KETIK, PALEMBANG – Untuk menghadapi tantangan pelestarian ekosistem gambut yang semakin kritis, sebuah metode pelatihan inovatif diperkenalkan di Sumatera Selatan.
Berbeda dari pendekatan konvensional yang mengandalkan seminar dan diskusi, pelatihan ini menggunakan permainan papan bernama H2Ours. Ini adalah media edukasi bagi masyarakat dalam memahami pentingnya menjaga keseimbangan antara pemanfaatan ekonomi lahan gambut dan kelestarian lingkungan.
Menurut Ni'matul Khasanah, peneliti dari ICRAF (World Agroforestry) Indonesia, permainan ini membantu masyarakat memahami bahwa keputusan yang dibuat oleh satu pihak dapat memberikan dampak luas pada pihak lain dalam pengelolaan ekosistem gambut.
"Permainan ini memungkinkan para peserta untuk memahami bahwa lahan gambut adalah sebuah lanskap yang saling terhubung. Keputusan yang diambil oleh satu kelompok akan memengaruhi kelompok lain, baik dalam aspek ekonomi maupun lingkungan," ujar Ni’ma usai sesi pelatihan yang digelar pada Jumat 31 Januari 2025.
Pelatihan ini diselenggarakan selama sepekan sejak 22 Januari 2025 yang melibatkan berbagai pihak seperti pemerintah daerah, akademisi, LSM, dan masyarakat desa.
Tujuan utama dari kegiatan ini adalah meningkatkan pemahaman peserta mengenai dampak keputusan pengelolaan lahan gambut terhadap ekosistem dan masyarakat secara keseluruhan.
"Sumatera Selatan dipilih sebagai lokasi karena provinsi ini memiliki salah satu lahan gambut terluas di Indonesia yang terus mengalami degradasi akibat kebakaran, deforestasi, dan alih fungsi lahan," tutur Ni'ma.
Permainan papan H2Ours dirancang secara khusus untuk menggambarkan siklus hidrologi lahan gambut secara sederhana namun efektif. Dalam permainan ini, peserta dibagi ke dalam beberapa kelompok yang berperan sebagai pemangku kepentingan di ekosistem gambut, seperti petani, pengusaha, pemerintah daerah, dan komunitas masyarakat adat.
Mereka diajak untuk mengambil keputusan terkait pemanfaatan lahan, seperti pembukaan lahan baru, pembangunan kanal, atau pelestarian ekosistem alami.
Setiap keputusan yang diambil dalam permainan akan berdampak pada kondisi ekonomi dan lingkungan lahan gambut yang mereka kelola.
"Misalnya, pembukaan lahan yang tidak terkendali dapat meningkatkan risiko kebakaran dan banjir, sementara upaya konservasi yang efektif dapat mendukung keberlanjutan ekosistem serta memberikan manfaat ekonomi jangka panjang," papar Ni'ma.
Lebih lanjut, ia menambahkan bahwa meskipun dalam permainan ini ada konsep kemenangan dan kekalahan, tujuan utama H2Ours adalah mendorong pemikiran kolaboratif dan berkelanjutan.
Dengan pendekatan ini, diharapkan masyarakat dapat lebih memahami pentingnya pengelolaan lahan gambut yang berkelanjutan.
Kabupaten Banyuasin, salah satu wilayah yang menjadi fokus dalam pelatihan ini, menghadapi dilema kompleks dalam pengelolaan ekosistem gambut.
Lahan gambut di daerah ini memiliki dua fungsi utama, yaitu sebagai kawasan lindung dan budidaya. Namun, pada kenyataannya, banyak aktivitas budidaya yang telah masuk ke wilayah lindung, sehingga menyebabkan degradasi ekosistem yang berdampak buruk bagi lingkungan dan masyarakat sekitar.
Menurut Martini Yulia, Kabid Perencanaan Lingkungan Hidup dan Pengelolaan Keanekaragaman Hayati DLH Banyuasin, pelatihan ini menjadi sarana penting dalam mendukung penyusunan dokumen Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Ekosistem Gambut (RPPEG).
"Pelatihan ini sangat membantu kami dalam memahami langkah-langkah kebijakan yang dapat meningkatkan fungsi ekosistem gambut di masa depan. Dengan memahami tantangan dan peluang, kami dapat menyusun dokumen RPPEG yang lebih sesuai dengan kondisi di lapangan," ungkap Martini.
Keterlibatan pemerintah daerah dalam pelatihan ini diharapkan dapat menghasilkan solusi konkret untuk menyelaraskan kegiatan ekonomi dengan konservasi lingkungan. Dukungan masyarakat juga menjadi faktor kunci dalam memastikan kebijakan yang diterapkan dapat berjalan efektif di tingkat lokal.
Pelatihan H2Ours ini merupakan bagian dari proyek Land4Lives, yang didukung oleh pemerintah Kanada. Proyek ini bertujuan untuk memperkuat ketahanan pangan dan penghidupan masyarakat, terutama perempuan, dalam menghadapi tantangan perubahan iklim. Melalui Land4Lives, berbagai inisiatif telah dilakukan untuk meningkatkan kesadaran dan keterampilan masyarakat dalam mengelola lahan gambut secara berkelanjutan.
Dalam konteks Sumatera Selatan, Land4Lives tidak hanya berfokus pada pelatihan berbasis permainan, tetapi juga pada peningkatan kapasitas masyarakat dalam praktik pertanian berkelanjutan, restorasi lahan, serta diversifikasi mata pencaharian yang ramah lingkungan. (*)