Haul ke-76, Kiai Zuhri Zaini Ceritakan Perjuangan Pendiri Pesantren Nurul Jadid Paiton Probolinggo

Jurnalis: Ponirin
Editor: Mustopa

26 Januari 2025 12:10 26 Jan 2025 12:10

Thumbnail Haul ke-76, Kiai Zuhri Zaini Ceritakan Perjuangan Pendiri Pesantren Nurul Jadid Paiton Probolinggo Watermark Ketik
KH. Moh. Zuhri Zaini memberikan sambutan di acara haul masyayaikh Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton Probolinggo (Foto: Ponirin/Ketik.co.id)

KETIK, PROBOLINGGO – Pondok Pesantren Nurul Jadid menggelar haul dan harlah ke 76, Minggu, 26 Januari 2025.

Dalam kesempatan tersebut, Kiai Zuhri Zaini, pengasuh Pesantren Nurul Jadid, menyampaikan sambutan sekaligus mengenang perjalanan panjang perjuangan Kiai Zaini di tanah air.

“Kami mewakili dewan pengasuh dan pengurus Pesantren Nurul Jadid mengucapkan ahlan wa sahlan bihudurikum. Selamat datang dan terima kasih atas kehadiran Bapak/Ibu yang telah menyempatkan waktu untuk hadir di tengah kesibukan masing-masing untuk turut serta dalam acara kami,” ujar Kiai Zuhri dalam sambutannya.

Selanjutnya, Kiai Zuhri menceritakan perjalanan hijrah pendiri pesantren, almarhum KH. Zaini Mun'im, yang berangkat dari Pamekasan, Madura, menuju Pulau Jawa dalam kondisi penuh tantangan.

“Perjalanan beliau ke Jawa bukanlah hal yang direncanakan jauh-jauh hari. Ini adalah takdir Allah. Kiai Zaini bersama para tokoh masyarakat Madura, khususnya para masyayikh ikut berperan dalam melawan penjajahan Belanda setelah seruan KH. Hasyim Asy’ari dengan resolusi jihad yang menggugah semangat kaum santri untuk bangkit melawan penjajah,” kenang Kiai Zuhri.

Kiai Zaini, yang juga merupakan bagian dari Laskar Fisabilillah, melakukan hijrah ke Jawa untuk menghindari tekanan penjajah Belanda sekaligus bergabung dengan para pejuang yang akan menuju Yogyakarta.

Di Jawa, beliau berangkat ke Sumenep, kemudian melanjutkan perjalanan ke Pondok Salafiyah Syafiiyah Sukorejo di Situbondo, yang kala itu dipimpin oleh KH. Syamsul Arifin. Sukorejo dianggap sebagai tanah haram oleh Belanda karena menjadi pusat perlawanan.

Kiai Zuhri melanjutkan kisah perjuangan sang pendiri pesantren, menyebutkan bahwa Pesantren Nurul Jadid berdiri atas dukungan dari para masyayikh, salah satunya adalah KH. Hasan Genggong.

Pesantren ini didirikan dengan tujuan mulia, mencetak kader umat dan bangsa yang tidak hanya menguasai ilmu agama, tetapi juga ilmu pengetahuan dan teknologi.

“Kami ingin mencetak santri yang tidak hanya menjadi kiai, ustaz, atau mubaligh, tetapi juga bisa bermanfaat bagi masyarakat dan bangsa. Itulah cita-cita almarhum KH. Zaini,” tegas Kiai Zuhri.

Menurutnya, Pesantren Nurul Jadid sejak awal tidak hanya fokus pada pendidikan agama, tetapi juga mengajarkan ilmu pengetahuan modern.

Mata pelajaran seperti biologi disebut dengan istilah ‘Ilmu Hayat’, matematika dengan ‘Aljabar’, dan geografi dengan ‘Jarafiyah’, untuk memberikan pendekatan yang lebih menyeluruh terhadap pembelajaran.

Selain itu Kiai Zuhri menyampaikan pesan Kiai Zaini bahwa para alumni Pesantren Nurul Jadid yang kembali ke masyarakat dan tetap berbakti kepada umat dan bangsa, serta tidak perlu mengibarkan bendera Pesantren Nurul Jadid di tengah-tengah masyarakat.

“Santri Nurul Jadid yang pulang ke masyarakat sudah menjadi milik masyarakat, dan mereka harus bekerja sama dengan semua pihak, baik sesama alumni, pesantren lain, maupun pihak-pihak yang memiliki visi dan misi yang sama,” tandasnya.(*)

Tombol Google News

Tags:

Kyai Zaini Kader Bangsa Kader Umat