Pemprov dan Momentum Renaissance Peradaban Islam di Banten

Editor: Mustopa

22 Januari 2025 19:16 22 Jan 2025 19:16

Thumbnail Pemprov dan Momentum Renaissance Peradaban Islam di Banten Watermark Ketik
Oleh: Khoirul Umam Albantani*

Hari Minggu, 19 Januari 2025 lalu, Menteri Kebudayaan Republik Indonesia Fadli Zon datang ke Situs Banten Lama dalam rangka meresmikan Revitalisasi Museum Kepurbakalaan Banten Lama yang berada di bawah naungan Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah VIII.

Kunjungan Fadli Zon ke Banten tentu mempunyai dampak yang luas bagi Banten dalam konteks sejarah dan peradaban Islam di Banten.

Karena Fadli Zon merupakan seorang budayawan yang sekarang menjadi menteri. Apa yang diucapkannya tentu tidak sembarangan. Pasti melalui proses pemaknaan internalisasi yang cukup mendalam dan fundamental.

Apalagi ia menyampaikan bahwa warisan peninggalan kebudayaan Indonesia ini sungguh luar biasa, termasuk Banten.

Dalam kunjungannya tersebut Fadli mengunjungi Benteng Speelwijk, Keraton Kaibon, Keraton Surosowan, Masjid Agung Banten, dan tentu saja Museum Kepurbakalaan Banten Lama.

Ditambah kedatangannya untuk meresmikan revitalisasi Museum Kepurbakalaan Banten Lama tentu mempunyai makna tersirat.  

Momentum Renaissance Islam di Banten

Dalam perjalanan sejarah panjang Islam di Banten, Banten sebagai sebuah wilayah geografis di Nusantara pernah bercokol sebagai salah satu kesultanan yang disegani di Nusantara yaitu pada abad ke-16 sampai dengan abad ke-18.

Pada masanya, Banten tidak hanya dikenal sebagai salah satu kerajaan Islam, tapi juga dikenal sebagai salah satu pusat perdagangan di Nusantara bahkan Asia Tenggara. 

Lebih dari itu, Banten juga dikenal memiliki pelabuhan yang bertaraf internasional yaitu Pelabuhan Karangantu. 

Karena pada masa kejayaan Kesultanan Islam Banten, banyak saudagar, pedagang, perusahaan dari berbagai negara pasti akan singgah ke Banten untuk membeli dengan cara barter hasil kekayaan alam yang ada di Banten seperti rempah-rempah salah satunya lada.

Lebih dari itu, Cornelis de Houtman saat pertama kali datang ke Banten Lama pada 20 Juni 1596 pun terkesima. Menurutnya, Banten Lama mirip sekali dengan Amsterdam di Belanda kala itu. 

Diketahui, Cornelis de Houtman adalah salah satu yang diutus oleh perusahaan dagang dari Belanda yaitu VOC (Vereenigde Oost-Indische Compagnie), yang berarti Persatuan Perusahaan Hindia Timur. 

VOC merupakan perusahaan dagang Belanda yang didirikan pada 20 Maret 1602. VOC memiliki monopoli perdagangan di Asia, terutama rempah-rempah. VOC juga memiliki kekuatan politik, militer, dan ekonomi yang hampir setara dengan negara.

Pasca runtuhnya Kesultanan Banten, peradaban Islam di Banten tidak lantas hilang begitu saja. Meski sudah tidak lagi ada kesultanan karena kesultanan Banten dihancurkan oleh Belanda pada abad ke-19, oleh Daendels.

Namun, tidak lama setelah itu, peradaban dalam konteks keilmuan Banten pun melahirkan para ulama dan ilmuwan yang cukup disegani keilmuannya.

Sebut saja misalnya ada Syekh Nawawi Al Bantani, Syekh Tb Asnawi Caringin, Syekh Daud Cigondang, dan masih banyak lagi. Sedangkan di luar keilmuan Islam ada Hoesein Jayadiningrat adalah doktor pertama dari Banten yang berhasil menempuh pendidikannya di Leiden, Belanda. 

Bahkan dalam keterangan lain disebutkan bahwa Hoesein yang asli orang Serang tersebut adalah doktor pertama yang berasal dari kalangan pribumi pada masanya yaitu abad ke-19. 

Hoesein Jayadiningrat secara keilmuan dikenal sebagai ahli sejarah,sastra,dan hukum Islam. Atau disebut juga sebagai Islamolog yaitu ahli yang paham tentang Islam.

Setelah mengetahui betapa pentingnya sepak terjang Banten dalam konteks sejarah, apa yang mesti dilakukan oleh Pemprov Banten dengan apa yang disampaikan Fadli Zon dalam kunjungan tersebut? 

Apakah Pemprov Banten mampu menjadikan momentum tersebut untuk mewujudkan Banten agar Banten kembali disegani dalam percaturan pergaulan dunia atau minimalnya pergaulan sesama provinsi yang ada di Indonesia.  

Komitmen Pemprov Banten dan Kebangkitan Islam

Renaissance Islam di Banten itu bisa terjadi asalkan ada dukungan dari seluruh pemangku kebijakan dan stakeholder terkait. Mulai dari Pemprov Banten, Pemkot Serang, Pemkab Serang, serta Pemkot dan Pemkab yang ada di lingkungan Provinsi Banten. 

Artinya, seluruh petinggi dan pejabat harus bersama-sama meneguhkan komitmen untuk kembali bisa mewujudkan nilai-nilai keislaman kembali mewarnai Banten mulai sekarang dan sampai dengan yang akan datang. 

Apalagi sekarang sudah ada di abad ke-21 yang mana menurut sejarawan Azyumardi Azra bahwa kebangkitan Islam akan terjadi di Asia kecil dan bukan di Timur Tengah.

Azra bahkan menyebutkan,bahwa kebangkitan Islam akan terjadi di Asia kecil atau Asia Tenggara yaitu di Indonesia dan Malaysia. 

Dalam konteks tersebut, kiranya sangat tepat dan beralasan jika hal itu dijadikan momentum oleh para pemangku kebijakan untuk bisa dilaksanakan. Agar kebangkitan Islam di Indonesia khususnya benar-benar terealisasi dan menjadi kenyataan. 

Oleh sebab itu, maka Pemprov Banten dengan tekad kuat harus secepatnya mengumpulkan para kaum intelektual Banten untuk merumuskan apa yang akan dilakukan Banten untuk mengambil peran dalam era kebangkitan Islam di abad ke-21 ini. Kita tunggu gebrakan Pemprov dan kabupaten/kota selanjutnya.(*)

*) Khoirul Umam Albantani merupakan jurnalis Ketik.co.id Biro Banten sekaligus founder Kum Nusantara Institute

**) Isi tulisan di atas menjadi tanggung jawab penulis

***) Karikatur by Rihad Humala/Ketik.co.id

****) Ketentuan pengiriman naskah opini:

  • Naskah dikirim ke alamat email redaksi@ketik.co.id.
  • Berikan keterangan OPINI di kolom subjek
  • Panjang naskah maksimal 800 kata
  • Sertakan identitas diri, foto, dan nomor HP
  • Hak muat redaksi.(*)

Tombol Google News

Tags:

opini banten Islam