IAIN Ponorogo Sambangi Studio LTN PWNU Jatim, Belajar Manuskrip Sejarah NU

Jurnalis: Moch Khaesar
Editor: Mustopa

25 Desember 2024 10:03 25 Des 2024 10:03

Thumbnail IAIN Ponorogo Sambangi Studio LTN PWNU Jatim, Belajar Manuskrip Sejarah NU Watermark Ketik
IAIN Ponorogo sambangi LTN PWNU Jatim, Selasa, 24 Desember 2024. (Foto: LTN PWNU Jatim)

KETIK, SURABAYA – Jurusan Sejarah Peradaban Islam (SPI) Fakultas Ushuluddin, Adab, dan Dakwah (FUAD) IAIN Ponorogo menyambangi Studio Lembaga Ta’lif wan Nasyr (LTN) PWNU Jawa Timur.

Kunjungan ini dalam rangka studi banding serta belajar terkait pengelolaan manuskrip sejarah.

“SPI merupakan prodi yang baru ada 5-6 semester mahasiswa, karena baru dibentuk dan baru dapat izin, jadi kami datang ke NU sebagai induk kami,” kata Kepala Jurusan SPI FUAD IAIN Ponorogo DR Muchlis Daroini di Studio LTN PWNU Jatim, Surabaya, Selasa, 24 Desember 2024.

Rombongan diterima langsung Ketua LTN NU Jatim H Helmy M Noor, Sekretaris LTN NU Jatim Taufik Roziqin, dan jajaran LTN NU Jatim Dr HM Chafid Wahyudi dan Dr HM Karomi itu, Muchlis Daroini didampingi Wadek III Dr. Iswahyudi M.Ag.

Selain berdiskusi, kedua lembaga juga menjalin kolaborasi riset manuskrip dan digitalisasi manuskrip (podcast).

“Kolaborasi riset manuskrip dari sisi konten dan filologi, termasuk digitalisasi manuskrip. Selama ini, kami sendiri belum menemukan format yang pas antara kajian sejarah dan bagaimana mengomunikasikan sejarah ke ruang-ruang publik, karena itu kami ke LTN,” katanya.

Sementara itu, Ketua LTN NU Jatim H Helmy M Noor menegaskan bahwa ada dua sisi dari LTN yakni ta’lif (penulisan) dan nasyr (penerbitan). Namun pihaknya tidak ingin kedua sisi LTN itu hanya bermakna mengamankan dan memburu manuskrip karya-karya klasik para ulama.

“Kami tidak ingin manuskrip hanya bermakna dokumen, tapi bagaimana sejarah atau dokumen bersejarah itu pun bermakna ajaran, terutama untuk generasi digital," ucap Helmy.

Helmy menjelaskan pengurus LTN NU Jatim juga sudah menjalin kerja sama dengan lembaga lain untuk manuskrip.

"Untuk Manuskrip pengurus lama LTN NU Jatim sudah menjalin kerja sama dengan lembaga Nahdlotut Turots di Pesantren Syaikhona Cholil Bangkalan dan kolaborasi ini akan terus berlanjut,” katanya.

Namun, LTN NU Jatim tidak hanya fokus pada manuskrip yang di Bangkalan mencapai 3.000-an kitab klasik. Namun manuskrip itu bermakna untuk publik agar masyarakat tidak hanya mengenal NU sebagai jam’iyah kemasyarakatan.

"Namun juga merasakan ajaran NU untuk kehidupan sehari-hari, terutama di era digital, sehingga NU semakin berkah bagi masyarakat, baik internal NU maupun eksternal NU," jelasnya.

Dalam kesempatan itu, Wakil Ketua LTN NU Jatim DR H Chafid Wahyudi menambahkan Nahdlotut Turots yang berkembang sebagai lembaga khusus di Pesantren Syaikhona Cholil Bangkalan itu bermula dari gagasan LTN dalam Muktamar Lampung, agar masyarakat tidak mencari naskah akademik keislaman dari Barat, karena NU memiliki potensi yang besar dalam soal itu.

“Karena itu, kami siap melakukan riset bareng dengan IAIN Ponorogo dan nantinya menjalin kolaborasi juga dengan Nahdlatut Turots di Bangkalan itu, sekaligus mengembangkan sumber daya akademik yang mumpuni di bidang manuskrip keislaman itu agar dapat melahirkan kader muallif dan kader penulis Keislaman Nusantara, seperti Prof Nadirsyah Hosein,” katanya. (*)

Tombol Google News

Tags:

IAIN Ponorogo LTN PWNU Jatim PWNU Jatim Jawa timur