Pendiri YPKABK dr. Sawitri Retno Dorong Pendidikan Inklusif untuk Perkembangan ABK

Jurnalis: Siti Fatimah
Editor: M. Rifat

12 Desember 2024 08:33 12 Des 2024 08:33

Thumbnail Pendiri YPKABK dr. Sawitri Retno Dorong Pendidikan Inklusif untuk Perkembangan ABK Watermark Ketik
Dr. Sawitri Retno Hadiati, dr, MQHC saat memberikan materi pada perwakilan bapak/ibu guru SD se-Kecamatan Waru, 11 Desember 2024. (Foto: Fatimah/Ketik.co.id)

KETIK, SIDOARJO – Ketua Yayasan Peduli Kasih Anak Berkebutuhan Khusus (YPKABK) Dr. Sawitri Retno Hadiati, dr, MQHC menegaskan pentingnya pendidikan inklusif untuk perkembangan ABK.

Ini disampaikannya saat mengisi acara Pengabdian Masyarakat Pemberdayaan Guru terhadap Kematangan Akademik dan Kemandirian Anak ABK di SD Wedoro Sidoarjo, Rabu, 11 Desember 2024.

Di hadapan puluhan perwakilan guru Sekolah Dasar (SD) se-Kecamatan Waru, Kabupaten Sidoarjo, Sawitri menyebut pendidikan inklusif itu memberikan kesempatan kepada semua orang untuk belajar tanpa memandang fisik, mental, sosial dan kultural.

Di Indonesia, sebutnya, sudah ada perundang-undangan yang mengatur tentang education for all. Artinya, semua sekolah wajib menerima peserta didik ABK.

Namun, kenyataannya belum ada sistem perlindungan sosial yang komprehensif dan terintegrasi.

Konsep terkait disabilitas juga belum konsisten dengan bahasa yang merendahkan martabat, baik di legislasi maupun kebijakan. 

"Masih terkotak-kotakan. Terutama anak-anak yang fisiknya buta, tuli tapi ininya (otak) tidak masalah. Akhirnya masuk di SLB atau malah nggak diapa-apakan sama orang tua," kata eks dosen Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga ini.

Dia menyebut, dalam pendidikan inklusif kolaborasi antara orang tua dan guru sangat penting. Terlebih di usia sekolah dasar yang menjadi pondasi membangun masa depan mereka.

Foto Tanya jawab interaktif tentang pendidikan ABK bersama para guru (Foto: Fatimah/ Ketik.co.id)Tanya jawab interaktif tentang pendidikan ABK bersama para guru (Foto: Fatimah/ Ketik.co.id)

Selain itu, lulusan S2 University of Newcastle Australia ini memaparkan keuntungan pendidikan inklusif yang tidak hanya tertuju pada ABK.

"Apa keuntungan bagi anak reguler? Empati, wawasannya jadi luas dan tumbuh rasa memiliki," sebutnya.

Keuntungan lainnya adalah pembelajaran menjadi efisien dan efektif. Ini karena pendidikan inklusif menekankan keterlibatan semua pihak, termasuk guru dan orang tua.

Ia pun menepis anggapan bahwa ABK itu lemah. Baginya, disabilitas atau ABK adalah variasi dari kehidupan. Pasalnya, setiap orang memiliki disabilitasnya masing-masing.

Setiap orang, tambahnya, memiliki risiko disabilitas. Entah itu karena faktor usia, penyakit, trauma maupun polutan.

"Contohnya saya. Saya punya invisible disabilitas. Kalau kecapekan sudah nggak bisa ngapa-ngapain, pusing setengah mati. Jadi kita kurang menghargai disabilitas," jelasnya.

Oleh karena itu, ia menegaskan tugas guru di pendidikan inklusif tidak hanya mentransfer ilmu, tetapi memberi contoh kepada peserta didik non-ABK agar saling menghargai satu sama lain.

Begitu juga dengan orang tua. Peran pendidikan dari orang tua sangatlah besar terhadap perkembangan ABK, terlebih sosial-ekonomi. 

Orang tua, katanya, perlu memiliki mindset growth, yakin bahwa ABK bisa berkembang asalkan mendapat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak.

"Tidak ada anak bodoh, yang ada belum ketemu dengan mentor dan metode tepat," tegasnya pada para guru.

Dari sini, penting bagi orang tua fokus pada kelebihan sang anak. Alih-alih meratap dan terus mengeluhkan kekurangannya.

Tak kalah penting, Sawitri juga membeberkan rumus 4E yang bisa membantu orang tua mendidik anak ABK. Yakni, Enjoy, Easy, Excellent, dan Earn.

Enjoy adalah membuat ABK merasa senang atas apa yang dia lakukan. Easy adalah membuat ABK merasa mudah saat melakukan sesuatu.

Merasa mudah ini apabila dilatih terus menerus, seiring berjalannya waktu akan berubah menjadi Excellent (mahir) dan Earn alias bisa menghasilkan.

Ia pun mengibaratkan ABK itu seperti berlian yang tertutup kain atau kertas-kertas dalam jumlah banyak.

Setelah berlian itu ditemukan, potensi mereka harus terus diasah agar menjadi manusia mandiri dan berprestasi sesuai kelebihannya masing-masing.

"Kemajuan ABK itu tergantung mentor (guru dan orang tua), metodenya, dan kondisi anak itu sendiri," pungkasnya.

Sebagai informasi, acara pengabdian masyarakat ini merupakan kerja sama YPKABK dengan Politeknik Kesehatan Kemenkes Okupasi Terapi Surakarta dan SDN Wedoro.

"Ini adalah tahun ketiga kami bekerja sama. Pertama menyasar orang tua murid ABK SDN Wedoro, tahun kedua tentang kecakapan activity daily living murid ABK SDN Wedoro, sekarang pemberdayaan guru SD se-gugus Kecamatan Waru," jelasnya. (*)

Tombol Google News

Tags:

YPKABK Pendidikan Inklusif ABK Sawitri Retno Hadiati Anak berkebutuhan khusus