KETIK, SURABAYA – Perkembangan pasar modal di Jawa Timur terpantau menunjukkan hasil yang positif. Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per Juli 2024, terdapat sebanyak 54 emiten. Jumlah ini tumbuh sebesar 55,8 persen jika dibandingkan dengan tahun 2019 yang hanya 34 emiten.
"Kalau kita untuk belakang 5 tahun ke depan dan belakang itu baru 34 menit Jadi dalam 5 tahun itu tumbuh sebesar 55,8 persen," jelas Direktur Pengawasan Perilaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi, Pelindungan Konsumen, dan Layanan Manajemen Strategi OJK Provinsi Jawa Timur, Dedy Patria, Kamis 3 Oktober 2024.
"Dari 54 emiten tersebut 60 persen di antaranya bergerak di sektor pengolahan," imbuhnya.
Sementara stabilitas sektor jasa keuangan di Jawa Timur tetap terjaga, dengan kecukupan modal yang menunjukkan angka positif.
Untuk bank umum, rasio kecukupan modal berada di 30,32 persen, sedangkan untuk bank perkreditan rakyat (BPR) mencapai 39,66 persen dan BPR Syariah di 28,7 persen. Kecukupan modal ini masih jauh di atas standar minimum yang ditetapkan, yaitu 10-12 persen.
"Dari sisi likuiditas, porsi aset likuid terhadap total simpanan pihak ketiga juga terjaga dengan baik, jauh di atas batas aman," tambahnya.
Lebih lanjut dari sisi resiko kredit, yang diukur melalui rasio non-performing loan (NPL), tercatat sebesar 1,93 persen, yang menunjukkan bahwa sektor ini masih dalam kondisi yang aman.
"Meskipun ada beberapa perusahaan modal ventura yang mengalami NPL di atas 5 persen, secara keseluruhan, risiko kredit di sektor jasa keuangan masih terkelola dengan baik," pungkasnya.(*)