KETIK, SURABAYA – Kondisi perekonomian Jawa Timur semakin menunjukkan perkembangan positif. Ini yang disampaikan Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur, Zulkipli, dalam siaran pers Rabu, 16 Januari 2025.
Data BPS menyebut jumlah dan presentase penduduk miskin di Jawa Timur pada September 2024 sebesar 9,56 persen. Angka ini mengalami penurunan sebesar 0,23 persen poin terhadap Maret 2024 (9,79 persen)
Begitu pun jumlah penduduk miskin pada bulan yang sama. Tercatat ada 3,89 juta jiwa penduduk miskin di Jawa Timur, angka ini berkurang 88,87 ribu jiwa terhadap Maret 2024 (3,98 juta jiwa).
"Tentu ini sebuah prestasi sendiri, di mana capaian ini terjadi dari banyak program yang sudah dilakukan oleh semua pihak yang terlibat dalam penurunan angka kemiskinan,” ungkap Zulkipli di Ruang Vicon, Kantor BPS Jatim.
Lebih jauh, Zulkipli memaparkan pola kemiskinan di perkotaan dan pedesaan yang cenderung menurun. Pada September 2024, jumlah penduduk miskin di perkotaan turun sebanyak 54 ribu orang dari 1,643 juta jiwa pada Maret 2024.
Dengan begitu, kemiskinan di perkotaan pada September 2024 turun menjadi 1,539 juta jiwa. Sama halnya di pedesaan yang turun sebanyak 35 ribu orang dari 2,340 juta jiwa pada Maret 2024, menjadi 2,305 juta orang pada September 2024.
Sampai saat ini, lanjut Zulkipli, kondisi garis kemiskinan juga naik 2,17 persen dari Rp536,122 per kapita per bulan pada Maret 2024 menjadi Rp547.751 per kapita per bulan pada September 2024.
Besaran angka ini, peranan komoditas makanan jauh lebih besar dibanding bukan makanan, yakni lebih dari 76 persen.
“Yang menjadi catatan, garis kemiskinan kita sangat dibutuhkan oleh komunitas beras itu memang sangat luar biasa karena kebutuhan masyarakat. Catatan rokok memegang peranan tinggi, 9 persen di perkotaan dan hampir 9 persen di pedesaan,” lanjutnya.
Begitu pun dengan daging ayam ras, telur ayam ras yang harganya harus dijaga dan dipertahankan agar angka kemiskinan tidak mengalami kenaikan. (*)