada dokter-dokter di Indonesia. Misalnya segi pendidikan untuk meningkatkan kualitas lulusan dokter,” ujarnya.
Dokter Hendera berharap pelayanan kesehatan di Indonesia bisa meningkat. Minimal setara dengan kualitas rumah sakit di luar negeri. Misalnya dengan konsep Medical Tourism.
Sederhananya, Medical Tourism adalah wisata kesehatan. Sambil melakukan perjalanan wisata, pasien juga mendapatkan pelayanan kesehatan, seperti pemeriksaan, tindakan medis, juga rehabilitasi.
“Untuk rekan rekan dokter, tetap semangat. Ayo fokus pada pasien, memberikan layanan yang terbaik buat pasien. Nanti kita juga akan mendapatkan manfaatnya,” pungkasnya.