Kaum muda (10-19 tahun) Surabaya menghadapi tantangan terkait isu pekerjaan di masa depan. Saat ini secara global kaum muda menghadapi tantangan tersebut.
Perkembangan teknologi, perubahan iklim, globalisasi, dan perubahan pasar tenaga kerja memberikan tantangan yang berbeda bagi generasi saat ini dibandingkan generasi sebelumnya.
Surabaya adalah rumah bagi sekitar 440,667 kaum muda (Data BPS Surabaya 2022), angka ini akan lebih besar mengingat pada tahun 2023 terjadi peningkatan jumlah penduduk sekitar 1,3% di Surabaya. Kita harus mempersiapkan kaum muda ini agar dapat bersaing secara lokal dan global di pasar kerja.
United Nations Children's Fund (Unicef) mendorong pemerintah, pemangku kepentingan dan kaum muda untuk dapat meningkatkan keterampilan abad 21. Jenis keterampilan abad 21 yang dimaksud antara lain ketrampilan dalam berfikir kritis dan pemecahan masalah, komunikasi, negosiasi dan bekerja sama, self-management atau kemandirian, resilience (kemampuan untuk bangkit kembali), pendidikan digital dan kewirausahaan.
Unicef berkomitmen untuk bekerja sama dengan pemerintah dalam:
- Penyediaan konten pembelajaran abad 21,
- Peningkatan kapasitas guru dan tenaga pengajar untuk metode pembelajaran yang mendorong peningkatan ketrampilan abad 21 bagi kaum muda dan terakhir
- Mempersempit atau menutup kesenjangan gender akan keterampilan Science, Technology, Engineering and Mathematic (STEM) bagi kaum remaja perempuan. Kesenjangan gender dalam pendidikan STEM sangat mencolok di pendidikan tinggi, di mana hanya 35 persen siswa perempuan yang terdaftar di bidang yang berhubungan dengan STEM secara global
Kesenjangan gender pada STEM sangat perlu diatasi mengingat bahwa ILO memperkirakan sekitar 56% pekerjaan di Indonesia akan mengalami tranformasi digital atau automation. Ini akan mempengaruhi sekitar 60 juta pekerja. Oleh sebab itu kita juga harus membekali kaum remaja perempuan kita dengan ketrampilan digital dan STEM. Diperkirakan kaum wanita 20% lebih tinggi kehilangan pekerjaan dengan adanya “automation” ini dibanding kaum lelaki jika partisipasi wanita di dunia STEM tidak didorong.
Unicef saat ini bekerja sama dengan Pemerintah Jawa Timur khususnya Dinas Pendidikan Jawa Timur untuk peningkatan Pendidikan abad 21 dan Pendidikan digital bagi siswa double track.
Pada tahun 2023-2024 kami mendukung pemerintah untuk memberikan pembelajaran ini kepada sekitar 2040 siswa, 50% di antaranya adalah anak perempuan.
“Ada mitos atau anggapan umum bahwa pelajaran teknologi dan mesin itu hanya untuk anak lelaki, sehingga kami kaum perempuan tanpa sadar mimilih untuk tidak mengambil jurusan tersebut atau mencari tahu lebih lanjut terkait hal teknologi dan mesin. Pada saat kami diminta atau di dorong untuk berpartisipasi, kami baru tersadar, oh iya yah kami juga bisa” – siswa SMA, 16 tahun – perempuan, Malang.
“Anak perempuan itu bisa untuk berpartisipasi pada bidang teknologi dan mesin. Jika dilihat pada nilai mata pelajaran matematika, IPA, IT, tidak ada perbedaan mencolok antara anak laki-laki dan perempuan, jadi kurangnya partisipasi anak perempuan pada bidang STEM menurut saya karena ada anggapan bahwa ini hanya untuk anak lelaki, sama seperti anggapan bahwa jurusan tata busana hanya untuk anak perempuan” - guru, 45 tahun - Malang. (*)
*) Tubagus Arie Rukmantara adalah Kepala Perwakilan Unicef Wilayah Jawa dan Bali
**) Isi tulisan di atas menjadi tanggung jawab penulis
***) Karikatur by Rihad Humala/Ketik.co.id
****) Ketentuan pengiriman naskah opini:
* Naskah dikirim ke alamat email redaksi@ketik.co.id.
* Berikan keterangan OPINI di kolom subjek
* Panjang naskah maksimal 800 kata
* Sertakan identitas diri, foto, dan nomor HP
* Hak muat redaksi.