Kisah Pilu Rahmah, Rawat Pasien TBC RO HIV/AIDS hingga Berhasil Bangkit

Jurnalis: Siti Fatimah
Editor: Mustopa

12 Juli 2024 03:26 12 Jul 2024 03:26

Thumbnail Kisah Pilu Rahmah, Rawat Pasien TBC RO HIV/AIDS hingga Berhasil Bangkit Watermark Ketik
Ummi Sholichatur Rahmah, pendamping pasien TBC RO ketika bercerita pengalamannya menangani pasien TBC HIV AIDS pada Ketik.co.id (Foto: Fatimah/Ketik.co.id)

KETIK, SURABAYA – Merawat pasien penderita penyakit menular seperti Tuberkulosis (TBC) tidaklah mudah. Banyak kisah-kisah pilu selama perawatan dan pendampingan sampai kondisi pasien membaik dibanding sebelumnya.

Seperti yang dialami Ummi Sholichatur Rahmah, pendamping pasien (PS) TBC Resisten Obat (RO) dari Yayasan Bhanu Yasa Sejahtera (Yabhysa) peduli TBC Jawa Timur.

Kepada Ketik.co.id, ia bercerita pernah menemui 4 pasien penderita TBC HIV/AIDS, yakni orang-orang yang terinfeksi bakteri TBC RO sekaligus virus HIV/AIDS.

“Ketahuan HIV baru ketika pengobatan. Awalnya enggak tahu tertular dari mana. Pasien mengaku tidak pernah melakukan seks bebas, tapi ternyata tertular dari suaminya,”  kata Rahmah di acara Pelatihan Penyegaran Tim Pendamping TBC RO Komunitas dalam Pendampingan Pasien Sejak Terdiagnosis dan Penggunaan SITK TBC RO, di Hotel Harris Gubeng Surabaya, Kamis (11/7/2024)

Ini merupakan pengalaman paling menyedihkan baginya selama 3 tahun menjadi PS TBC RO di Sidoarjo. Melihat salah satu pasien perempuan berumur sekitar 40 tahun masuk rumah sakit menggunakan kursi roda dengan kondisi lemah, tubuh sangat kurus, dan tidak bisa melakukan aktivitas apapun.

Pasien itu hidup sendiri di rumahnya. Tidak ada support system dari lingkungan bahkan keluarganya. Ia dikucilkan sebab penyakitnya.  

“Sampai sekarang masih dikucilkan. Enggak mudah memang untuk orang lain menerima mereka. Ini yang jadi tantangan buat kami untuk mengedukasi keluarganya agar memberikan dukungan ke pasien,” ungkap perempuan 26 tahun itu.

Pasien sempat merasa putus asa dengan hidupnya.  Tapi dengan semangat ingin membuktikan pada orang-orang di sekitarnya bahwa dia bisa melalui semuanya, kondisinya berangsur membaik setelah menjalani dua pengobatan TBC RO dan HIV/AIDS selama lebih dari 8 bulan.

“Pas tahu dia HIV kami sempat berpikir wah enggak lama ini. Karena membaca pada pasien-pasien sebelumnya rata-rata TBC HIV itu cuma bertahan 2-4 bulan. Tapi ternyata sampai 10 bulan dia bertahan dan membaik kondisinya,” papar Rahmah.

Hebatnya, saat ini pasien tersebut malah merawat ibunya yang juga mengidap TBC SO di tengah kondisi keluarga yang enggan merawat.

“Dia sakit TBC RO enggak ada yang ngerawat, ibunya sakit TBC SO enggak ada yang ngerawat juga dari keluarganya. Akhirnya beliau yang merawat ibunya membuktikan ini lho aku sakit tapi bisa merawat ibu kalian,” lanjutnya.

Sampai saat ini, Rahmah sudah mendampingi lebih dari 20 pasien TBC. Hampir semua pasien yang didampinginya sudah banyak yang sembuh dari penyakit tersebut.

Sebagai informasi, Yabhysa TBC Jawa Timur merupakan yayasan mitra Dinas Kesehatan Jawa Timur yang bertugas melakukan Active Case Finding (ACF) untuk menemukan kasus-kasus TBC baru di Jawa Timur.

Yayasan ini telah memiliki 3.500 kader yang tersebar di seluruh Jawa Timur untuk melacak, mendampingi, mengedukasi pasien-pasien TBC baik SO maupun RO.(*)

Tombol Google News

Tags:

TBC Resisten Obat penyakit tuberkulosis TBC HIV AIDS Yabhysa TBC Jawa Timur