KETIK, RAJA AMPAT – Raja Ampat merupakan salah satu tujuan destinasi wisata dunia yang tersohor, keindahan alam bawah lautnya yang indah dan gugusan karst nya yang mempesona mampu menyita perhatian dunia, tak heran jika Raja Ampat kerap disebut sebagai "Sepenggal Surga yang jatuh ke bumi".
Namun taukah awal mula daerah Kabupaten Bahari ini terbentuk? Melalui tulisan ini, penulis mempersembahkan untain ulasan terkait cikal bakal Raja Ampat terbentuk menjadi daerah otonom di Papua.
Berawal dari Pemerintah Tradisional di Wilayah Kabupaten Sorong awal mula dibentuk oleh Sultan Tidore guna perluasan wilayah kesultanan dengan diangkat 4 (empat) orang raja yang disebut “Kalano Muraha” atau “Raja Ampat”.
Keempat raja diangkat sesuai dengan 4 (empat) pulau yang tersebar dari gugusan pulau-pulau dengan wilayah kekuasaan adalah sebagai berikut:
1. Raja Fun Gering menjadi Raja di Pulau Waigeo
2. Raja Fun Malaba menjadi Raja di Pulau Salawati
3. Raja Fun Mastarai menjadi Raja di Pulau Waigama
4. Raja Fun Malanso menjadi Raja di Lilinta Pulau Misool
Melihat sederet sejarah yang dijabarkan, maka nampak jelas terbukti bahwa Daerah Irian Jaya khususnya Kabupaten Sorong sejak dahulu telah mempunyai hubungan dengan Daerah Indonesia lainnya.
Dari sini, dapat disimpulkan bahwa Semboyan Bhinneka Tunggal Ika tercermin dan bersemayam di bumi cenderawasih sejak dahulu.
Kabupaten Raja Ampat merupakan salah satu Kabupaten yang sebelumnya masuk di Provinsi Papua Barat, kemudian dengan adanya Daerah Otonomi Baru (DOB) disahkan oleh pemerintah, maka kini Raja Ampat termasuk salah salah satu Kabupaten di bawah Provinsi Papua Barat Daya.
Kabupaten Raja Ampat dideklarasikan sebagai kabupaten baru, berdasarkan UU No. 26 tahun 2002 tentang Pembentukan Kabupaten Sarmi, Kabupaten Kerom, Kabupaten Sorong Selatan, dan Kabupaten Raja Ampat, tanggal 3 Mei tahun 2002.
Kabupaten Raja Ampat merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Sorong dan termasuk salah satu dari 14 kabupaten baru di Tanah Papua. Pusat pemerintahan berada di Waisai, Distrik Waigeo Selatan kala itu, sekitar 36 mil dari Kota Sorong.
Kepemerintahan di kabupaten ini baru berlangsung efektif pada tanggal 09 Mei 2003 yang ditandai dengan pembukaan selubung papan nama oleh Gubernur Papua, Alm. Drs. Yaap Salosa.
Awal mula dimekarkan, Kabupaten Raja Ampat dipimpin oleh Bupati Alm. Drs.Markus Wanma, M.Si dan Wakil Bupati Alm. Drs. H. Indah Arfan sejak Periode tahun 2005 – 2010.
Geografis
Wilayah Kabupaten Kepulauan Raja Ampat yang ditaburi mozaik 610 pulau-pulau kecil dengan panjang garis pantai 753 km, merupakan bagian terpenting dari ekosistem kepulauan nusantara yang sangat kaya dan beragam di wilayah Kepala Burung, Provinsi Papua Barat pada saat itu, dengan Pulau Fani yang berada pada ujung paling utara dari untaian pulau-pulau kecil yang merajut kepulauan Raja Ampat berbatasan langsung dengan Republik Federal Palau.
Secara geografis kepulauan Raja Ampat terletak di bibir Pasifik antara 2°25’Lintang Utara – 4°25’Lintang Selatan dan 130° – 132°55’ Bujur Timur, dengan luas wilayah sebesar 46.108 Km2 yang didominasi oleh sekitar 89% wilayah lautan.
Sebelah Selatan Raja Ampat berbatasan dengan Kabupaten Seram Bagian Utara, Provinsi Maluku, bagian barat berbatasan dengan Kabupaten Halmahera Tengah, Provinsi Maluku Utara, serta sebelah bagian timur berbatasan dengan Kota Sorong, Kabupaten Sorong, Provinsi Papua Barat Daya.
Kabupaten Raja Ampat merupakan daerah yang paling potensial dijadikan daerah tujuan wisata alam maupun wisata bahari. Hal ini dikarenakan daerah ini memiliki kekayaan hayati berupa keberagaman hayati ikan yang mencapai 1.150 jenis ikan laut.
Selain itu, pesona bawah laut dengan aneka jenis terumbu karang yang jauh lebih banyak dan tidak terdapat di daerah lain seperti Lautan India Barat, pesisir Srilangka, India, Pakistan, Karibia, maupun daerah lain di dunia. Keberadaan flora tropic yang belum pernah ditemukan dapat kita dijumpai di pulau-pulau seperti Pulau Salawati dan Batanta serta daerah lainya di Raja Ampat.
Tepat pada tanggal 9 Mei 2025, Kabupaten Raja Ampat memasuki usia 22 tahun sejak pemerintahan tersebut berjalan efektif pada tanggal 9 Mei 2003 lalu. Untuk mendorong potensi-potensi yang ada di Raja Ampat, Pemerintahan daerah telah memasukkan beberapa sektor unggulan untuk digenjot, yang pertama adalah Pariwisata, Perikanan, Pertanian dan Perkebunan serta sektor lainnya.
Pada periode awal Kabupaten Raja Ampat, Pemerintah daerah telah berhasil menggenjot sektor pariwisata Raja Ampat sehingga Raja Ampat secara berlahan menjadi tujuan destinasi dunia, sektor pariwisata ini didukung secara berkesinambungan dari setiap periode kepemimpinan.
Pada masa kepemimpinan Bupati Abdul Faris Umlati selama 2 periode, sektor ini pun tak luput dari program prioritas daerah. Dengan berbagai upaya yang dilakukan, Raja Ampat kerap menyabet sejumlah penghargaan nasional maupun internasional. Pada masa periode Orideko Iriano Burdam dan Mansyur Syahdan saat ini, Pariwisata masih menjadi program prioritas daerah.
Bupati Raja Ampat, Orideko Iriano Burdam kepada sejumlah awak media di Papua Barat Daya baru-baru ini menyatakan bahwa sektor pariwisata Raja Ampat masih akan terus digenjot oleh pemerintah daerah. Dikatakan, Pemerintah daerah akan terus berupaya semaksimal mungkin mendorong pembangunan Raja Ampat di semua sektor.
"Pemerintah daerah akan terus berupaya semaksimal mungkin untuk mendorong semua program pembangunan di semua sektor untuk masa depan Raja Ampat yang lebih baik," ucap Orideko Iriano Burdam.
Hari Ulang Tahun (HUT) ke- 22 Tahun Raja Ampat yang akan digelar di Waisai pada tanggal 9 Mei 2025 merupakan momentum Pemerintah daerah dan semua elemen untuk kembali merefleksi perjalan sejarah berdirinya Kabupaten Bahari Raja Ampat.
Momentum ini mengisyaratkan kepada semua elemen, bahwa untuk kemajuan Raja Ampat perlu adanya sinergitas semua elemen agar sama-sama mendorong program pemerintah daerah, sehingga penyelenggaraan pemerintahan daerah pun berjalan dengan semestinya. (*)