KETIK, PROBOLINGGO – Sedikitnya 60 Kepala Keluarga (KK) di Dusun Gilih, Desa Seboro, Kecamatan Krejengan, Kabupaten Probolinggo tak bisa merayakan Hari Raya Idul Fitri 1446 Hijriah seperti masyarakat kebanyakan. Satu-satunya jembatan darurat dari bambu di dusun mereka diterjang banjir, sekitar pukul 16.00 WIB, Minggu 30 April 2025.
Salah satu tokoh masyarakat setempat, Ustaz Sapik kepada Ketik.co.id mengatakan masyarakat hanya bisa pasrah dengan keadaan tersebut.
"Ini sudah keempat kalinya warga kerja bakti membuat jembatan darurat. Kami saat ini, tak bisa merayakan Idul Fitri secara normal seperti tahun tahun sebelumnya, saling kunjung mengunjungi antar saudara," katanya.
Lebih jauh, ustaz Sapik mengaku sebenarnya pembangunan jembatan semi permanen sudah dilaksanakan oleh Pemkab Probolinggo. Namun, tidak cepat selesai.
"Ini kan bencana alam dan jembatan itu dibutuhkan oleh masyarakat. Semestinya, pelaksanaannya dipercepat. Ini justru lebaran kurang enam hari, sudah ditinggalkan pekerja karena yang bekerja dari luar kota semua," imbuhnya menggerutu.
Seperti diketahui, jembatan permanen yang merupakan penghubung dari Dusun Gilih, Desa Seboro ke jalan raya Wangkal-Kraksaan terputus karena diterjang banjir Rabu, 5 Februari 2025.
"Sudah satu bulan setengah, kami bertahan dengan perahu dan jembatan bambu yang dibuat sendiri oleh Warga. Kami berharap, pihak pelaksana proyek agar profesional dan cepat menyelesaikan," imbuh Ustaz Sapik.
Sementara itu, pantauan Ketik.co.id, malam takbiran Idul Fitri warga tetap berdiam di rumahnya masing masing.
Sedangkan di lokasi jembatan putus, terlihat beberapa struktur pilar besi WF yang sudah tersambung dan tergeletak di sisi barat jembatan yang putus dan diperuntukkan sebagai struktur Jembatan semi permanen. (*)