Mengenal Tradisi Mejauman, Kala Warga Bali Merajut Ikatan Leluhur di Malang

Jurnalis: Gumilang
Editor: Muhammad Faizin

18 Oktober 2023 23:00 18 Okt 2023 23:00

Thumbnail Mengenal Tradisi Mejauman, Kala Warga Bali Merajut Ikatan Leluhur di Malang Watermark Ketik
Warga Bali ketika menggelar ritual Mejauman di Candi Singosari, Rabu, (18/9/2023)

KETIK, MALANG – Bali selama ini dikenal sebagai pulau dan entitas budaya di Indonesia yang kental dengan tradisi keagamaan Hindu. Jika dirunut sejarahnya, tradisi Hindu memiliki akar di Jawa, belasan abad lampau. 

Akar budaya itu yang ingin dilestarikan oleh ratusan warga Bali, tepatnya dari Kabupaten Karangasem, melalui Ritual Mejauman. 

Ritual ini terbilang istimewa, bukan saja karena digelar di Kabupaten Malang, Jawa Timur. Tetapi juga hanya dilakukan lima tahun sekali. Ritual digelar di Candi Singosari, yang merupakan peninggalan kerajaan Hindu berabad-abad silam.

Ritual Mejauman digelar oleh sekitar 450 warga Kabupaten Karangasem pada Rabu, (18/10/2023) kemaren. Menggunakan delapan bus secara beriringan, mereka menyeberang dari Pulau Dewata ke Kabupaten Malang. Iring-iringan bus bahkan sempat memacetkan seputar Candi Singosari.

Lantaran akses jalan yang masih sempit dan belum adanya ketersediaan parkir yang memadai.  Kendati demikian, tidak mengurangi semangat warga Bali untuk menjalani ritual di Candi yang menjadi ikon Kabupaten Malang tersebut.

Meski saat itu cuaca panas menunjukkan suhu udara mencapai 37 derajat Celcius, warga Bali tersebut tetap menjalani ritual dengan khidmat. Kedatangan warga Bali itu disambut Indranesia, salah satu aktivis Seni dan Budaya di Malang.

Foto Warga Bali ketika menggelar ritual Mejauman di Candi Singosari, Rabu, (18/9/2023)Warga Bali ketika menggelar ritual Mejauman di Candi Singosari, Rabu, (18/9/2023)

Ketut Murtika, salah satu warga Bali yang menjalani ritual Mejauman menjelaskan maksud dan tujuan serta sejarah digelarnya ritual di Candi Singosari Kabupaten Malang tersebut.

"Mejauman sediri berasal dari Kata jaum (bahasa Bali,red), yang jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia memiliki arti jarum. Ini merupakan cara kami menjahit atau merajut dan mempersatukan kembali kami dengan leluhur kami dari asalnya, yaitu Singosari," ujar Ketut Murtika.

Ketut menyebutkan, ritual ini sendiri digelar setelah upacara ngaben dan ngeroras, penyucian roh leluhur dan dianjurkan disembahyangkan di Candi Singosari. Selain Candi Singosari, sebelumnya rombongan bersembahyang di pura Semeru Agung, Senduro, Kabupaten Lumajang.

"Candi Singosari bukan hanya milik warga Malang dan Hindu, ini milik bangsa kita yang harus dijaga dan dirawat, sayang sekali jika kurang perhatian dari pemerintah," ungkapnya.

Sementara itu, Indranesia, salah satu aktivis Seni dan Budaya di Malang menyebutkan, pihaknya telah berkomunikasi cukup lama dengan Ketut Murtika. Ritual ini diyakini masyarakat adat Karangasem Sira Arya Kanuruhan Bali dilakukan setiap periodik lima tahun sekali.

"Jika merunut dari sejarah ini harusnya bisa jadi sister city (ada keterkaitan saudara) Singosari dengan Karangasem, karena ini acara 5 tahunan," ucapnya di tempat sama.

Maka dari itu, ia berharap pemerintah lebih memperhatikan lagi fasilitas pendukung di sekitar Candi Singosari. "Semoga pemerintah lebih memperhatikan fasilitas penunjang dan kondisi candi," tegasnya. (*)

Tombol Google News

Tags:

warga Bali Candi Singosari Ritual Mejauman Karangasem Kabupaten Malang Hindu