Ketua RMINU Kabupaten Bandung, H Budi Faisal Farid, S.Sos: Santri Migranpreneur, Ikhtiar Transformasi Pondok Pesantren Go Internasional

29 Maret 2025 09:55 29 Mar 2025 09:55

Thumbnail Ketua RMINU Kabupaten Bandung, H Budi Faisal Farid, S.Sos: Santri Migranpreneur, Ikhtiar Transformasi Pondok Pesantren Go Internasional Watermark Ketik
Ketua RMINU Kab Bandung Budi Faisal Farid. (Foto: dok pribadi)

KETIK, BANDUNG – Tidak semua jebolan pesantren pada akhirnya ingin menjadi kyai, menjadi ulama atau minimal uztaz. Apalagi menjadi pegawai negeri sipil yang seolah-olah menjadi pantangan bagi orang pesantren sejak dulu. 

Faktanya saat ini pun, banyak lulusan pesantren yang menjadi pengusaha sehingga menjadi seorang aghniya, bukan lagi ulama. Ada juga terobosan baru, yang memulai menjadi pekerja migran sehingga santri bisa go international. 

Seperti Program Santri Migranpreneur yang diinisiasi Robithoh Ma'ahid Islamiyah Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (RMINU) Kabupaten Bandung, berhasil meloloskan salah satu santrinya, Cepi Maulana, untuk bekerja magang di Jepang. Program terobosan ini merupakan contoh salah satu ikhtiar pondok pesantren untuk bertransformasi, agar santri bisa go international, bukan cuma jago kandang.

Sebelumnya dua bulan belakangan, santri Cepi belajar budaya dan Bahasa Jepang di Balai Latihan Kerja (BLK) Pondok Pesantren Bustanul Wildan, Desa CIleunyi Wetan, Kecamatan Cileunyi, Kabupaten Bandung. Pelatihan ini bekerjasama dengan Bank Nano Syariah, AP2LN dan Lembaga Pelatihan Kerja (LPK) Mirai. Lebih dari itu, Cepi pun diipanggil ke Istana Negara, Kamis 27 Maret 2025 untuk menerima bantuan dari Baznas.

Ketua Panitia Pelaksana Program Santri Migranpreneur yang juga Dewan Asatid Penpes Bustanul Wildan, Budi Faisal Farid mengatakan, Program Santri Migranpreneur Banch 1 merupakan salah satu contoh program terobosan RMI Kabupaten Bandung, dalam upaya transformasi pondok pesantren.

"Semoga Program Santri Migranpreneur ini bisa menginspirasi pondok-pondok pesantren lainnya," ucap Budi yang juga Ketua RMINU Kabupaten Bandung kepada ketik.co.id, Sabtu 29 Maret 2025.

Apa saja ikhiar yang diupayakan pesantren untuk bertransformasi? Bagaimana kondisi ponpes di tengah gerusan zaman dan era teknologi informasi saat ini? Berikut wawancara bersama Ketua RMINU Kabupaten Bandung Budi Faisal Farid tentang pesantren dulu, kini dan masa depan.

Definisi pondok pesantren itu sebenarnya bagaimana?

Ada 5 rukun pesantren atau arkanul ma'had. Pertama, ada figur sentral seorang pemimpin yaitu kiai dan pengasuh, ada santri mukim yang belajar, ada masjid atau mushola, ada asrama atau kobong, dan kelima kurikulum kepesantrenan, bisa berupa  pengajian kitab kuning/dirasah Islamiyah.  

Kalau yang dimaksud transformasi pondok pesantren?

Transformasi pesantren itu maksudnya membahas pesantren dulu, sekarang dan pesantren yang akan datang. Sebab saat ini pesantren arus siap menghadapi segala perubahan. Tapi dengan tetap menjaga, merawat, melestarikan kultur pesantren. Sebagaimana paradigma al-muhafadhotu ‘ala qodimis sholih wal akhdzu bil jadidil ashlah, yakni ‘memelihara yang lama yang baik dan mengambil yang baru yang lebih baik'.

Foto Ketua PCNU Kab Bandung Agus Ahmad Qustholany (tegah) saat penendatangan MoU dengan AP2LN Jawa Barat di BLK Ponpes Bustanul Wildan Kec Cileunyi Kab Bandung. (Foto: Iwa/Ketik.co.id)Ketua PCNU Kab Bandung Agus Ahmad Qustholany (tegah) saat penendatangan MoU dengan AP2LN Jawa Barat di BLK Ponpes Bustanul Wildan Kec Cileunyi Kab Bandung. (Foto: Iwa/Ketik.co.id)

Jadi, Anda memandang Program Santri Migranpreneur ini hal yang baik bagi para santri?

Tentu saja baik dan ada beberapa nilai plus-nya. Program Santri Migranpreneur ini bertujuan memberikan pengalaman dan pengetahuan kepada santri sebagai generasi muda, khususnya bagi Nahdlatul Ulama. Nantinya mereka bisa belajar, bagaimana jepang bisa menjadi negara maju. Lebih dari itu dengan melihat langsung melalui proses magang di Jepang, harapannya bisa menginspirasi santri untuk mampu memajukan tanah airnya "Indonesia", seperti Jepang, bahkan lebih maju dari Jepang.

Nah, sepulang para santri magang di sana, hal hal yang baik di Jepang seperti disiplin, etos kerja dan hal lainnya, bisa diimplementasikan dan diaplikasikan untuk membangun Indonesia lebih maju.

Terakhir informasi yang saya dapat, Ketua RMI PWNU Jabar juga meminta saya untuk share dan transfer Program Santri Migranpreneur RMI Kabupaten Bandung ini ke RMI kabupaten/kota lainnya, khususnya di Jawa Barat.

Bagaimana ceritanya, sampai Anda berinisiatif membuat Program Santri Migranpreneur? Sabelumnya juga ada Program Santripreneur.

Sebenarnya Santri Migranpreneur ini berawal dari "guyonan". Sebab fakta dan realitas, santri pasca dari pesantren ternyata tidak semuanya jadi kyai. Bahkan mayoritasnya tidak jadi kyai.

Nah, dari situlah, RMINU Kabupaten Bandung berinisiatif untuk membuka ruang dan mewadahi alumni santri, khususnya yang baru tamat SMA sederajat. Kami membuka kesempatan pengalaman di luar dunia pesantren, dalam rangka "Merawat jagad membangun peradaban" agar santri bisa "go international".

Konon katanya di kalangan pesantren itu ada semacam pantangan untuk menjadi PNS?

Memang masih ada dari dulu. Bahkan di internal pesantren saya pun masih ada. Bahkan masih ada mindset rizki jadi pegawai negeri sipil (PNS) mah "terbatas" dan kerja juga kemampuan finansialnya "dibatasi" gaji. Jadi mindsetnya di kalangan pesantren itu, dengan menyebarkan ilmu dan ikhlas mengurus santri, insya Alloh "gaji"-nya bisa melebihi PNS. Bahkan "unlimited" dari langit, hehehe..

Foto Ketua RMINU Kab Bandung Budi Faisal Farid bersama peserta Diklat Santri Migranpreneur di BLK Ponpes Bustanul Wildan.Ketua RMINU Kab Bandung Budi Faisal Farid bersama peserta Diklat Santri Migranpreneur di BLK Ponpes Bustanul Wildan.

Ada berapa jumlah pondok pesantren di Kabupaten Bandung menurut data RMI? 

Kalau data di RMI PCNU Kabupaten Bandung itu ada 280. Tapi kalau data di lapangan bisa jadi di atas 500. Karena yang sudah ada Ijin Operasional Pesantren (IJOP) dari Kementerian Agama ada 400-an pesantren.

Sampai saat ini masih banyak pesantren yang belum punya izin operasional. Padahal ini penting untuk mendapatkan akses bantuan-bantuan pemerintah atau Kemenag

Kendalanya mungkin mereka karena tidak tahu, atau persyaratan dianggap ribet seperti harus bikin yayasan dulu, ada juga pesantren yang belum mau mendaftar untuk mendapatkan ijin. 

Makanya RMI berkolaborasi Kemenang hadir untuk memberikan pendampingan perijinanan ponpes, khususnya bagi ponpes yang berafilaisi ke NU.

Dari jumlah itu, sebenarnya bagaimana gambaran fenomena pondok pesantren di Kabupaten Bandung saat ini khususnya?

Sesuai Undang-undang No. 18 Tahun 2019 tentang Pesantren, bahwa fungsi pesantren berperan dalam penyelenggaraan fungsi pendidikan, fungsi dakwah, dan fungsi pemberdayaan masyarakat.

Nah, fenomena sekarang, banyak pesantren yang mengelaborasi ketiga fungsi tersebut, atau bisa juga di luar pendidikan dan keagamaan, meski dengan tetap mempertahankan dan melestarikan karakterikstik salafiyah atau kitab kuning.

Secara umum, memang pesantren itu memiliki tipologi berbeda-beda. Ada yang masih pure salafiyah, ada yang sudah meng-combine tetap salafiyah tapi ada lembaga pendidikan formal, juga mulai banyak muncul pesantren berbasi karakter (vokasi).

Pesantren vokasi adalah pondok pesantren yang fokus pada pengembangan keterampilan dan keahlian terapan (vokasi), selain pendidikan keagamaan. Ini bertujuan mempersiapkan santri untuk siap bekerja atau berwirausaha setelah lulus. 

Kalau dilihat, sekarang pembangunan pondok pesantren yang baru itu lebih ditonjolkan dari segi bangunan fisiknya saja sampai membangun gedung yang megah?

"Jualan"-nya emang dikemas kayak gitu agar lebih menarik minat para calon santri. Mereka mem-branding-nya dengan gedung yang megah, dengan sistem, manajemen, fasilitas yang baru. Tapi kalau pesantren-pesantren yang sudah mengakar di masyarakat, ya nggak seperti itu.

Sampai sekarang apa masih ada pesantren di Kabupaten Bandung yang masih membudayakan tarekat seperti tarekat Naqsabandiyah atau Qodariyah?

Masih ada. Namun tidak secara kelembagaan pesantren. Biasanya mereka lebih ke personal ustaz-nya atau dengan membuat wadah jaringan mandiri di daerah-daerah seperti Tarekat Qodiriyah wa Naqsyabandiyah (TQN). Kalau secara kelembagaan pesantren lebih membudayakan dan melestarikan Kitab Kuning.

Apa saran Anda sebagai Ketua RMINU Kabupaten Bandung ke kalangan pondok pesantren dalam rangka program santripreneur?

Dalam rangka mendukung dan menyukseskan Makan Bergizi Gratis (MBG) Presiden Prabowo, RMI PCNU Kabupaten Bandung berharap, pondok pesantren tidak hanya sebagai objek penerima manfaat penyaluran MBG. 

Akan tetapi, bagaimana dapat mengambil peran yang lebih strategis dengan menangkap peluang dan manfaat yang lebih dari program MBG ini. Salah satu ikhtiarnya dengan mengajukan lokasi Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang akan menjadi dapur tempat memasak menu makanan. Bisa hadir 1 dapur MBG per kecamatan di ponpes anggota RMI PCNU Kabupaten Bandung.(*)

 


 

Tombol Google News

Tags:

ngabuburit Ramadan ramadhan ponpes Pesantren Pondok pesantren santri go international