Kisah Inspiratif Anita Permata: Nyaris Putus Sekolah hingga Sukses Jadi Pebisnis Muda

Jurnalis: Siti Fatimah
Editor: M. Rifat

15 September 2024 17:05 15 Sep 2024 17:05

Thumbnail Kisah Inspiratif Anita Permata: Nyaris Putus Sekolah hingga Sukses Jadi Pebisnis Muda Watermark Ketik
Anita Permata saat acara Monitoring dan Evaluasi Program Double Track Wilayah Kabupaten Sampang dan Pamekasan di SMAN 1 Kedungdung, 14 September 2024 (Foto: Fatimah/Ketik.co.id)

KETIK, SAMPANG – Program SMA Double Track benar-benar mengubah hidup para alumni SMAN 1 Kedungdung, Kabupaten Sampang, Madura, Jawa Timur.

Pasalnya, program bentukan Dinas Pendidikan Jawa Timur bekerja sama dengan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) ini sukses melahirkan generasi muda berbakat yang berkontribusi pada sektor ekonomi Jawa Timur.

Salah satunya Anita Permata Indah, alumni Double Track SMAN 1 Kedungdung tahun 2022 yang sukses menjadi pebisnis muda.

Berkat hasil usaha yang dirintisnya, dia berhasil mewujudkan mimpi sekolah hingga jenjang perguruan tinggi. Bahkan dia mampu mengangkat ekonomi keluarga. Bagaimana kisah perjalanannya?

Kembangkan Bisnis Souvenir

Anita, sapaan akrabnya, memulai bisnis souvenir sejak 2022. Saat itu, dia masih berstatus sebagai siswi SMAN 1 Kedungdung yang mengikuti Program SMA Double Track keterampilan tata boga.

Di tata boga, tangan terampil Anita berhasil menyulap kemasan produk menjadi souvenir cantik yang bernilai lebih.

“Awalnya ikut tata boga bagian pengemasan kue. Waktu itu saya punya ide kemasannya dibuat lebih menarik biar banyak orang berminat. Saya buat jadi souvenir,” ungkap Anita saat ditemui di SMAN 1 Kedungdung, Sabtu, 14 September 2024.

Menyadari lebih menguntungkan, gadis 19 tahun ini berinisiatif membuka usaha souvenir. Dia memproduksi aneka souvenir untuk lamaran, pernikahan, wisuda dan acara penting lainnya.

“Harganya mulai dari Rp30 ribu-Rp250 ribu tergantung permintaan dan ukuran produknya,” bebernya.

Dari sini, dia bisa mengantongi omzet hingga jutaan. Terlebih saat masuk hari-hari besar seperti lebaran, omzetnya bisa menyentuh Rp4,5 juta.

“Setelah lebaran itu ramai pesanan, hampir 100 buket.  Waktu itu dibantu ibu, adik dan 1 tetangga menyelesaikan pesanan,” ungkapnya pada Ketik.co.id.

Pencapaiannya ini tentu tidak instan. Sebelumnya, dia bercerita produknya sempat sepi pembeli. Namun, karena semangatnya memasarkan produk melalui online, banyak orang tertarik membeli hingga kebanjiran order.

“Orang-orang banyak komentar dan memberi masukan. Misalnya ini kurang bagus atau perlu dikasih bunga, itu mereka kasih kritik. Saya ikuti kritik mereka. Kritik itulah yang membuat produk saya semakin laris,” kata Anita.

Tidak hanya souvernir, Anita menjajal peluang bisnis lain yakni kerupuk seblak yang sedang viral. Dari situ, dia mendapat tambahan pundi-pundi rupiah meskipun hanya terjual 40 pieces dalam sehari.

Nyaris Putus Sekolah

Di balik kesuksesannya, gadis asli Desa Banjar Kecamatan Kedundung ini memiliki kisah mengharukan.

Anak pertama dari tiga bersaudara ini nyaris tidak bisa melanjutkan pendidikan selepas lulus Sekolah Menengah Pertama (SMP). Hal ini lantaran kedua orang tuanya yang bekerja sebagai kuli dan petani tidak mampu membiayai sekolahnya.

“Awalnya saya nggak dibolehin lanjut SMA. Katanya, sampai SMP aja terus kerja. Kalau nggak kerja ya mondok,” ungkapnya. Matanya mulai berkaca-kaca ketika menceritakan ini pada Ketik.co.id.

Mendengar itu, dia berpikir masuk pesantren bukan pilihan tepat. Lagi-lagi, alasannya adalah biaya. Dia menolak permintaan orang tuanya tersebut karena mengerti kondisi ekonomi keluarga.

“Saya bilang, jangan Mak. Kan Mama nggak punya biaya,” kata Anita pada ibunya saat itu.

Sang Ibunda menjawab, soal biaya tidak masalah karena bisa meminjam uang ke saudara. Sama saja, Anita tetap menolak.

Tekadnya untuk melanjutkan sekolah sangatlah kuat. Diam-diam dia mendaftarkan diri ke SMAN 1 Kedungdung demi memperjuangkan masa depannya.

Nggak ditemani siapa-siapa, langsung mendaftar sendiri,” ungkapnya.

Begitu pun setelah lulus SMA. Setahun lalu, dia hampir tidak bisa melanjutkan kuliah karena kendala biaya. Dia berpikir, dengan usaha souvenir yang dirintisnya ini bisa  menjadi bekal untuk memperjuangkan mimpinya menjadi guru.

Singkat cerita, lagi-lagi dia nekat mendaftarkan diri ke berbagai perguruan tinggi tanpa ditemani siapapun. Untuk meringankan biaya, dia mendaftar beasiswa Kartu Indonesia Pintar (KIP) dengan modal pernah menjuarai Lomba Tari se-Madura.

Dia terus berusaha menggapai apa yang diinginkan sampai pada akhirnya kegigihan ini berbuah manis. Saat ini, Anita resmi menjadi mahasiswa Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) PGRI Sampang jurusan Bahasa dan Sastra.

“Alhamdulillah untuk UKT dapat dari beasiswa KIP. Keterimanya itu karena saya pernah dapat juara 1 lomba tari. Sedangkan untung jualan saya sisihkan untuk keperluan kuliah lainnya dan biaya hidup,” kata mahasiswi semester 3 itu.

Dia bersikeras memperjuangkan mimpinya sebab mengerti tantangan dan peluang ke depan. Anita melihat peluang lulusan SMP sangatlah kecil untuk bersaing di dunia kerja.

Itulah yang menjadi bahan bakarnya untuk meyakinkan orang tua bahwa penting melanjutkan pendidikan sampai jenjang lebih tinggi.

“Kalau saya nggak lanjutin sekolah cuma sampai SMP, sekarang itu peluang kerja minimal S1. Saya nggak mau nganggur tiduran di rumah saja. Bukannya saya nggak mau lanjutin usahanya orang tua juga, tapi saya pengen beda,” tuturnya.

Sekarang, orang tua Anita lebih mendukung anaknya sekolah setinggi-tingginya, bahkan sampai S2. Ini karena Anita sudah memiliki bisnis sendiri yang bisa menopang biaya hidupnya.

“Saya meyakinkan ke orang tua kalau sekolah mengubah segalanya. Katanya, nggak papa lanjutin, kalau ada rezeki lanjutin sampai S2,” kata Anita menirukan jawaban orang tuanya.

Angkat Ekonomi Keluarga

Tidak hanya bisa mewujudkan mimpinya untuk bisa kuliah. Berkat bisnis yang dijalaninya ini, Anita perlahan mampu mengangkat ekonomi keluarga.

Dengan wajah sumringah, dia bercerita pada Ketik.co.id bahwa selama 2 tahun menabung dari hasil jualan, dirinya bisa membelikan orang tuanya 1 buah sepeda motor Honda Beat serta 1 buah handphone untuk adiknya.

Anita juga turut andil memberi uang saku pada adiknya yang saat ini sekolah di pesantren.

 “Saya ngumpulin uang selama 2 tahun dari hasil jualan dengan total sekitar Rp13 juta. Alhamdulillah dari situ saya bisa membeli semuanya. Beli sepeda motor untuk orang tua, belikan adik Hp dan beli sendiri Hp,” bebernya.

Anita bersyukur atas pencapaiannya saat ini. Katanya, Program SMA Double Track mengajarkannya mengelola bisnis sampai dagangan laris. Juga, pengelolaan keuangan yang sangat penting untuk generasi muda.

Ke depannya, dengan target Rp10 juta dia ingin menyewa toko di daerah Sampang untuk berjualan. Selain itu, dia ingin mewujudkan mimpinya untuk memberangkatkan kedua orang tua umroh ke tanah suci.

“Saya ingin memberangkatkan kedua orang tua umroh pakai hasil sendiri. Dan, melihat adik saya jadi ustazah,” ungkap Anita. (*)

Tombol Google News

Tags:

bisnis souvenir Program SMA Double Track kisah inspiratif sman 1 kedungdung