KETIK, JEMBER – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Kabupaten Jember mengalami deflasi sebesar 0,24 persen dengan IHK 106,35 pada bulan Juni 2024. Pemicu terjadinya deflasi karena lebih banyak komoditas yang mengalami penurunan dibanding yang mengalami kenaikan.
Dari sebelas kota IHK di Jawa Timur, semua daerah mengalami deflasi. Jember menempati urutan deflasi terendah bersamaan dengan Banyuwangi dan Probolinggo.
Angka deflasi bulan Juni 2024 dominan terjadi pada kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau. Dengan komoditas penyumbang utama deflasi adalah daging ayam ras dengan andil 0,15 persen. Menurut kacamata BPS, deflasi terjadi karena permintaan daging ayam ras yang menjadi konsumsi sehari-hari sempat menurun.
“Ya bisa jadi karena Idul Adha kemarin banyak daging kurban, sehingga permintaan daging ayam ras, telur, dan lainnya itu menurun. Tapi setelah itu permintaan kembali tinggi,” ujar Kepala BPS Jember, Tri Erwandi, Senin (1/7/2024).
Disusul komoditas lainnya penyumbang deflasi yaitu tomat, bawang merah, telur ayam ras, jagung manis, bawang putih, kelapa, gula pasir, cabai merah, dan semangka.
Sementara andil inflasi pada bulan Juni meliputi komoditas beras, cabai rawit, emas perhiasan, daun bawang, kentang, ikan tongkol/ambu-ambu, ketimun, minyak goreng, sigaret kretek tangan, dan anggur.
Kendati mengalami deflasi, Tri juga memperingatkan sejumlah stakeholder akan kenaikan harga beras yang dapat memicu inflasi lebih tinggi.
“Bulan ini beras punya andil inflasi 1,77%, kalau sampai 5-7% ini bahaya. Terutama Bulog harus bisa menjaga ketersediaan apalagi masa panen sudah lewat, beras di Jember harus ditampung jangan dijual ke luar,” imbuhnya.
Untuk itu perlu menekan inflasi dengan memenuhi permintaan masyarakat. Termasuk komoditas-komoditas kebutuhan pokok yang seringkali mengalami gejolak harga seperti cabai rawit dan bawang merah.
Perlu diketahui, selama enam bulan di tahun 2024, Jember telah mengalami deflasi. Yaitu pada bulan Januari -0,06%, Mei -0,07%, dan Juni -0,24%.(*)