KETIK, PALEMBANG – Penjabat (Pj) Wali Kota Palembang, Cheka Virgowansyah menyebut produksi sampah di Kota Palembang masih didominasi oleh sampah makanan (food waste).
Dia menjabarkan, Kota Palembang, dengan jumlah penduduk sebanyak 1,776 juta orang, dapat memproduksi sampah sebanyak 1.000 sampai 1.500 ton per hari. Sebagian besar merupakan sampah makanan dari masyarakat yang tak habis mengonsumsi makanan.
"Kota Palembang itu ada 1.000 sampai 1.500 ton sampah per hari, bukan tidak mungkin food waste itu mendominasi. Kita harus mengelola itu agar orang-orang tidak membuang sisa makanan," terang Cheka, Senin 13 Januari 2025.
Dalam rangka mendukung program swasembada pangan oleh pemerintah pusat, Cheka menilai bahwa permasalahan food waste bisa membuat program tersebut menjadi kurang efektif.
Sebab, makanan yang terbuang sia-sia akan menyebabkan kekurangan suplai makanan di tempat lain. Padahal menurut Cheka, di daerah lain masih ada masyarakat yang lebih membutuhkan suplai tersebut.
Oleh karena itu, dia meminta dukungan kepada semua pihak yang terkait dalam pengelolaan makanan untuk menghemat makanan dan tidak membuangnya begitu saja.
"Mohon dukungan agar kita tidak buang-buang makanan sebanyak apapun suplai yang diberikan. Kalau orangnya tidak berhemat bakal menimbulkan banyak sampah makanan atau food waste, dan itu sia-sia," kata dia.
Kumpulkan sisa sarapan di hotel
Cheka, melalui Pemerintah Kota (Pemkot) Palembang, telah berupaya mengurangi food waste dengan menggandeng ratusan hotel untuk mengumpulkan sisa makanan pagi.
Dia bercerita bahwa kebanyakan makanan sisa sarapan di hotel biasanya akan dibuang, sebab hotel-hotel melarang sisa makanan tersebut untuk diberikan kepada para pegawainya.
Ketimbang dibuang, Cheka menilai, makanan tersebut lebih baik dikumpulkan untuk diberikan kepada masyarakat sekitar yang membutuhkan.
"Ya sisa breakfast (sarapan) di hotel itu, kami jemput dan dikemas pakai boks, lalu kami bagikan kepada warga di sekitar hotel yang membutuhkan," terusnya.
Cheka menjelaskan, biasanya dari satu hotel, Pemkot Palembang bisa mengumpulkan sebanyak 20 boks nasi. Jika dihitung dari ratusan hotel di Kota Palembang, maka dalam sehari Pemkot Palembang bisa mengumpulkan setidaknya 2.000 boks nasi yang dibagikan gratis untuk masyarakat.
Langkah ini dinilai juga mendukung program swasembada pangan, yang mana menurut Cheka, pada dasarnya program ini adalah untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat tanpa harus melakukan impor.
"Bayangkan bila satu hotel saja bisa mendapatkan 20 boks nasi, maka per hari melalui ratusan hotel akan ada 2.000 warga yang mendapatkan makan layak dan gratis. Ini juga mampu mengurangi produksi sampah makanan," terangnya.
Menteri Koordinator (Menko) Bidang Pangan RI, Zulkifli Hasan (Zulhas) dalam konferensi pers menegaskan bahwa Indonesia akan menjadi negara swasembada pangan pada tahun 2029. (Foto: Wisnu Akbar Prabowo/Ketik.co.id)
Sementara itu, Menteri Koordinator (Menko) Bidang Pangan RI, Zulkifli Hasan (Zulhas) menegaskan bahwa Indonesia telah memasang target pada tahun 2029 menjadi negara swasembada pangan.
Menurutnya, program swasembada pangan ini menjadi salah satu cita-cita Presiden Prabowo Subianto untuk mengatasi kekurangan produksi bahan makanan pokok yang terjadi di Indonesia.
“Presiden adalah kepala negara, dan kita di sini ini membantu beliau melaksanakan program pemerintah. Kita harus swasembada pangan pada tahun 2029, itu prioritas,” kata Zulhas.
Untuk mendukung program swasembada pangan tersebut, Zulhas menjelaskan, pemerintah sudah melakukan upaya untuk menekan impor bahan kebutuhan pokok seperti beras, jagung, gula, dan garam, serta mempercepat optimalisasi lahan pertanian.
“Kita tekankan untuk tidak impor lagi, setidaknya beras, jagung, gula, dan garam. Maka beberapa hal ini harus kita lakukan, optimalisasi ini harus kita lakukan,” tegas dia. (*)