Kisah Rawan, Pelaut Indonesia yang Terlibat dalam Pemberontakan di Kapal Zeven Provinciën

Jurnalis: Husni Habib
Editor: Mustopa

14 Agustus 2024 06:40 14 Agt 2024 06:40

Thumbnail Kisah Rawan, Pelaut Indonesia yang Terlibat dalam Pemberontakan di Kapal Zeven Provinciën Watermark Ketik
Soetari janda pejuang perintis kemerdekaan saat memegang foto mendiang suaminya, Rawan. (Foto: Husni Habib/Ketik.co.id)

KETIK, SURABAYA – Rawan adalah tentara perintis kemerdekaan yang berjuang sebelum tahun 1945. Ia lahir di Purworejo, Jawa Tengah pada tahun 1903.

Rawan merupakan salah satu pelaut pribumi yang terlibat dalam pemberontakan di atas kapal angkatan Laut HNMLS, yang merupakan Angkatan Laut Kerajaan Belanda.

Pemberontakan itu terjadi pada tahun 1933 yang dilatarbelakangi oleh keputusan untuk menurunkan gaji pegawai pemerintah Hindia Belanda sebesar 17 persen yang diumumkan pada tanggal 1 Januari 1933. 

Penurunan gaji pegawai tersebut merupakan upaya pemerintah Hindia Belanda untuk mengurangi defisit anggaran belanja akibat depresi ekonomi yang melanda dunia pada saat itu. 

Berdasarkan buku autobiografi yang ditulisnya pada tahun 1982, Rawan bercerita bahwa ia menjadi anak buah kapal belanda bernama Zeven Provinciën (7 Provinsi) pada tahun 1931.

Pertama kali bertugas di kapal Zeven Provinciën, ia berlayar ke Balikpapan dari pelabuhan Tanjung Perak Surabaya.

Sebelum kejadian pemberontakan dirinya sudah mendengar isu akan adanya penurunan gaji kepada para pelaut HNMLS. Awalnya para pelaut tidak begitu menggubris kabar tersebut lantaran menganggapnya hanya sebagai ancaman belaka. 

Namun tak lama kemudian para pelaut baik pribumi maupun Belanda menjadi heboh lantaran kabar tersebut menjadi kenyataan. Keputusan pengurangan gaji tersebut diumumkan secara resmi masing-masing pada 26 Januari dan 30 Januari 1933.

Puncaknya konfrontasi terhadap pemberontakan di Kapal De Zeven Provinciën terjadi pada hari Jumat, 10 Februari 1933 yang dilakukan dari udara.

Kapal tersebut dijatuhi bom 50kg oleh pesawat Dornier D 11 dari ketinggian 1200 meter. Bom tersebut mengenai titik di dekat anjungan kapal Zeven Provinciën dan kemudian langsung meledak. 

Ditemui di kediamannya Soetari yang merupakan istri dari Rawan mengatakan hingga saat ini, ia masih menyimpan rapi kenangan dari mendiang suaminya. Sebagai istri pejuang, momen hari kemerdekaan merupakan salah satu momen yang istimewa baginya.

"Iya karena dulu bapak adalah pejuang, momen 17-an ini merupakan momen yang istimewa bagi saya," jelas Soetari saat ditemui di kediamannya, Selasa (13/8/2024).

Kedisiplinan merupakan nilai yang selalu diajarkan oleh mendiang suaminya. Karena dengan disiplin bisa menjadi orang yang bertanggung jawab. 

"Bapak selalu mengajarkan untuk disiplin dan tiba tepat waktu. Hal ini yang akan membuat kita dihargai orang," tambahnya.

Rawan dan Soetari menikah pada tahun 1976, pernikahan mereka dilangsungkan di Purworejo, Jawa Tengah. Rawan meninggal pada tahun 1986 dikarenakan terserang sakit jantung.

"Bapak meninggal tahun 1986 karena penyakit jantung," pungkasnya.(*)

Tombol Google News

Tags:

Pejuang Perintis Kemerdekaan Pemberontakan Zeven Provinciën Pelaut HUT Kemerdekaan RI Sejarah Zeven Provinciën