Kisah WNA Iskak, Tinggalkan Singapura Demi Bertani di Pacitan

Jurnalis: Al Ahmadi
Editor: Marno

13 Mei 2024 02:00 13 Mei 2024 02:00

Thumbnail Kisah WNA Iskak, Tinggalkan Singapura Demi Bertani di Pacitan Watermark Ketik
WNA Singapura Iskak saat menceritakan kisahnya memilih tinggal di Pacitan, (13/5/2024). (Foto: Al Ahmadi/Ketik.co.id)

KETIK, PACITAN – Seorang Warga Negara Asing (WNA) Singapura memilih hidup di Kabupaten Pacitan, Jawa Timur. Pria ini bernama Iskak berusia 61 tahun.

Kini, ia tinggal di rumah barunya yang terletak di Desa Kebondalem, Kecamatan Tegalombo selama enam tahun terakhir.

"Saya masuk di Indonesia sejak ada Covid-19, setelah bisa masuk saya langsung masuk ke Indonesia," cerita Iskak saat ditemui di rumahnya, Senin (13/5/2024).

Foto Iskak saat berada di depan rumahnya. (Foto: Al Ahmadi/Ketik.co.id)Iskak saat berada di depan rumahnya. (Foto: Al Ahmadi/Ketik.co.id)

Ia tinggal bersama keponakannya, sementara kedua anaknya masih menetap di Negeri Singa.

Keputusan Iskak untuk pindah ke desa terpencil ini, didorong oleh berbagai alasan, mulai dari mencari ketentraman, hobi bertani, hingga biaya hidup yang dirasa lebih murah.

Tak seperti di kota. Di Desa Kebondalem, Iskak menemukan kedamaian dan kebahagiaan yang belum didapatkan sebelumnya.

Ia bisa mengisi hari-harinya dengan berkebun, menanam berbagai jenis buah-buahan, dan menikmati hidup di pedesaan. Bagi Iskak, menikmati masa senja merupakan prioritasnya untuk saat ini.

"Nggak enaknya di Singapura saat kondisi seperti saya ini atau sudah pensiun. Karena, pas semua orang kerja saya cuman di rumah plonga-plongo. Tapi kalau di sini, saya kan bisa beli tanah jadi bisa bertani," ujarnya kepada Ketik.co.id dengan logat melayu.

"Di sini apa saja yang saya lihat, saya tanam. Malah saya bingung sama penjual buah di sini, ada kepala buah nanas kenapa dibuang-buang," katanya.

Untuk mencukupi kebutuhan hidupnya, Ishak menggunakan duit pensiunan yang didapat dari potongan gaji bulanan yang diterima selama bekerja dulu.

"Setiap warga negara Singapura yang bekerja bakal diwajibkan untuk menyisihkan gaji untuk dana pensiunan. Dana itu baru dapat dicairkan setelah memasuki usia 55 tahun. Warga yang bekerja di sana itu, 21 persen uang gajinya diwajibkan untuk disimpan oleh negara," jelas pria dua anak itu.

Selain itu, Iskak mengaku memiliki penghasilan tambahan dari sewa rumah miliknya yang berada di Singapura. Dari kedua penghasilan itu, alhasil Iskak dapat bermigrasi ke Indonesia.

"Di Singapura saya juga punya rumah, rumah itu saya sewakan, jadi setiap bulan dapat penghasilan. Itulah dari uang pensiun dan sewa rumah saya bisa tinggal di sini," kisahnya.

Tak sekadar singgah. Dari duit itu, Iskak dapat memborong berbagai kebutuhan hingga aset.

"Tapi kalau saya menyewakan rumah dan saya tetep tinggal Singapura, tentunya nggak bakal mampu buat beli tanah, mobil maupun rumah," jelasnya menyinggung biaya hidup di negara asal.

Alasan WNA Iskak Tinggal di Indonesia

Minimnya pemasukan saat masa pensiun, memaksa Iskak memeras pikiran. Dengan biaya hidup di Indonesia yang terbilang murah, menjadi pilihan tepat baginya untuk melangsungkan kehidupan senjanya.

Di Singapura, kata dia, dengan uang 12 ribu dolar Singapura, Iskak belum tentu mampu membeli sepeda motor. Sedangkan di Indonesia, dengan nilai yang sama, ia bisa membeli sebuah mobil.

"Mau melunasi surat-suratnya motor aja kalau dirupiahkan bisa sampai Rp100 juta, itu belum termasuk bayar kendaraan. Nah mobil ini, saya beli pake 12 ribu dolar Singapura, kalau di sana 12 ribu dolar mau beli sepeda motor aja ngga dapat," ucapnya sambil menunjuk mobil bertipe Sports Utility Vehicle (SUV) miliknya.

Kendati demikian, meski telah lama tinggal di Indonesia, Iskak tetap memilih untuk menjadi warga negara Singapura. Sebab, dengan begitu ia tetap mendapatkan berbagai benefit untuk dirinya hidup.

"Karena saya sudah tua, ketika sakit mau berobat ke sana saya masih dapat subsidi. Selain itu karena kalau jadi warga Singapura itu banyak mendapat bantuan, seperti contoh pas momen Covid-19 itu ya. Saya aja ini kalau bantuannya di sini nilainya Rp30 juta," ungkapnya.

Lebih lanjut, meski terpaut jarak antar negara, Iskak mengaku tetap punya rencana pulang ke negaranya sewaktu-waktu. Biasanya, dirinya akan mudik saat di hari-hari penting.

"Sampai sekarang kewarganegaraan saya masih Singapura, di sini pake paspor dan tetep bayar visa, untuk satu tahun Rp15 juta, pas tahun pertama itu Rp20 juta. Bulan ini saya juga bakal balik ke Singapura untuk memeriksakan kesehatan," pungkasnya menutup perbincangan. (*)

Tombol Google News

Tags:

pacitan WNA SINGAPURA Kisah Iskak
04. Home Sidebar 1
06. Home Sidebar 3 04. Home Sidebar 1