KETIK, BANDAR LAMPUNG – Masih ingat kasus Gayus Tambunan? Mafia pajak yang sempat menggemparkan Indonesia pada medio tahun 2010 itu 'digebuk' Jaksa Penuntut Umum (JPU). Salah satunya adalah Yuni Daru Winarsih, yang kini menjabat Wakil Kejaksaan Tinggi (Wakajati) Lampung.
Jaksa cantik ini sempat viral di zamannya saat menangani kasus Gayus Tambunan. Setiap hari dia live tampil di televisi hingga mewarnai headline di media-media nasional.
Sosok Jaksa Nyentrik
Yuni memiliki kebiasaan unik yang tak banyak diketahui orang. Seorang pejabat jaksa identik dengan dengan ketegasan, kaku, tak komunikatif, eksklusif, dan bersikap tertutup. Apalagi jaksa itu sudah memegang jabatan mentereng.
Hal itu tak berlaku bagi Yuni. Dia dikenal sebagai sosok pejabat jaksa yang berdikari. Ia juga dikenal sosok Jaksa nyentrik.
Jaksa Yuni Daru tampak menikmati kopi hitam di angkringan warkop sederhana di pinggir jalan.
Yuni hobi menggunakan sepatu sneakers. Bahkan ia mengaku tak memiliki koleksi sepatu khusus cewek.
"Saya orang kampung. Lahir dan besar dari keluarga sederhana, dan tidak ada keluarga jaksa. Bisa begini ini sangat bersyukur. Kalau sekarang jadi waka, itu bonus. Itu cara saya mensyukuri hidup. Intinya hilangkan jiwa keserakahan," kata Yuni.
Pejabat yang Berdikari
Yuni, lulusan Fakultas Hukum Universitas Jember (Unej) itu memang dididik dan terbiasa hidup sederhana. Sejak kuliah pun, dia terbiasa naik motor ke mana-mana.
Ia menceritakan bahwa bersama suaminya sering jalan-jalan berdua dan bergantian nyetir. Uniknya lagi, ketika bersafari, pasangan suami istri ini berkomitmen tidak menginap di hotel mewah.
"Saya dulu meski jadi Kajari suka nyetir sendiri. Sampai dilarang-larang sama ajudan saya. Pernah juga saya mengantarkan pegawai honorer pulang ke rumahnya," tuturnya.
"Saya takut kaget dan harus tahu diri. Nanti kalau sudah tidak jadi pejabat ya kita kembali ke kehidupan yang biasa-biasa saja," terangnya.
Hobi Berbagi, Suka Nyuapin ODGJ
Yuni mempunyai hobi unik. Dia suka jogging sore. Keluar rumah dinas tanpa didampingi ajudan. Uniknya lagi, setiap jogging dia selalu sedia uang cash di sakunya.
"Saya niatkan untuk sedekahkan untuk mereka yang membutuhkan," imbuhnya.
Dan hal itu tidak pernah direncanakan. Mengalir saja. Jika kebetulan ketemu, maka ia menyapa dan berbagi kepada orang-orang yang membutuhkan.
Dokumentasi yang ia dapat bukan dibantu atau minta bantuan orang lain untuk difotokan. Melainkan foto selfie sesuai kata hati. Jika ingin, ia meminta untuk foto selfie.
"Setiap ketemu pemulung, pengemis, ODGJ. Saya suka ngobrol sama mereka. Pernah saya suapin makan. Ada yang tanya, kok ndak jijik. Saya jawab, kalau semua jijik sama mereka trus siapa yang mau mendekat dengan mereka," bebernya.
Kebiasaan ini bertahun-tahun ia jalani. Bahkan ketika dinas di Surabaya, Jawa Timur, ia pernah jalan kaki hingga 4 KM hanya untuk mencarikan nasi bungkus untuk pengemis, karena pada saat itu musim pandemi banyak warung tutup.
Pelajaran hidup ini juga ia sampaikan kepada anak-anaknya. Bahwa selalu ucapkan terima kasih kepada orang yang menerima pemberian kita.
"Kenapa? Bayangkan kalau pemberian kita ditolak? Sakit kan," ucapnya. Seketika itu Yuni tak kuat menahan air matanya tumpah.
Sempat Bermimpi Jadi Penyiar Radio
Yuni ketika mahasiswa sempat bercita-cita menjadi seorang penyiar radio. Perempuan cantik ini memang mempunyai suara yang bagus. Ia juga sinden. Bahkan pernah menyinden di hadapan Jaksa Agung dan pejabat tinggi Kejaksaan.
Tapi cita-cita itu kalah dengan keinginannya yang lebih kuat, yakni membanggakan kedua orang tuanya. Sebagai anak petani dari kampung di Jawa Tengah, ia ingin menjadi seorang pegawai negeri yang berseragam.
"Masuk Kejaksaan hanya karena ingin jadi pegawai negeri. Ingin membanggakan orang tua. Apalagi pakek seragam. Orang kampung pikirannya kan begitu," katanya.
Potret jaksa cantik Yuni Daru yang dikenal sebagai jaksa nyentrik tapi tetap anggun saat mengenakan kebaya.
Kini, hampir 2 tahun anak kampung yang dikenal sangat humble itu menjabat sebagai Wakajati Lampung. Ia pernah juga menjadi Kajari Kalianda.
"Saya sering bilang ke tim saya. Jagalah pola pikir karena akan menghasilkan kata-kata baik. Kata-kata yang baik akan keluar perbuatan baik dan ujungnya menjadi sebuah habit (kebiasaan)," pungkasnya. (Kia)