KETIK, MALANG – Program Local Service Delivery Improvement Program (LSDP) yang dicanangkan Kemendagri, merealisasikan terciptanya Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Refuse-derived fuel (RDF) di Kota Malang. Program tersebut digadang mampu mengurangi beban TPA Supit Urang.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Malang, Noer Rahman Widjaya menjelaskan sekitar 120-150 ton sampah dapat diolah menjadi RDF. Alhasil proyek tersebut menjadi inovasi berkelanjutan bagi pengolahan sampah di Kota Malang.
"Jadi 120-150 ton sampah yang akan masuk ke TPA, akan diolah menjadi RDF sebagai bahan pengganti batu bara. Hasil kajian kami terkait proyek ini, nanti akan menjadi sekitar 72 ton per hari," ujar Rahman, Sabtu 7 September 2024.
Sejauh ini proses pengolahan sampah yang dilakukan di Kota Malang baru mencapai 27 persen. Dengan terwujudnya program LSDP, diharapkan pengolahan sampah dapat meningkat hingga 55 persen.
"Artinya mengurangi beban yang ada di TPA Supit Urang yang selama ini menggunakan konsep sanitary landfill. Apalagi sekarang sudah mulai termakan oleh waktu. Sehingga kami harus melakukan inovasi agar umur sanitary landfill bisa lebih panjang," lanjutnya.
Mengingat hasil pengolahan sampah memiliki nilai jual, Rahman telah menyiapkan rencana bisnis yang telah disampaikan ke Pj Wali Kota Malang dan Dirjen Kemendagri. Nantinya nilai jual akan ditentukan oleh offtaker serta melihat dari kondisi pasar.
"Pak Pj Wali Kota Malang menekankan bukan hanya merencanakan, tapi membuat manfaat di daerah seperti yang diamanahkan dalam program LSDP," tuturnya.
DLH Kota Malang telah menjalankan beberapa perencanaan, mulai dari Feasibility Study (FS) hingga menyusun Detail Engineering Design (DED). Ia berharap skema dan perencanaan yang disusun dapat diterima.
