KETIK, SIMEULUE – Pemkab Simeulue, Aceh diharapkan untuk memberi perhatian terhadap makam ulama besar, Habib Ibrahim Alaydrus yang berada di Desa Sinabang, Kecamatan Simeulue Timur.
Harapan itu dikemukakan Sayeid Mohd Hasyim, keturunan ke 12 dari Habib Ibrahim Alaydrus.
Sayeid saat ditemui Ketik.co.id dikediamannya mengucapkan terima kasih kepada Ramadhan Dandi, sejarawan dan Ketua Komunitas Central Informasi Sejarah Simeulue yang telah menelusuri dan membuka ke permukaan terhadap keberadaan Makam Ulama Habib Ibrahim Alaydrus yang berada di Desa Sinabang.
"Karena hampir saja generasi saat ini tidak ada yang tahu tentang peradaban Islam yang berkembang di Sinabang yang dibawa oleh para musafir luar. Minimnya informasi sejarah dari para orang orang tua berdampak kepada generasi penerus yang buta akan sejarah daerahnya," ujar Sayeid pada Minggu, 22 Desember 2024
"Kita generasi Sinabang, seharusnya mengambil contoh dari negara luar baik Eropa maupun bangsa Jepang yang sangat menghargai sejarah peradaban negaranya sendiri, yang berdampak terhadap ekonomi pembangunan, dijadikan sebagai objek wisata yang banyak dikunjungi oleh traveller baik lokal maupun luar negeri untuk mengunjungi situs bersejarah yang ada di negara mereka," sambungnya.
Banda Aceh juga merupakan kota yang sangat dikenal dengan wisata religinya, banyak peninggalan-peninggalan sejarahnya berupa Mesjid Raya Baiturahman, Situs makam Sultan Iskandar Muda, Situs Ulama seperti makam Hamza Fansury dan Situs Makam Abdurrauf Al Singkily. Situs ini selalu terjaga dan terus diedukasi ke masyarakat lokal maupun pendatang tentang eksitensinya dimasa lalu.
Sementara keberadaan situs sejarah makam Habib Ibrahim Alaydrus, tidak ada yang peduli, lokasinya sangat memprihatinkan, dikeliling semak belukar, bahkan batu nisannya sudah dijadikan batu asahan parang, tanah makamnya mulai digusur untuk penimbunan pembangunan rumah dan sekarang bahkan teramcam longsor. Makam ulama yang ada di sinabang sering disebut masyarakat, Kuburan Habib atau Kuburan Gunung Abit.
Habib Ibrahim Alaydrus merupakan musafir dari Yaman yang datang ke Sumatera dalam misi syiar Islam. Awal masuknya Habib Ibrahim Alaydrus ke Sumatera tepatnya di daratan Barus. Ia kemudian sempat tinggal beberapa tahun di Barus sebelum melanjutkan perjalanan ke Aceh tepatnya di Desa Kuala Bak’U Aceh Selatan. Ia kemudian menikah dengan perempuan setempat.
Misi syiar Islam yang dilakukan Habib Ibrahim Alaydrus sampai ke Pulau Simeulue tepatnya di kota Sinabang, atau di teluk Sinabang
Habib Ibrahim Alaydrus dalam misi syiarnya sempat membuka surau ditepi sungai Sinabang, dengan banyak murid pengajian dan tasauf-nya.
Habib Ibrahim Alaydrus ini diketahui keberadaanya selain dari cerita keturunan habib yang masih hidup yakni ayeid Adnan Alaydrus, juga berdasarkan informasi inkripsi batu nisan habib yang bertulis.
Dalam catatan pengujian Arkeologi USK Tahun 2024, bahwa Habib Ibrahim Alaydrus ulama Abad 18 awal (1700-an) dibawa Pemerintahan sultan Aceh Darussalam (Sultan Jamal Al Alam Badr Al Munir 1703-1726). Menurut Ahli Arkeologi, Nisan Habib Ibrahim Alaydrus bertipe Aceh berhiaskan seni Barus.
Situs Sejarah Makam Habib Ibrahim Alaydrus beralamat di Lorong Nangka, Desa Sinabang, diatas gunung yang dikenal oleh masyarakat setempat ‘’Gunung Abit’’ diatas gunung tersebut terdapat tiga makam bertipe nisan yang sama, selain makam Habib Ibrahim, juga terdapat makam Istri dan anaknya Habib Ismail Alaydrus.
"Harapan kami selaku keturunan dari Ulama Habib Ibrahim Alaydrus mengharapkan kepada Pemerintah daerah dan Instansi terkait agar dapat kiranya dilakukan perehapan (Pemugaran) situs sejarah makam Habib Ibarahi Alaydrus dan keluarganya," ujarnya.
Keberadaan makam Ulama Habib Ibrahim Alaydrus dan keluarga kiranya bisa dijadikan sebagai tempat wisata religi dan sumber sejarah lokal kita, yang selalu di edukasi ke generasi, agar generasi bisa mengetahui sejarah peradaban Islam dinegerinya sendiri. Juga sebagai kajian ilmu sejarah yang bisa ditulis kembali oleh generasi. (*)